Freya
Harusnya aku tidak menuruti syaratnya, tidak, harusnya aku memang tidak perlu menyetujui liburan ini. Berdua. Aku sudah menduga akan ada kemungkinan seperti ini. Meski tadi aku sedikit lega ketika Keanu bilang tidak ada maksud apa apa.
Aku yang salah telah memulainya, tapi aku tidak mengelak, dada Keanu yang basah tadi benar benar menggiurkan, keinginan untuk menyetuhnya lebih besar daripada akal sehat yang yang menyerukan untuk menolak syarat Keanu yang tidak masuk akal.
Aku yang masih berada di dalam air menatap ke arah Keanu menghilang. Dia memberi pilihan, pilihan yang sebenarnya mudah bila akal sehatku sedang waras.
Apa sekarang aku sedang tidak waras, karena saat ini aku menginginkannya juga. Aku ingin menenggelamkan lagi diriku ke pelukannya.
Meski ragu aku mulai keluar dari dalam air, mengambil kemeja Keanu untuk menutupi tubuhku.
Pikiranku masih berkecamuk, berperang antara nafsu dan akal sehat, setiap anak tangga yang kutapaki terasa berat tapi anehnya aku tetap berusaha menapakinya, sampai di ujung anak tangga paling atas. Pintu itu sekarang ada di depan mataku.
Kembali Freya. Ini salah. Hentikan sebelum semuanya terlambat.
Aku tidak tahu darimana keberanian itu datang. Gagang pintu itu kuputar dan aku melangkahkan kakiku.
Masuk.
Nafsu yang menang.
Kamar itu kosong, tidak ada Keanu. Tapi aku mendengar ada suara air dari kamar mandi, Keanu sepertinya sedang mandi.
Setiap gemericik air yang terdengar semakin meningkatkan gairahku. Aku jadi membayangkan tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun itu sedang di aliri air.
Shit. Kenapa aku jadi wanita mesum. Aku mengalihkan perhatianku ke pemandangan luar jendela. Aku harus tenang.
Meski aku membelakangi pintu kamar mandi itu tapi aku bisa merasakan kehadirannya, dia sudah selesai dan kini ada beberapa meter di belakangku.
Setiap derap langkahnya yang mendekat membuat tubuhku semakin tegang. Aku bisa merasakan tatapan matanya yang terasa membakar dari balik punggungku.
Aku sudah tidak bisa mundur lagi.
Kini bisa kurasakan tangannya terulur memelukku dari belakang. Memelukku dengan erat.
"Aku senang kamu disini" bisiknya di telingaku.
Aku bisa merasakan, dia mulai mengendus rambutku, menyesapnya, beralih ke leherku menciumi dan menjilatinya tidak beraturan.
Tangannya menarik daguku, diarahkan kepadanya, dengan ganas kini bibirku yang dilumat habis olehnya, ciumannya menuntut memaksaku memberi celah untuknya masuk.
Tidak habis disitu tangannya yang satu lagi mulai beralih menyusuri tubuhku dari luar kemeja. Membuatku melenguh ketika tangannya mulai meremas payudaraku bergiliran.
Dia membalikan tubuhku agar berhadapan dengannya tanpa melepas pagutan kami yang kini sudah saling memainkan lidah. Dan tanganku dengan sendirinya terulur melingkar di lehernya dengan terkadang sedikit menjabak rambutnya.
Dengan lihai Keanu mulai membuka kancing kemeja yang kukenakan. Melepasnya dan melemparnya begitu saja. Aku tidak tahu keberanian itu muncul dari mana, aku merasa tidak mau kalah saat ini jadi kutarik handuk yang melilit di pinggangnya. Tapi Keanu menahannya dan dia terkekeh karena menyadari kekecewaanku.
"Sabar Frey"
Dia kembali melanjutkan aksinya. Menciumiku lagi, bibir, leher tidak luput dari jamahannya. Desahanku semakin tidak karuan ketika kurasakan jarinya mulai bermain di balik luar celana dalamku. Merasakan permainan jarinya yang lihai membuatku menggigit bibir bagian bawahku, menahan agar aku tidak meloloskan desahan yang kudengar seperti aku seorang pelacur.
"Jangan ditahan Frey" ucapnya.
Dia mengangkatku, membawa tubuhku ke ranjang. Membaringkanku dengan lembut. Menatapku dengan tatapan memuja, dan aku benar benar luluh.
***
Keanu
"KEANU.." jeritnya, sebelum akhirnya dia terkulai lemas. Puas.
Wajah cantiknya terlihat sexy ketika dia mencapai puncak kenikmatannya.
Dan aku yang membuatnya seperti itu, menyadarinya memberi kebanggaan tersendiri untuk diriku.
Setiap desahan dan lenguhan yang keluar darinya membuat libidoku semakin meningkat. Memberikan sebuah rasa percaya diri betapa perkasanya seorang Keanu.
"Ahh sempit sekali" racauku, miliknya memang sempit, apalagi saat dia orgasme, otot otot bagian intimnya mengejang membuatku merasa seperti dipelintir.
"Aku mau keluar.." aku semakin mempercepat gerakanku, meski dia masih lemas setelah orgasmenya, Freya tetap berusaha mengimbangi dengan sedikit menggoyangkan pinggulnya. Membuatku semakin menusuknya dengan dalam.
Aku ambruk ke sebelahnya, setelah mengeluarkan semuanya di dalam.
Puas, nikmat dan luar biasa.
Setelah napasku kembali teratur aku meraih tangannya, mengecup punggung tanganya. Dia menoleh, tersenyum. Senyum yang tidak bisa kuartikan.
"Ada apa?" Tanyaku
Dia menggeleng lemah. "Entahlah"
Dengan lembut kuraih kepalanya, mengangkatnya dan menyelipkan tanganku kebawahnya. Kutenggelamkan tubuhnya dalam pelukanku.
"Semua akan baik baik saja" ujarku. Kurasakan dia mengangguk kecil.
"Bisakah kamu lain kali melakukannya lebih lembut" ucapnya.
Lain kali. Apa maksudnya? Apa setelah ini akan ada lagi, selama liburan ini atau untuk selanjutnya juga. Apa mulai sekarang aku boleh menidurinya sesuka hatiku ketika aku menginginkanya. Shit, membayangkanya saja sudah membuatku kegirangan.
"Tadi sakit sekali Kean" sambungnya lagi sekaligus menyadarku kembali ke dunia nyata.
"Maaf..baiklah lain kali aku akan lebih lembut" jawabku. Aku tidak akan berharap lebih dulu dari ucapan Freya yang sekarang mungkin masih dibawah pengaruh nuansa setelah bercinta. Mungkin ketika akal sehatnya sudah kembali tidak akan ada lain kali.
Tapi untuk saat ini bolehkah aku berharap lain kali itu, selama liburan ini setidaknya. "Freya..selama liburan ini bisakah kita lupakan semuanya..hanya kita berdua saja"
"Bertiga dengan janin ini" ralatnya
"Iya bertiga" Aku menengadah wajahnya ke arahku. "Bisa?"
Freya terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk.
Aku semakin memperat pelukanku, mencium bibirnya sekilas. Kalo tidak ingat dia sedang hamil mungkin aku sudah memulai ronde dua.
"Sekarang tidurlah" ucapku yang disahuti Freya dengan anggukan. Kutarik selimut yang berada di ujung ranjang, menyelimutkannya ke tubuh kami yang sama sama polos.
"Aku tidak menyangka kamu akan seliar tadi..apakah kamu benar masih Freya yang kuperawani sebulan yang lalu?" Ucapku setengah kagum dan setengah tidak percaya mengingat dia begitu lihai mempermainkanku tadi.
"Kamu pikir siapa guru yang sudah mengajariku" jawabnya, matanya sudah tertutup, bersiap untuk tidur.
Aku terkekeh mendengar jawabannya. Maksud dia gurunya itu, aku. Tentu saja siapa lagi, baru hanya aku yang pernah menyentuhnya.
"Berisik..aku ingin tidur Keanu, bukankah kamu barusan yang menyuruh tidur"
Baiklah tuan putri akan tidur. "Iya iya..tidurlah..mimpi indah Frey"
Perlahan napas itu mulai teratur, Freya memang cepat sekali tertidur.
Kuperhatikan wajah tidurnya. Awal aku melihat wajah tidurnya aku bahkan tidak berani menyentuhnya tapi sekarang dia tertidur lelap dipelukanku. Jangan dihitung kejadian di pernikahan Prayoga, meski saat itu kita tidur dengan berpelukanku juga, itu didiskualifikasi. Saat itu aku mabuk jadi tidak memperhatikannya sedetail ini.
***