Freya
Entah keberapakalinya aku bolak balik kamar mandi dari semalam, memuntahkan semua isi lambungku sampai tidak ada lagi yang bisa kumuntahkan.
Ini pasti karena aku stres, aku terlalu banyak berpikir.
Memang banyak sekali yang jadi pikiranku sekarang.
Sudah dari kemarin Keanu menyita semua bagian dari pikiranku, sekarang ditambah Patricia berkat kejadian kemarin dan ucapannya sebelum meninggalkan kamarku yang terus terngiang.
Memang hubunganku dengan Patricia tidak dekat malah bisa dikatakan dingin dan renggang, mungkin ini karena jauh di lubuk hatiku ada rasa iri padanya jadi secara tidak sadar aku membuat jarak dengan Patricia. Patricia itu gadis yang pintar dan cekatan, dia juga mengikuti jejak ayah menjadi seorang pengacara, Patricia adalah anak yang bisa dibanggakan ayah berbeda sekali denganku.
Itulah yang selama ini yang aku rasakan. Tapi perkataan Patricia kemarin menyentakanku.
Benarkah aku terlalu asyik dengan duniaku sendiri.
Tapi pemandangan tadi pagi yang kulihat itu menyakitkan membuatku berpikir aku memang tidak dinginkan. Ayah, Bunda Mira, Patricia, juga adik beda ibuku Farrel mereka tertawa sangat bahagia sambil menikmati sarapan yang sudah disediakan Bunda Mira. Dan tidak ada tempat untukku disana.
***
"Sorry Frey aku maksa kamu buat dateng ke butik" ujar Anita membuyarkan lamunanku.
"Tapi mau gimana lagi lokasinya harus kamu sendiri yang cek" lanjut Anita dengan memasang wajah menyesal. "Padahal aku tahu kamu lagi dalam rangka main petak umpet dengannya"
Aku memang masih enggan pergi ke butik tapi diam di rumah pun tidak nyaman untukku.
"Sudahlah. Dia sudah menemukanku, dia sudah tahu seminggu ini aku dimana" jawabku putus asa lalu menghela napas panjang.
"Jangan tanya bagaimana dia bisa menemukanku" potongku cepat sebelum Anita berbicara lagi untuk menginvestigasi.
"Dia juga tidak bodoh Frey" timpal Anita diiringi senyum kecil mencibir.
"Kamu benar" aku kemudian merapihkan meja lalu meraih tas yang tergantung di sebelahnya. "Aku ke lokasi sekarang"
"Ok" jawab Anita dia ikut bangkit lalu pergi ke ruangannya.
Aku menuruni setiap anak tangga seraya menatap pemandang langit yang sudah terlihat mendung dari jendela yang menjulang tinggi di setiap sisi gedung.
Sekarang memang sedang memasuki musim penghujan jadi cuaca hari ini pun tidak mendukung, langit sudah mendung saja di tutupi mega padahal ini baru jam 10 pagi.
"Pagi tuan putri" ucap Keanu lembut, dia sudah nangkring saja bersender pada mobilnya didepan pintu masuk gedung F.A Butik. "Perlu tumpangan?"
Aku memutar bola mata tanpa sadar melihat tingkahnya. "Tidak"
Heran apa dia tidak punya malu setelah kemarin berniat memperkosaku lalu sekarang dia berdiri di depanku dengan wajah tanpa dosa.
"Sudah kubilang aku tidak ingin bertemu lagi denganmu" ucapku seraya melewatinya hendak pergi menjauhi.
"Dan aku sudah bilang kita pasti bertemu lagi karena urusan kita belum selesai" Keanu dengan sigap menarik tanganku menahanku pergi.
"Keanu lepas" ucapku setenang mungkin agar tidak menarik perhatian para karyawan butik yang sudah mulai curi curi pandang ke arah kami.
"Tidak. Aku ikut. Kamu mau cek lokasi kan"
Ucapan Keanu membuatku mengernyitkan kening. Darimana dia tahu.