Iqbaal menghempaskan tubuhnya kasar di atas tempat tidurnya. Rasanya hari ini begitu lelah. Entah mengapa.
"Kenapa tadi gue ketemu dia?"
"Le.... Makan." Teriak Fildza dari dapur.
Iqbaal bangkit menuju dapur. Di sana sudah terdapat Fildza, Rike, Herry. Herry sudah pulang dari dinasnya di luar negeri seminggu lalu.
Iqbaal terduduk di samping Fildza.
"Kok kamu pucet?" Fildza menyentuh kening Iqbaal. Tidak panas."Kamu sakit, Nak?" tanya Rike di seberang sana. Herry menatap putranya penuh tanda tanya.
"Kecapekan aja, Nda." jawabnya.
"Habis makan, kamu minum vitamin ya? Vitaminnya minta teteh kamu aja." Iqbaal mengangguk.
"Baal, nanti Ayah mau bicara sama kamu." ucap Herry dengan nada seriusnya.
"Iya, Yah."
***
"Kamu ada masalah?" tanya Herry diawal pembicaraan mereka. Herry mengajaknya ke sini; Ruang Baca. Sepertinya ini pembicaraan penting.
"Enggak kok, Yah." Iqbaal menggeleng dengan wajah yang datar.
Herry menepuk pundak Iqbaal yang terduduk di sampingnya. "Baal. Ayah tahu." ucap Herry.
Iqbaal menatap Herry bingung. Tahu? Apa yang Ayah maksud?
Herry tersenyum, tapi seperti dipaksakan. "Surat itu." Iqbaal mengernyit, masih tak mengerti.
"Iqbaal gak ngerti, Yah." Iqbaal menggeleng.
"Kamu belum mau cerita sama Ayah?" Herry terduduk di kursi kayu samping Iqbaal.
"Yah, Iqbaal gak ngerti. Surat? Surat apa?"
"Surat yang ada di lemari kamu."
Surat? Astaga! Iqbaal kira menyimpan surat di dalam lemari sangat aman. Nyatanya, tetap ketahuan.
Iqbaal menatap Herry takut. "Jangan kasih tahu Bunda ya, Yah?" Iqbaal menunduk.
Herry mengambil kedua tangan Iqbaal, menggenggamnya. "Ayah gak akan bilang ini ke siapapun. Tapi kamu harus inget, gak boleh sakitin diri kamu sendiri apalagi orang lain," Iqbaal masih menunduk.
"Ngerti, Baal?" Iqbaal mengangguk setelah itu ia memeluk Herry erat.
"Maafin aku ya, Yah." Herry terlihat mengangguk, lalu membalas pelukan Iqbaal.
***
Hari ini hari jadinya BluePrint Kafe yang ke-3.
Hardi sudah menyiapkan semuanya untuk hari ini. Mulai dari suasana kafe yang ia buat sedikit berbeda dari sebelumnya, penampilan dari penyanyi kafe, dan tentunya potongan harga untuk hari ini saja.
"Gimana, Baal?" Hardi menyilangkan kedua tangannya, bergaya seperti bos besar.
"Gila! Keren!" kagum Iqbaal. Hardi tertawa kecil.
"Lebih keren lagi penampilan kalian nanti!" Iqbaal tersenyum.
"Zidny belum datang, Om?" Hardi mengangkat bahunya. "Kayaknya belum, deh. Soalnya dari tadi om belum lihat dia." Iqbaal hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhiafakhri
Fanfiction[ BEBERAPA PART DIPRIVATE ] (Namakamu) menghapus Dhiafakhri dari hidupnya. Hingga akhirnya (Namakamu) tahu bahwa Dhiafakhri tak pernah benar-benar meninggalkannya.