10. Caring of Iqbaal

8.2K 720 4
                                    

"Dari mana aja kamu baru pulang sekarang?" (Namakamu) melirik jam dinding rumahnya. Astaga! Dia baru tahu ternyata sekarang sudah jam 22.00. Pasti Hito sebentar lagi akan marah besar padanya, dan ia akan segera memberitahukan Hani.

"Habis jalan kak. Gue capek." Hito bersidekap dada. Tanpa (Namakamu) ketahui, Hito dari tadi cemas menunggunya. Ia takut terjadi hal yang tidak di inginkan menimpa adik kesayangannya itu.

"Lo tahu kan kalau lo itu gak boleh terlalu capek? Nanti bisa drop lagi." Nasihat Hito pada (Namakamu).

(Namakamu) menanggukkan kepalanya.

"Yaudah, lo boleh masuk kamar. Inget, langsung tidur gak boleh main hp lagi." (Namakamu) meninggalkan Hito dan menaiki anak tangga satu per satu. Saat di tangga ke lima, Hito memanggilnya lagi.

"(Nam)," (Namakamu) membalikkan tubuhnya menghadap Hito.

"Apa?" Ucap (Namakamu) dengan suara serak. Sepertinya ia benar-benar kelelahan.

"Lo udah minum obat?" Tanya Hito.

"Udah." (Namakamu) melanjutkan perjalanannya menaiki anak tangga. Sebenarnya ia berbohong pada Hito. Obatnya saja sudah dia buang ke tempat sampah. Ia muak karena setiap hari harus rutin untuk meminum pil-pil yang menurutnya tidak berguna untuk tubuhnya.

"Kak Hito selalu aja ngingetin gue buat minum obat. Seakan-akan gue itu kelihatan lemah tanpa minum obat." (Namakamh) membaringkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya.

Tak lama (Namakamu) bangkit menuju meja belajar lalu (Namakamu) membuka laptop miliknya dan memainkan jari-jarinya di atas keyboard. Ia tak menjalankan pesan Hito tadi yang menyuruhnya harus segera tidur.

Microsoft Word

Dhiafakhri

Sekarang gue harus apa? Ternyata sahabat gue mencintai seseorang yang juga gue cintai. Tapi, bagaimana mungkin gue merebutnya begitu aja untuk gue? Gue gak mungkin seegois ini. Gue gak mau mengecewakan Salsha untuk yang ke-2 kalinya.
Ya.. Walaupun hati gue yang di sakiti gak apa-apa lah. Hehehe.
Waktu gue juga gak bakal lama lagi, jadi gue harus ngedeketin Salsha sama Dhiafakhri. Sebelum waktu itu tiba, gue mau membahagiakan orang-orang yang gue cintai selama ini, Mama, Papa, Kak Hito, Dhiafakhri, Salsha, dan tentu sahabat-sahabat gue.

Save.

Dengan langkah lemas ia menuju tempat tidur. (Namakamu) sedikit lagi mencapai tempat tidur, tetapi tubuhnya limbun ke lantai begitu saja. Tak kuat menahan rasa pusing dan sakit yang menyelubungi kepalanya.

BRUK!

Hito mendengar suara itu. Ia yang berada di bawah segera berlari ke atas dan menuju kamar (Namakamu).

"(Nam)! Buka pintunya." Pintu ini ternyata telah di kunci sebelumnya oleh (Namakamu). Sungguh, saat ini ia sangat khawatir pada adiknya itu.

Tak ada suara yang membalasnya.

"(Namakamu)!" Teriak Hito dari luar.

"Gue dobrak ya, (Nam)!" Hito mengambil ancang-ancang untuk membuka pintu ini dengan mendobraknya.

BRAK!

Hito menyusuri kamar (Namakamu) dan menemukan adiknya terkapar di lantai. Hito menggendong tubuh (Namakamu) ke atas tempat tidur (Namakamu). "(Nam), bangun." Ucap Hito menepuk pelan pipi (Namakamu).

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang