32. Kejutan

5.1K 380 12
                                    

"Surprise!" Aldi membuka penutup mata yang (Namakamu) kenakan.

(Namakamu) menyapu seluruh pandangannya pada halaman yang di sulap menjadi sesuatu yang membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.

Ia melihat ada dua kursi beserta makanan di mejanya. Ada juga lampu-lampu kecil yang dipasang dengan dililitkan di sekitar pohon-pohon kecil guna dinikmati keindahannya. Terlebih lagi ada sebuah tulisan "HAPPY 1st ANNIVERSARY" yang dibuat dengan lilin-lilin kecil dan diluarnya telah terbentuk sebuah love.

(Namakamu) mengatupkan bibirnya dengan tangan kirinya ketika Aldi mengambil tangan kanannya lalu bertumpu di hadapannya.

"Happy 1st anniversary, (Namakamu)," (Namakamu) tersenyum haru.

Aldi mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Aldi memasangkan sebuah kalung indah berwarna emas di leher (Namakamu).

(Namakamu) berusaha menahan air mata bahagianya.

"I love you, (Namakamu)." bisik Aldi saat ia tengah menyatukan lubang pengait kalung emas itu.

(Namakamu) mengangguk, tidak bisa lagi menahan air matanya.

(Namakamu) merasa apa yang Aldi lakukan saat ini sudah lebih dari cukup. Ini diluar harapannya. Ia benar-benar terkejut. Walau ia tahu kalau Aldi telat mengucapkan satu tahun hubungannya.

(Namakamu) seperti kehabisan kata-kata untuk saat ini. Yang hanya bisa ia lakukan hanya menangis. Menangis bahagia.

Aldi selalu bisa membuatnya bahagia.

Aldi mengusap air mata itu lalu menatap (Namakamu) lamat-lamat, "Kamu jangan nangis. Aku gak suka kamu nangis," (Namakamu) tertawa kecil dengan mata yang mulai sembab itu.

"Aku nangis karena bahagia, Aldi." Aldi mengangguk lalu menyelipkan beberapa anak rambut (Namakamu) yang sesekali terbawa oleh angin malam.

"Makan yuk!" Aldi menarik tangan (Namakamu) menuju kursi itu.

***

"Makasih buat kejutannya ya, Aldi." Aldi tersenyum.

"Oh iya, kamu nanti malam bisa nggak temenin aku ke toko buku?"

"Apa sih yang nggak bisa buat kamu?" Aldi menyentuh hidung (Namakamu).

"Basi." Aldi melototkan kedua bola matanya.

(Namakamu) menyeringai lebar. "Maaf, dokter Aldi yang ganteng." Aldi menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Permisi, dokter!" Aldi dan (Namakamu) lantas mengarah ke arah pintu.

Disana sudah terdapat seorang suster yang berdiri tepat di mulut pintu dengan wajah khawatirnya.

"Ada apa?" Aldi beranjak dari tempat duduknya dan mendekati suster itu.

"Pasien di kamar 281 keadaannya terus menurun, dok."

Kemudian Aldi menatap (Namakamu). (Namakamu) mengangguk, membiarkan Aldi mengurusi pasiennya. Itu lebih penting dari dirinya. Aldi juga terlihat begitu cemas.

---

"Gimana keadaan anak saya, dokter Aldi?" tanya wanita paruh baya itu dengan khawatirnya saat Aldi keluar dari ruang ICCU.

"Anak Ibu akan terus kami pantau dalam 24 jam ke depan. Karena kondisinya masih belum stabil," Wanita itu menggeleng-geleng dengan mata sembabnya.

"Saya permisi dulu." pamit Aldi.

"Bunda yang sabar ya...," Wanita paruh baya ini mengangguk pasrah kepada gadis yang duduk di sampingnya sambil mengelus pelan bahunya.

"Dia itu orangnya kuat kok, Bun. Aku yakin dia bisa bertahan." Gadis ini tersenyum tipis.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang