Bab 37

5.8K 363 4
                                    

Freya

Keadaan terakhir sebelum Keanu meninggalkan apartement memang cukup tidak mengenakan. Keanu memilih pulang setelah kami saling terdiam cukup lama akibat perselisihan ego kami yang sama sama tidak mau mengalah.

Dan sekarang setelah ego yang menguasai sudah menyusut banyak, aku bisa paham posisi Keanu saat itu. Bukankah aku juga pernah berada di posisi yang sama dengannya bahkan aku sering melakukan apa yang Keanu lakukan. Bertemu Edo tanpa sepengetahuannya.

Lalu kenapa saat Keanu menemui Carrisa tunangannya yang cantik itu tanpa sepengetahuanku ada rasa tidak nyaman mencuat. Harusnya bukankah aku bisa mengerti.

Tapi tidak. Aku kecewa.

Benar tentu saja aku kecewa, disaat dia sudah mengajak ku menikah, disaat aku mulai mencoba memulai semua dari awal dengannya disaat aku berharap dia akan bersikap sama, Keanu mengulang lagi hal yang sama. Kembali ke titik awal.

Aku jadi tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Keanu.

Dan setitik rasa gelisah itu selalu ada.

Benarkah keputusan ini yang terbaik. Benarkah ini yang sungguh diinginkan Keanu.

Apa ini semua hanya sebatas rasa tanggung jawab dia yang merasa telah mengacaukan hidupku, membuatku hamil dan kehilangan Edo.

Bukankah selama ini tidak pernah ada kata cinta terucap diantara kami.

Lalu apakah aku mencintainya.

***

Perlahan taxi yang kutumpangi menepi di kantor pusat Giant grup. Ditengah hujan yang mulai turun membasahi aku berlari kecil memasuki bangunan itu.

Aku ingin memberi Keanu kejutan. Kejutan manis untuk menciptakan suasana yang baik antara kami.

Sengaja aku membawa setermos lemon tea dan sekotak kue coklat untuknya. Rencananya aku akan mengajaknya ke pantai yang memang dekat dengan kantor pusat Giant grup lalu menyantap itu semua disana seraya membicarakan keadaan kami sekarang. Meski sepertinya aku harus menunggu sampai hujan reda untuk melaksanakan niat itu.

Tapi rencana memang hanya tinggal rencana. Aku yang berniat memberinya kejutan malah diberi kejutan olehnya.

Kejutan yang melunturkan semua niatku untuk memperbaiki keadaan terakhir kami.

Untuk apa aku berusaha memulai yang sesuatu yang hanya diinginkan sepihak.

Apalagi yang harus aku perjelas.

Bila saat ini sebuah kenyataan terpampang di depan mata.

Keanu yang terbaring di sofa berbantal kedua paha Carrisa. Dan dengan jelas aku bisa melihat tangan Keanu menjulur meraih Carrisa mendekatkan kepadanya.

Aku tidak ingin melihatnya tapi tubuhku seolah terpaku disana. Deti demi detik hingga pandanganku tiba tiba menggelap tertutupi sebuah telapak tangan kekar.

Pemilik telapak tangan itu meraih tubuhku memutarnya secepat kilat hingga kini aku berhadapan dengannya.

"Ayo kita pergi"

Tanpa perlawanan aku mengikuti langkah empu pemilik tangan yang kini telah beralih mengenggam erat tanganku yang entah akan membawaku kemana.

"Untuk apa kamu menangisinya" seru pemilik tangan yang masih menggenggam erat tanganku.

Apa maksudnya? Siapa yang menangis.

"Dia tidak pantas kamu tangisi" lanjutnya lagi.

Apa aku menangis?

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang