34. Curhat

4.8K 418 14
                                    

"Iqbaal?" desis (Namakamu).

Iqbaal tertawa renyah. (Namakamu) kemudian mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Loh, kenapa langsung buang muka gitu?" Iqbaal tersenyum tipis.

(Namakamu) masih sedikit terkejut dengan kehadiran laki-laki itu. (Namakamu) akui ia tampan hari ini. Dengan balutan jas dan dasi membuat laki-laki ini seperti bukan anak yang baru saja lulus SMA. Ia terlihat seperti pria dewasa, super tampan!

Tapi, masa lalunya bersama laki-laki ini seketika melintasi otaknya di waktu yang benar-benar tidak tepat.

Entah kenapa ketika memori itu muncul dan kembali menghampirinya, (Namakamu) yang semula ingin tersenyum karena bisa melihat Iqbaal yang sudah pulih, malah membuang muka dan melakukan kebalikan dari maksud pertamanya.

"Kamu ke sini mau ketemu Kak Hito, ya?" (Namakamu) tak menjawab. Ia hanya sibuk melihat karyawan yang melewati mulut pintu utama kantor sambil melipat kedua tangannya di dada.

Sepertinya (Namakamu) harus menginterogasi Hito setelah ia bertemu dengannya.

"Maaf, Pak Dhiafakhri. Client sudah menunggu Anda di ruangan. Terima kasih." Resepsionis ini menghentikan aksi Iqbaal yang sedang menatap (Namakamu).

Menurutnya, (Namakamu) semakin cantik dan manis. Hanya saja mungkin hatinya tidak sebaik dulu kepadanya. (Namakamu) telah membencinya. Dan ia tidak ingin (Namakamu) membencinya lebih dalam.

Ia bertekad dalam hati untuk membuat (Namakamu) kembali seperti dulu bersamanya. Meskipun hanya menjadi teman, itu tidak masalah.

"Semoga kita bertemu lagi, ya?" Iqbaal tertawa kecil sebelum meninggalkan (Namakamu).

(Namakamu) baru tersadar setelah salah satu resepsionis memanggil nama laki-laki itu. "Pak Dhiafakhri?" lirihnya.

Lalu kepalanya menengadah ke atas.

D H I A F A K H R I   GROUP

***

"Setelah berbulan-bulan kakak kerja di sini, kenapa kakak gak pernah kasih tahu aku kalau kakak kerja sama Iqbaal?" (Namakamu) mengurungkan niatnya untuk membahas tentang Aldi untuk saat ini.

Sebenarnya, ia belum memberitahu kepada Hito mengenai hubungannya dengan Aldi yang sudah kandas seminggu lalu. (Namakamu) berusaha tegar dan mencoba untuk menerimanya. Steffi juga membantunya untuk tidak terlalu berlarut dalam kesedihan.

"Kakak cuma gak mau aja kalau kamu marah kayak gini gara-gara kakak kerja sama Dhiafakhri." (Namakamu) memutar kedua bola matanya kesal.

Kenapa sekarang Hito merubah nama Iqbaal menjadi Dhiafakhri? Oh, tolong! Ini membuat dirinya mengingat masa-masa SMA bersama Iqbaal.

"Kakak gak bisa cari kerja di tempat lain?" Hito menggeleng.

"Kakak udah coba ke beberapa perusahaan di daerah sini. Bahkan kakak udah coba sampai di luar kota. Tapi, gak ada satupun yang terima lowongan kakak. Kakak saat itu frustrasi.

Kakak duduk di trotoar jalan dan di sana kakak lihat Dhiafakhri turun dari mobil dan bantu kakak. Keesokkan harinya, kakak kerja di perusahaan ini." Kata Hito sambil mengingat kembali kejadiannya.

[-----]

"Pak, tolong terima saya. Saya hanya tinggal berdua dengan adik saya. Kalau bukan saya yang membiayai adik saya, siapa lagi, Pak?" Hito terus memohon kepada lelaki tua di hadapannya ini.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang