Ini bulan ketiga setelah masuk kampus.
Semakin hari terlihat bahwa (Namakamu) dan Rafto terlihat dekat, apalagi sesudah mengetahui bahwa mereka berada di kampus yang sama. Azira mendukung Rafto yang berusaha untuk mendekati (Namakamu) dari hari ke hari. Dan Azira benar-benar mengharapkan yang terbaik untuk sahabatnya itu.
Azira, (Namakamu), dan Rafto sudah keluar dari kelas sepuluh menit yang lalu. Tadi mereka mengikuti kelas yang sama, jadi keluarnya juga sama-sama.
"(Nam) ... malam ini ada acara, enggak?" tanya Rafto sambil berusaha berjalan sejajar di samping (Namakamu). Azira di belakang sambil memainkan handphone-nya, mungkin membalas pesan dari Ferren.
"Kayaknya sih enggak ada. Kenapa emangnya?" (Namakamu) menoleh sekilas ke arah Rafto lalu kembali fokus berjalan.
"Kalau enggak ada, nanti sekitaran jam tujuh malam dandan yang cantik, ya." Rafto tersenyum, lesung pipinya membuat ia terlihat makin manis.
"Ceritanya ngajak jalan, nih?" (Namakamu) tersenyum miring, masih menatap ke depan.
Rafto menengok ke arahnya. "Ya, begitu...."
(Namakamu) terkekeh.
Mereka sudah sampai di kantin. Lalu mengambil meja di dekat Bu Lastri, penjual gado-gado.
(Namakamu) dan Rafto duduk. Azira entah kemana perginya, tidak ada kabar. Tiba-tiba menghilang.
Rafto memberi kode kepada Bu Lastri untuk memesan dua gado-gado dan dua minuman.
"Rafto, Azira kemana?" (Namakamu) celingak-celinguk mencari Azira.
Rafto menggeleng lalu mengangkat kedua bahunya, pertanda tidak tahu. "Tadi bukannya dia jalan di belakang kamu?" tanya Rafto.
"Ish, kamu 'kan jalannya sejajar sama aku!" jawab (Namakamu).
"Den Rafto, ini minumannya. Ibu buat dulu ya gado-gadonya."
Rafto mengangguk.
Bu Lastri meletakkan dua gelas es teh manis beserta sedotannya di atas meja. Setelah itu ia pamit untuk membuat gado-gado pesanan Rafto.
DRTTT
DRTTT"Bentar, ada telepon dari Azira."
"Iya, ada apa?"
"...."
"Ferren masuk rumah sakit? Kok bisa?"
"...."
"Ya udah, nanti gue nyusul. Sama Rafto gapapa kan ya?"
"...."
"Oke, salam buat Ferren. Bilangin ke dia, nanti pasti gue jengukin dia kok."
"...."
"Bye."
Telepon terputus.
"Kenapa? Tadi aku denger ada yang masuk rumah sakit...,"
"Iya, pacarnya Azira masuk rumah sakit."
"Nanti kamu jenguk?"
(Namakamu) mengangguk.
"Aku ikut, ya?"
"Harus dong!" (Namakamu) tersenyum kecil.
Beginilah keadaannya, pendekatan Rafto kepada (Namakamu) sepertinya mendekati berhasil. Namun, Rafto juga tidak ingin terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhiafakhri
Fanfiction[ BEBERAPA PART DIPRIVATE ] (Namakamu) menghapus Dhiafakhri dari hidupnya. Hingga akhirnya (Namakamu) tahu bahwa Dhiafakhri tak pernah benar-benar meninggalkannya.