Freya
Terakhir kali aku bertemu Edo itu sekitar sepuluh hari yang lalu.
Saat Edo memberitahu dia sudah selesai dinas dan akan segera menemuiku membuatku langsung semangat dan tentu saja sangat bahagia. Aku sangat merindukannya.
Sebenarnya ada sedikit perasaan bersalah karena harus membatalkan janji dengan Keanu, untungnya aku tepat waktu untuk membatalkan janji sehingga tidak menggagalkan pertemuanku dengan Edo sekarang.
Senyum bahagia mengembang di wajahku saat aku melihat sosok Edo muncul di apartement.
"Edo" Aku yang sedang duduk di sofa depan TV langsung berhambur memeluknya.
"Freya aku merindukanmu" Ujar Edo, saat aku dipelukannya dia mengangkatku dan membawanya berputar 360 derajat. Tentu itu membuat aku tertawa renyah, aku merasa seperti pasangan di film india saja.
Saat kakiku mulai mendarat lagi di tanah aku merasakan bibir Edo mendarat dibibirku, dia melumatnya dengan perlahan yang lama kelamaan ciumannya semakin menuntut, membuatku sesak.
"Apa kamu mau membuatku kehabisan napas?" Ucapku setelah bibir kami tidak berpagut.
Edo hanya menyeringai menanggapi protesku. Dia malah menarikku untuk duduk lagi di sofa. "Aku lelah sayang..boleh aku tidur disini"
Tanpa menunggu jawaban dariku, Edo merebahkan kepalanya ke pangkuanku.
"Disini aku bisa tidur nyenyak"
Aku tersenyum mendengar ucapanya. Dia sedang menggombal."Kalo begitu tidurlah..aku akan meninabobokan"
Bukannya mulai memejamkan mata, Edo malah menarik kedua tanganku menciuminya bergantian dan sekarang dia meraih kepalaku agar mendekat ke arahnya. Mencium kening, kedua mataku, hidung dan sekarang giliran bi..
"Freya aku datang"
Aku kenal suara itu, Anita. Edo langsung bangun dari pangkuanku dan duduk segera.
"Sepertinya aku datang di waktu yang kurang pas" ucap Anita setelah dia muncul dari pintu penghubung. Dia terlihat canggung mengetahui aku sekarang sedang bersama Edo.
Aku hanya bisa tersenyum simpul. Anita kenapa kamu suka sekali mengganggu kebersamaanku dengan Edo.
"Tidak apa Anita..santai aja" Edo berusaha bijak, padahal aku melihat raut wajah enggan darinya.
"Memang ada apa kamu sampai harus kesini?"
Anita tanpa kupersilakan mengambil posisi duduk di sebelah ku. Jadi sekarang posisiku antara Edo di kiri dan Anita di kanan.
"Aku nengokin kamu..sudah sembuh apa belum"
"Kamu sakit Freya?" Sela Edo langsung.
Kerja bagus Anita, kamu membuat Edo tahu. Aku harus menjelaskan apa ke Edo.
" Kamu nggak bilang Frey?"
Anita memasang tampang minta maaf saat kulirik. Dia menyesal sepertinya atas keemberan mulutnya itu.
"Ini hanya sakit biasa tenang saja" aku mengusap usap lengannya dan menatapnya dengan jenaka.
"Jadi kamu sakit tapi tidak berniat memberitahu? "
"Sakit biasa saja sayang jadi aku pikir tidak perlu sampai semua orang lain tahu"
Edo menatapku dengan dalam beberapa saat. "Tapi aku tidak suka kamu tidak bilang karena aku bukan orang lain Freya"
Baiklah Anita kamu hebat, berhasil merusak kebersamaan kami dan suasananya sekaligus.
"Maaf" Hanya itu kata yang bisa meluncur dariku.
Melihat aku menyesal Edo hanya tersenyum simpul. "Sepertinya ada yang harus kalian bicarakan lebih baik aku menyingkir supaya tidak menggangu"
"Kamu mau pulang?" Tanyaku tidak rela
"Tidak..aku mau tidur di kamarmu sementara kamu selesaikan urusan kamu sama Anita"
Edo mengusap rambutku sesaat lalu kemudian melangkah pergi ke kamarku.
"Sorry Edo" Ucap Anita penuh penyesalan sebelum Edo menghilang di balik pintu dan Edo hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Jadi Anita apa yang membuat kesini sampai mengganggu waktuku dengan Edo"
"Aku bukannya mau ganggu Frey tapi mau gimana lagi aku butuh tanda tangan kamu dan ada yang harus kita bicarakan"
Lalu Anita mulai bercerita, tentu saja itu tentang kondisi F.A selama seminggu ini.
"Jadi menurutku pasti cocok kalo kamu yang jadi modelnya" Ucap Anita mengakhiri ceritanya.
"Kenapa harus aku?"
"Khusus koleksi tahun ini aku punya rencana setiap pembelian dari F.A di beri bonus catalog, catalognya berisi tips mix n macth label F.A dan aku pikir kamu adalah model yang paling pas"
"Aku tidak mau" sanggahku cepat.
"Kenapa? Lihat dia" Anita merujuk ke TV yang menayangkan iklan. Dan iklan itu iklan produk kosmetik terkenal, bintang iklannya Carrisa. Kebetulan yang bagus. Carrisa memang terkenal sehingga banyak brand yang diiklankannya.
"Kenapa dengan dia? Carrisa kan? Dia cantik" kataku masih belum mengerti maksud dari Anita.
"Kalau kamu mau sebenarnya kamu bisa seperti dia..kamu tidak kalah cantik darinya dan kamu juga tidak kalah berbakat dalam seni darinya"
Aku mengerti maksud Anita ini salah satu caranya membujuk. "Aku tetap tidak mau, lagipula kenapa harus aku diluaran san masih banyak model berbakat yang cantik juga"
"Aku setuju dengan ide Anita" Edo muncul lagi dari kamar. "Itu ide bagus, pelanggan butik kamu pasti suka"
"Kamu sudah bangun lagi" Aku menatap heran ke arah Edo. Dia tidur sebentar sekali.
"Kantukku tiba tiba hilang terus aku tertarik mendengar obrolan kalian jadi aku memutuskan gabung" Jawab Edo, dia lalu kembali di sebelah kiriku. "Anita benar sayang kamu pasti pantas jadi model untuk desainmu sendiri"
"Setuju" Tambah Anita.
2 lawan 1. Tapi aku tetap tidak mau. "Aku jadi modelnya akan kupikirkan lagi nanti, tapi ide catalog sebagai bonus aku acc. Kamu mulai saja"
"Ok" jawab Anita."Aku akan menunggu emailnya untuk tema dan baju mana saja yang akan digunakan"
Aku mengangguk. Sepertinya aku harus mulai bekerja lagi.
***
Edo mulai menciumku dari kening lalu turun bibir. Mengecupnya dengan mesra.
"Terimakasih untuk hari ini sayang" Ucap Edo tepat di telingaku.
"Hem" aku hanya mendesah, masih terhanyut karena ciumannya
Berat juga melepas kepergian Edo tapi mau bagaimana lagi dia harus take off ke Surabaya jam 20.00 nanti.
Untung Anita pulang sekitar jam 3, jadi sore harinya aku punya waktu dengan Edo. Meski sebentar.
"Hati hati. Maaf aku tidak bisa mengantar"
"Tidak apa. Aku berangkat" Edo mengecup lagi keningku sebelum akhirnya berlalu pergi." Aku pasti merindukanmu"
Aku menatap Edo sampai pintu lift yang membawanya turun tertutup.
Ini yang tidak aku suka sekarang. Apartementku yang sepi. Padahal sebelumnya aku biasa dengan kesunyian ini. Hanya semenjak Keanu sering mengunjungiku, saat sendiri jadi benar benar terasa sepi.
Aku segera mencari HP, seharian ini aku tidak mengeceknya mungkin ada miss call dan pesan dari Keanu.
Ada 2 pesan dan 4 miss call. Aku cek siapa yang meneleponku. Semua dari pelanggan butik. Aku cek 2 pesan yang masuk. Hanya dari operator.
Baiklah, mungkin dia sibuk atau malah mengerti karena aku sedang bersama Edo dia jadi tidak ingin menggangu.
"Kamu memang pengertian Keanu" gumamku pelan lalu meletakan lagi hp itu ketempat asal, sekarang waktunya aku mulai bekerja. Membuat rangkuman untuk catalog.
***