Bab 32

5K 326 2
                                    

Freya

Akhirnya drama penjemputan dari rumah sakit selesai sudah.

Dengan awal yang sangat teramat canggung dan kaku, Frans ayahku menjemput. Namun dibalik kecangguan dan kekakuan itu membuncah sebuah rasa bahagia yang kini bisa aku lihat.

"Ayah terimakasih" ucapku tulus diiringi senyum.

Meski sempat terpaku melihatku tiba tiba bersikap seperti itu Frans mengangguk mengiyakan.

Mungkin ini pertama kalinya aku tersenyum tulus untuk ayah.

Kehidupan memang tidak bisa ditebak. Selama ini aku tidak pernah berpikir untuk memperbaiki hubungan dengan ayah, aku memang terlalu naif dan egois.

Bukan karena aku tidak menyayangi ayah justru karena aku menyayangi ayah, aku jadi bepikir untuk segera mandiri dan pergi demi ayah, agar ayah tidak perlu mengurusi anak yang tidak diinginkannya. Meski ternyata pemikiranku selama ini salah.

Dan dipikir pikir semua ini secara tidak langsung berkat Keanu, walau dia sebenarnya tidak pernah bermaksud membantu, tapi berkat tingkah dan kelakuan brengseknya telah menyeret aku untuk memutuskan kabur dan kembali ke rumah Ayah, tempat yang menurutku paling aman saat itu.

"Patricia" aku yang melihat Patricia melewati kamar segera berlari menghampirinya.

"Patricia" seruku lagi, Patricia yang hendak melangkah masuk ke kamar mengurungkan niatnya dia memutar tubuhnya.

"Ada apa?" Tanyanya sinis.

Meski menyadari kesinisan Patricia aku tetap berusaha tersenyum. "Bisa kita bicara sebentar?"

***

Langkah pertama untuk memperbaiki kesalahanku adalah minta maaf pada Patricia.

"Kamu baik baik saja?" Ucap Patricia memulai pembicaraan di beranda kamarnya ditemani sekaleng soda dan segelas teh untukku.

"Luka yang kamu alami tidak parahkan?" Lanjut Patricia.

"Aku baik baik saja dan aku tidak mengalami luka yang serius jadi aku bisa dengan cepat keluar dari rumah sakit" jawabku

"Lalu apa yang ingin kamu bicarakan?"

Aku menghela napas panjang.

"Aku minta maaf. Untuk semua. Untuk sikapku selama ini."

Patricia menatapku heran. "Wow apa karena baru keluar dari rumah sakit otakmu jadi konslet"

Aku hanya tersenyum simpul menanggapi sindiran Patricia. "Kamu benar Patricia selama ini aku salah. Aku naif dan egois. Aku selalu merasa tidak diinginkan disini seperti ada tembok penghalang untuk aku melangkah padahal tembok itu ternyata aku sendiri yang membuatnya"

Patricia tidak menjawab dia hanya menatapku lurus.

"Samp

"aku tidak menyadari ternyata orang di sekelilingiku menyayangiku. Ucapan juga tamparanmu saat itu menyadarkan aku ada yang telah terlewat olehku"

Masih tidak ada jawaban dari Patricia.

"Thanks Patricia untuk semuanya. Aku tidak memaksamu untuk memaafkanku dan kamu juga boleh membenciku. Apapun akan kuterima"

Aku tersenyum lega setelah mengucapkan semuanya tapi suasana sangat hening Karena Patricia tidak kunjung bereaksi.

"Maaf jika aku sudah mengganggumu. Aku akan kembali ke kamar" ujarku seraya beranjak pergi.

"Aku tidak membencimu" ujar Patricia saat aku baru beberapa langkah perlahan aku kembali memutar tubuhku.

"Aku hanya iri" lanjutnya. "Aku iri karena kamu beruntung bisa punya Ayah yang sangat menyayangimu seperti ayah Frans"

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang