43. Epilog

5.3K 334 7
                                    

Sebelumnya, makasih banyak buat kalian yang udah relain waktu ngebaca cerita fan-fic CJR hasil karya gue. Gue sadar kok, tulisan gue ini jauhhh banget dari kata sempurna. Tulisan gue yang asal tulis, gak mikir alur dulu, ejaan yang gak sesuai KBBI. Gue sadar banget kok.

Sekali lagi, gue makasih banget sama kalian yang selalu ikutin perkembangan wattpad gue yang gak ada apa-apanya. :( Dari followers gue 0 sampai sekarang udah 2K kalian masih setia sama gue. Dan walaupun cerita gue masih di sini-sini aja. Bahasa cerita gue masih gitu-gitu aja, gak ada yang baru dari kalimat-kalimatnya. Konflik cerita nggak seru, pokoknya yang pasti bikin kalian mumet dan pengen muntah ngebacanya, gue sekalian minta maaf kalau cerita ini buat kalian kecewa.

Jujur, kalian penyemangat buat gue nulis.❤️

Untuk yang kesekian kalinya, gue mau bilang makasih!!💜❤️❤️❤️❤️❤️

Selamat membaca!

***

Dari Iqbaal si brengsek, dari Dhiafakhri si angkuh.

Halo, (Namakamu)! Apa kabarnya? Aku harap kamu baik-baik ya di sana. Kamu pasti senang 'kan? Sebentar lagi kamu resmi jadi istri Rafto, orang yang paling istimewa dalam hidup kamu. Aku tahu kamu pasti masih marah sama aku, bahkan mungkin sangat marah. Benar 'kan?

Kamu inget gak ketika kita baru pertama kali bertemu? Saat aku jadi murid baru di Sekolah Citra Merpati. Dulu, kamu pernah bilang kalau aku itu emang dingin. Dan sekarang mungkin beku ya? Haha. Aku seneeeeng banget bisa kenal sama kamu saat itu. Aku jadi punya semangat untuk pergi ke sekolah, semangat belajar.

Aku, Ferren, Bagas, sama teman-teman lainnya selalu ke kantin, kita ngobrol bareng, ahhh itu cerita paling seru deh di sekolah! Ha! Kamu inget juga gak kalau aku pernah nembak kamu dengan cara yang gak biasa? Atau kamu udah lupain? Kalau kamu lupa gak masalah. Setidaknya aku pernah membuat kamu tersenyum meski akhirnya aku akan terlupakan. Maaf kalau kamu merasa aku terlalu serius nulis ini. Terus baca sampai bawah, ya?

Aku gak tahu kenapa aku bisa tulis ini dan bungkus surat ini pake amplop yang warnanya sama kayak undangan pernikahan kamu. Maaf ya, sepertinya aku gak bisa kasih ini langsung ke kamu. Mungkin kamu beranggapan kalau aku pengecut. Iya, aku emang seperti itu. Kamu bodoh sekali kalau masih memikirkan aku. Untungnya, kamu pintar. Kamu begitu cepat melupakan aku. Buktinya Rafto akan menjadi suami kamu. Hari ini, pasti hari yang bersejarah banget dalam hidup kamu. Kamu harus selalu ingat hari ini selamanya.
(Nam) ... orang pertama kali hidup saat mereka lahir di dunia ini. Tapi aku hidup saat kamu hadir untuk aku. Dan saat kamu gak hadir untuk aku, aku mati. Ini mungkin terdengar menggelikan, tapi sungguh, itu benar. Karena, lebih baik mati sekali daripada mati setiap hari. Lebih baik mati untuk selamanya, daripada menyiksa hati aku setiap hari. Menurut kamu mungkin aku pengecut, brengsek, bahkan gak memperjuangkan cinta 'kan? Itu asumsi kamu. Aku menghargai. Mungkin surat ini aku akhiri ya? Sampai bertemu kembali. Semoga kita cepat dipertemukan!

Salam sayang dan rindu,
Iqbaal Dhiafakhri.

***

Iqbaal Dhiafakhri. Lelaki itu baru saja memasukkan secarik kertas dan beberapa foto ke dalam amplop biru-putih. Hari ini adalah hari paling penting dalam hidupnya. Ia akan mengingatnya sampai kapanpun; (Namakamu) menikah dengan orang yang sangat ia cintai. Dan itu tentu bukan dirinya.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang