2. Little Conflict

15.1K 1K 5
                                    

"Lo sih berisik. Kena kan lo." Senyum miringnya ia tunjukkan pada Iqbaal. Senyum kemenangan.

---

"(Namakamu)." Teriak lelaki bertubuh tinggi serta tampan dari kejauhan yang menggunakan motor ninja. Ia melihat (Namakamu) yang sedikit lagi sampai di gerbang luar sekolah.

Langkah (Namakamu) langsung terhenti ketika mendengar ada yang memanggil namanya. Ia lalu berbalik menoleh ke arah suara.

"Apa?" Ucap (Namakamu) malas.

Lelaki itu menjalankan motor nya kecil lalu menghampiri (Namakamu) dengan menyamakan motor serta dirinya dengan (Namakamu).

"Lo mau pulang bareng gak sama gue?" Tanya lelaki itu.

"Gue udah di jemput sama pak Sanu. Lagi pula lo kan anak baru. Gue masih belum tau latar belakang lo. Gue takutnya lo itu orang jahat." Ucap (Namakamu) mengira-ngira.

"Bisa aja lo." Kekeh Iqbaal, murid lelaki baru yang bertubuh tinggi dan tampan itu.

"Gue ga lagi ngelawak. Jadi ga usah ketawa gitu!" Ucap (Namakamu) kesal.

"Ya udah, kalau gitu gue duluan. Sorry  udah ganggu lo." Iqbaal segera menancapkan gas motornya dengan kecepatan 40 km/jam.

Baru saja (Namakamu) ingin melanjutkan perjalanan nya kembali. Tiba-tiba terdengar lagi suara yang memanggilnya. Tetapi kali ini suara yang memanggilnya terdengar sedikit cempreng.

"(Namakamu)!" Teriak gadis yang khas akan suara cempreng-nya.

"Shhh. Kayaknya gue kenal nih!" Dumel (Namakamu).

(Namakamu) membalikkan tubuhnya menghadap ke sumber suara.

"Apa si Sha?" (Namakamu) menghentakkan kakinya.

"Gue pulang bareng lo ya? Tadi pak Guntur SMS gue terus katanya dia lagi nganter bunda gue ke bandara." Jelas Salsha mengeluarkan jurus puppy eyes-nya.

"Yayayaya." Balas (Namakamu).

'BRUK'

Pintu mobil (Namakamu) tertutup. Pak Sanu menyalakan mesin mobil dan segera menjalankannya.

"Eh, (Nam). Tadi gue liat lo ngobrol sama anak baru itu ya?" Tanya Salsha.

"Iya." Wajah (Namakamu) terlihat sangat tidak bersahabat ketika Salsha membahas tentang anak baru yang tampan itu.

"Namanya siapa si (Nam)? Dia duduk sama siapa di kelas? Terus rumahnya dimana? Makanan kesukaan dia apa (Nam)?" Tanya Salsha bertubi-tubi.

"Bisa tanya satu per satu ga mba?" Ucap (Namakamu) lalu menarik nafas sejenak. Oh Tuhan, mengapa ia memiliki sahabat yang begitu cerewet?

"Hehehe." Salsha memperlihatkan jajaran giginya yang rata.

"Namanya Iqbaal." Ucap (Namakamu).

"Iqbaal?" Tanya Salsha kembali dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya.

"Lo ga tuli kan, Sha?" Tanya (Namakamu).

---

Terlihat Salsha berlari kecil di koridor. Ia ingin segera sampai di kelas. Ia beralasan kepada orang tua nya bahwa ada tugas piket, padahal ia ingin mencontek pr temannya. Baru ingin belok untuk menaiki tangga, tiba-tiba ia bertabrakan dengan bahu laki-laki yang lebih tinggi darinya.

"Eh sorry, sorry." Ucap Salsha terburu-buru.

Salsha mendongkakkan kepala nya lalu menatap wajah laki-laki itu.

"Dhiafakhri?" Ucap Salsha tak percaya.

"Lah, kok lo bisa tau nama panggilan gue di rumah sih? Bukan nya kita gak pernah ketemu sebelumnya ya?" Tanya Iqbaal.

"Jadi beneran lo Dhiafakhri? Astaga." Ucap Salsha dengan mata yang mulai berkaca-kaca

'Dhiafakhri. Kamu kembali. Ternyata dugaan semua orang salah. Kamu masih hidup. Aku merindukan kamu. Sangat merindukanmu."

'BRUK'

Salsha menabrakkan tubuhnya ke Iqbaal. Kini, Salsha memeluknya walau Iqbaal tak membalas pelukannya itu. Ia memeluk Iqbaal tepat di depan tangga. Karena sekolah masih pagi, tentunya sepi dan masih tidak terlalu ramai. Dan ada satu mata yang melihatnya. Sahabatnya. (Namakamu).

"Iq..." Panggilan (Namakamu) untuk Iqbaal seketika terhenti saat melihat Iqbaal berpelukan dengan Salsha.

"Ekhm. Misi. Maaf ganggu." (Namakamu) menubrukan bahu Iqbaal lalu menyadarkan Iqbaal dan Salsha yang terlihat begitu romantis. (Namakamu) segera berlari cepat menuju kelasnya.

"Sorry." Ucap Salsha.

"Cewek aneh!" Iqbaal menggelengkan kepalanya.

Iqbaal segera menaiki satu per satu anak tangga dan memasuki ruang kelasnya.

Ketika sampai di kelas, ia menghampiri (Namakamu) yang sedang membaca buku pelajaran. (Namakamu) duduk di pojok belakang bagian kanan.

"(Namakamu)." Kini Iqbaal duduk di samping (Namakamu).

'Masa gue gini doang marah sih ya?' Batin (Namakamu).

"Iya?" Senyum (Namakamu).

"Lo marah sama gue?" Tanya Iqbaal hati-hati.

"Hah marah? Kata siapa? Engga kok." Senyum lebar (Namakamu) lalu di sertai tawaan.

"Cie yang di pojokan ngapain tuh?" Teriak Azira, teman sekelasnya dari depan pintu kelas.

"Apaan sih lo, Zir!" Teriak (Namakamu).

"Udah, udah. Jangan di ladenin." Iqbaal berusaha menenangkan (Namakamu).

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang