18. Berubah

7.5K 666 11
                                    

**

"Pagi." (Namakamu) dan Zidny yang sedang merapihkan ruang makan sedikit terkejut dengan kehadirannya.

"Pagi." Ucap (Namakamu).

"Pagi juga, Iqbaal." (Namakamu) melihat Zidny tersenyum. Ia akui senyuman Zidny manis, namun senyuman manis itu tak kalah dengan senyum manisnya.

"Kamu mau selai apa?" (Namakamu) mengambil sehelai roti dan memegang pisau roti.

"Cokelat?" Tanya (Namakamu).

"Iqbaal gak suka cokelat, (Namakamu). Iqbaal sukanya selai kacang." (Namakamu) mengernyitkan alisnya. Darimana Zidny tahu itu? Bukankah kekasih Iqbaal itu dirinya? Mengapa Zidny yang lebih tahu tentang Iqbaal daripada dirinya?

"Bener kata Zidny." Iqbaal tersenyum dan duduk di samping Zidny. Posisi Iqbaal dan (Namakamu) berhadapan.

"Yayaya." (Namakamu) memutar bolamata kesalnya.

"Ini." (Namakamu) memberi roti berisi selai kacang untuk Iqbaal.

"Makasih, sayang." (Namakamu) tersenyum mendengar perkataan Iqbaal untuknya.

"Sama-sama." Balas Iqbaal.

---

"(Nam), kayaknya hari ini kita harus batalin janji kita buat ke Cipanas deh."

"Loh, kenapa?" Tanya (Namakamu).

"Zidny sakit." Bukankah Zidny baik-baik saja saat sarapan tadi?

"Tadi pagi aku lihat dia gak apa-apa kok?"

"Itu 'kan tadi pagi, (Namakamu)."

"Ssssh. Ya. Terus gimana?"

"Kita nanti bawa Zidny ke rumah sakit. Aku takut dia kenapa-napa." (Namakamu) menolehkan pandangannya ke arah Iqbaal. Ia menatapnya dengan tajam.

"Kenapa kamu natap aku kayak gitu?" Tanya Iqbaal.

"Kamu mau Zidny kenapa-napa, huh?" (Namakamu) menggelengkan kepalanya lemas. Begitu khawatir kah Iqbaal kepada Zidny? Jelas-jelas Zidny bukan kekasihnya.

'Kamu gak pernah tahu soal aku. Dan aku juga gak tahu kamu akan khawatirin aku seperti itu atau engga saat kamu tahu yang sebenarnya.'

"Kalau gitu aku mau ke kamar Zidny dulu buat mastiin keadaannya." (Namakamu) menghela nafas panjangnya melihat Iqbaal begitu khawatir dengan Zidny.

Iqbaal menghentikan langkahnya. Ia membalikkan tubuhnya lalu berkata, "Kamu gak ada niatan buat ikut aku ke kamar Zidny?" Tanyanya datar.

"Aku nyusul." Tanpa berkata apapun Iqbaal membalikkan tubuhnya kembali dan berjalan menuju kamar Zidny.

***

"Hallo?"

'Woyy.'

'Apa kabar lo?'

'Gila ya, lo weekend bareng Iqbaal.'

"Gue mau cerita."

'Cerita apa? Eh, kok gue denger suara lo lemes gitu?'

'Lo gak apa-apa 'kan?'

"Gue baik-baik aja kok, cuma hati gue lagi gak baik."

'Kenapa? Kenapa? Lo jangan buat gue kepo gini dong, (Nam).'

"Gue disini gak berdua doang sama Iqbaal. Ada Zidny disini, Zir."

'Hah?' Sungguh, suara Azira di seberang sana membuat (Namakamu) sedikit memundurkan telepon genggamnya.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang