33. Putus

3.1K 280 14
                                    

Setelah mengemasi pakaian ke dalam kopernya, Aldi beranjak dari kamar dan berjalan keluar.

Ia sejak tadi tidak menanggapi Steffi yang memintanya untuk menghubungi (Namakamu) perihal keberangkatannya ke Paris.

Aldi ditugaskan oleh Direktur Rumah Sakit untuk menjadi dokter utama salah satu rumah sakit ternama di Paris. Sebenarnya, tugas itu sudah diterima Aldi sejak tiga bulan yang lalu. Kejutan kemarin itu, hanya untuk memberi kebahagiaan untuk (Namakamu). Walaupun hanya sementara.

"Kak, lo gak mau kasih tau (Namakamu)?" tanya Steffi.

Aldi yang sedang memasukkan koper-kopernya ke dalam bagasi mobil tidak menjawabnya.

"Jawab gue kek!" Steffi memukul bahu Aldi.

Aldi masih saja tidak menjawab.

Steffi sesungguhnya ingin memberi tahu (Namakamu), tapi nanti bisa saja (Namakamu) berpikir kenapa Aldi tidak memberitahunya langsung? Mengapa harus melalui perantara? Steffi dilema.

Aldi sudah menutup rapat bagasi mobilnya lalu ia menuju kemudi untuk segera berangkat ke bandara. Nanti Steffi pulang menyetir sendiri.

"Kalau lo gak bilang (Namakamu) setelah lo sampai di bandara, gue sendiri yang akan bilang dia!"

Suasana mobil hening, hanya suara pendingin mobil yang bersuara pelan.

Steffi mendengus kesal.

---

TRING!

Aldi : Temuin aku di bandara jam 3 sore ya?

Untuk apa Aldi mengirimkannya pesan singkat dan Aldi memintanya untuk menemuinya di bandara? Ada apa?

(Namakamu) tidak membalasnya. Ia segera bersiap-siap untuk segera ke bandara. Tapi, ia merasa hatinya tidak siap untuk pergi ke bandara.

Kak Hito : (Namakamu) ke bandara dl ya, Kak. Mau temuin Aldi.

Setelah mengirim pesan kepada Hito, (Namakamu) langsung berangkat dengan taxi yang kebetulan lewat di depan rumahnya.

***

"Kak, apakah lo bener-bener yakin pergi ke Paris?" Aldi mengangguk.

Steffi dan Aldi sedang duduk di tempat yang tersedia di dalam bandara sambil menunggui keberangkatan.

"Tapi, (Namakamu)?" Aldi tersenyum kecil.

"Iqbaal bisa jaga dia," Steffi mengerutkan dahinya. Bukankah saat itu lelaki yang Aldi sebutkan sedang berada di ambang kematian?

"Iqbaal udah sembuh. Dia sembuh total. Gue lupa kasih tau ke lo." Steffi masih menatap Aldi tidak mengerti.

"Dia itu sakit apa, sih? Bukannya sakitnya parah?" Aldi lagi-lagi tersenyum.

"Kurang lebih setahun yang lalu Iqbaal dateng ke rumah sakit buat check up. Saat itu gue gak tau kalau dia benar-benar mau check up. Gue kira dia jengukin temennya. Dan dia masuk ke ruang Dokter Fathur, dokter spesialis ginjal. Dan di saat itu juga gue tau kenapa dia datang ke sana.

Gue gak kasih tau tentang ini ke (Namakamu) karena gue pikir dia udah benar-benar lupain dia. Dan yang udah lo tau, Tante Rike mohon-mohon ke gue untuk sembuhin Iqbaal. Seminggu yang lalu (Namakamu) selalu ke rumah sakit buat temuin Iqbaal, walau itu gue yang suruh."

"Jadi sejak saat itu keadaan Iqbaal mulai membaik?" Aldi mengangguk menjawab pertanyaan Steffi.

"Di saat itu juga ada yang relain satu ginjalnya buat Iqbaal." Aldi tersenyum tipis.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang