Hari ini tanggal 28. (Namakamu) sangat menanti tanggal dan waktu ini.
Hari ini adalah hari peluncuran buku pertamanya di salah satu toko buku ternama di Jakarta.
(Namakamu) sudah berada di dalam mobil bersama Dhiafakhri menuju tempat launchingnya. Sayangnya, Hito tidak dapat menemani peluncuran bukunya yang pertama itu. Hito bilang, kalau ia memiliki banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
"Cie bukunya terbit." Kata Dhiafakhri sambil menyetir.
(Namakamu) menengok ke arahnya, "Apa sih?" Lalu ia tersenyum malu.
"Ih gemes." Dhiafakhri mencubit pipi kanan (Namakamu) dengan tangan kirinya.
Walau hanya menjadi sahabat untuk saat ini, Dhiafakhri tetap bersyukur karena ia bisa bercanda dan bisa selalu ada di sisi (Namakamu).
***
"Selamat sore...!" Salam pembawa acara peluncuran buku.
Hadirin yang rata-rata adalah remaja-- duduk di kursi yang telah disediakan-- menjawab salam dari pembawa acara dengan serempak.
(Namakamu) yang masih di belakang panggung kecil itu gugup.
Tanpa pemberitahuan sama sekali, Dhiafakhri mengambil kedua tangannya lalu menggenggamnya erat. (Namakamu) menoleh ke arah Dhiafakhri yang berada di samping kanannya.
"Kamu jangan gugup gitu." (Namakamu) tersenyum kecil.
"Aku takut kalau apa yang udah aku tulis mereka gak akan suka sama itu semua." (Namakamu) menunduk.
"Hei, jangan takut...," Dhiafakhri menengadahkan kepala (Namakamu) agar (Namakamu) dapat menatapnya.
"Aku selalu ada di sini. Lagipula, aku yang seharusnya takut. Takut kalau aku ketemu mereka, mereka jambak aku gara-gara aku di sana jahat banget sama kamunya." Dhiafakhri terkekeh.
(Namakamu) tersenyum. "Ish! Itu 'kan cuma cerita. Masa gitu doang takut?"
"Itu emang kenyataannya, kan? Aku emang jahat sama kamu. Aku gak ngertiin perasaan kamu. Aku gak peka. Aku itu---" (Namakamu) meletakkan jari telunjuknya tepat di mulut Dhiafakhri.
"Stop! Kita lupain Iqbaal. Aku maunya kita bahas Dhiafakhri aja."
---
"Cie yang udah penasaran mau baca bukunya. Hahaha! Sebelum kami membagikan semua bukunya, kami akan memanggil yang sudah kalian tunggu-tunggu dari tadi,"
"Ini dia ... (Namakamu) Audina, penulis muda best seller tahun ini."
Semua orang yang duduk di sana bersorak-sorak gembira. Karena, yang mereka tunggu-tunggu telah hadir di hadapannya.
"Aaaah gilaaa! (Namakamu) cantik banget." Kata salah satu dari mereka.
Dhiafakhri duduk di kursi paling depan. Sehingga, ia bisa melihat (Namakamu) dengan jelas dan tentunya memberi gadis itu semangat.
"Hai, (Namakamu). Apa kabarnya?" Tanya pembawa acara setelah (Namakamu) duduk di kursi di sampingnya.
"Alhamdullilah, baik, Kak." (Namakamu) tersenyum.
"Kamu makin hari makin cantik aja loh." Kata pembawa acara itu sambil tersenyum.
(Namakamu) tersenyum tipis. "Wah, kakak bisa aja. Terima kasih pujiannya." (Namakamu) terkekeh.
"Loh, emang bener kalau kamu makin cantik. Coba deh kita tanya sama pacarnya," (Namakamu) mengerutkan dahinya, bingung.
Lalu pembawa acara itu beranjak dan berjalan mendekati Dhiafakhri. Tepat di sebelahnya, ada kursi kosong. Itu bisa diisi oleh si pembawa acara ini. Kebetulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhiafakhri
Fanfiction[ BEBERAPA PART DIPRIVATE ] (Namakamu) menghapus Dhiafakhri dari hidupnya. Hingga akhirnya (Namakamu) tahu bahwa Dhiafakhri tak pernah benar-benar meninggalkannya.