***
"Mulai sekarang, kamu check up nya bareng Dokter Alvaro, ya." Hito menatap (Namakamu) dan Dokter Alvaro secara bergantian.
(Namakamu) membulatkan matanya. "Hah?"
"Apa yang barusan kakak omongin kurang jelas?" Tanya Hito.
"Jelas." Ucap (Namakamu) datar.
Dokter Alvaro kini sedang berkunjung ke rumah (Namakamu). Hito menyambutnya dengan sangat baik. Lain dengan (Namakamu), ia sangat tidak suka melihat Dokter itu.
Mereka semua duduk di ruang tamu.
"Hm. Kak, (Namakamu), maaf sebelumnya kalau manggil aku jangan Dokter Alvaro. Panggil aku Aldi aja, itu nama panggilan aku." Dokter ini mengangkat suaranya.
Hanya Hito yang menjawab Aldi. "Oke, Aldi." Senyum Hito.
(Namakamu) bangkit dari duduknya dan meninggalkan mereka berdua.
"Ngapain sih Dokter itu ke sini? Udah gitu kakak suruh gue check up bareng dia. Idih." Ucap (Namakamu) setelah ia berada di kamarnya.
(Namakamu) mengambil selembar kertas lalu ia membaca ulang kalimat-kalimat dalam kertas yang sudah ia baca sebelumnya.
"Mama sama Papa gak tahu tentang ini. Sekarang, Mama ngikutin Papa yang lebih pentingin pekerjaannya daripada (Namakamu) ." Tanpa disadari (Namakamu) meneteskan air matanya. (Namakamu) melipat kembali kertas itu dan ia masukkan ke dalam laci mejanya.
"(Namakamu) kangen Mama sama Papa. (Namakamu) pengen kalian selalu ada di samping (Namakamu) sebelum itu semua terjadi."
Tes!
Bukan, kali ini bukan air mata yang menetes saja. Sebuah cairan bening berwarna merah ikut menghiasi di sekitar daerah bawah hidung nya. (Namakamu) merasakannya, ia menghapus cairan itu dengan menggunakan tissue yang ada di nakas. Ia terkejut melihatnya.
"D...arah?" (Namakamu) semakin mengeluarkan tangisannya.
"Hiks.. Hiks." (Namakamu) terduduk di lantai kamarnya dan menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya dan kakinya ikut menopang.
Tak lama setelah itu ia merasakan kepalanya seperti ada ratusan kilogram beton yang ia tahan, badannya mulai terasa lemas, ia berteriak untuk memanggil Hito.
"Kak.. Sa.Kit.." (Namakamu) memegang kepalanya yang begitu luar biasa sakitnya.
Hito yang sedang berbincang-bincang dengan Aldi mendengar teriakan adiknya, sama halnya dengan Aldi.
"(Namakamu)!" Hito berlari menuju kamar (Namakamu). Aldi yang memiliki rasa penasaran tinggi, langsung mengikuti Hito dari belakang.
Hito mengetuk pintu kamar (Namakamu).
"(Namakamu)." Hito mencoba membuka knop pintunya. Ternyata adiknya tak mengunci pintu kamarnya.
"Sakit.." Lirih (Namakamu) disertai air mata dan cairan berwarna merah itu yang masih belum berhenti. (Namakamu) terus memegang kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhiafakhri
Fanfic[ BEBERAPA PART DIPRIVATE ] (Namakamu) menghapus Dhiafakhri dari hidupnya. Hingga akhirnya (Namakamu) tahu bahwa Dhiafakhri tak pernah benar-benar meninggalkannya.