36

3.8K 255 1
                                    

"Loh, Rafto?" (Namakamu) bertanya dengan hati-hati. Takut saja, ia salah nama atau mungkin salah orang. Siapa tahu saja orang ini ingin menanyai tentang sesuatu?

Seseorang itu terkekeh. "Biasa aja kali, (Nam) ... gak usah kaku gitu." Senyumnya diikuti dengan kedua lesung pipinya.

(Namakamu) ternyata benar. Ini adalah Rafto. Hei, bagaimana ia bisa bertemu lagi dengan lelaki ini?

(Namakamu) yang melihat senyuman manis Rafto, membalas dengan senyumannya yang tak kalah manis. "Hm ...," (Namakamu) terduduk di kursi--yang masih ada di dalam Mal-- dekat sebuah restoran Jepang.

Rafto ikut terduduk. Ia terduduk di samping kiri (Namakamu).

"Lo kok bisa lihat gue sih di sini?" Tanya (Namakamu) dengan tatapan menyelidik ke arah Rafto.

Mulut Rafto yang sudah terbuka separuh--belum mengeluarkan suara--, seketika tertutup kembali karena racauan (Namakamu).

"Oh ... jangan-jangan, lo ikutin gue dari tadi, ya?" (Namakamu) tersenyum miring lalu menaik-turunkan alisnya.

Rafto tertawa geli, (Namakamu) bingung.

"Dari awal gue udah ngelihat wajah lo, gua udah bisa tahu. Lo tuh orangnya suka soudzon, ya?" Rafto menggelengkan kepalanya dua kali.

(Namakamu) menatap tajam ke arah Rafto lalu menginjak sepatunya.

"Awh!" Ringis Rafto.

"Lo jangan nginjek sepatu gue dong. Mending lo pake wedges apalagi sendal swallow. Lah ini, lo nginjek gue pake heels." Rafto masih meringis. Rasanya satu kakinya seketika kebas.

"Cemen jadi cowok!" (Namakamu) membalikkan ibu jarinya ke arah bawah.

"(Namakamu)?"

Rafto dan (Namakamu) menoleh ke sumber suara.

(Namakamu) bangkit lalu diikuti Rafto.

"Kamu ke mana aja, sih? Aku dari tadi telepon kamu gak diangkat, sms aku gak dibales, cari kamu gak ketemu-ketemu--" Dhiafakhri menatap Rafto tidak suka. Lalu ia menunjuk Rafto dengan dagunya kepada (Namakamu).

(Namakamu) membalasnya dengan gelengan, maksudnya, nanti ia akan jelaskan. Tapi, tidak di sini.

"Mmm ... kalau gitu gue balik dulu, ya?" Pamit Rafto.

(Namakamu) tersenyum seraya mengangguk.

"Kamu harus jelasin ke aku dia siapa!"

***

"Dia itu orang yang pernah tolongin aku."

"Tolongin apa?" Tanya Dhiafakhri sambil menyetir.

"Kamu ini kenapa sih? Kesannya aku ini tersangka dan kamu hakimnya."

Dhiafakhri menengok sekilas. "Loh, cerita dong."

"Harus banget?"

"Iya!" Balas Dhiafakhri kesal.

(Namakamu) menjelaskan siapa itu Rafto dan mengapa ia bisa mengenalnya.

Dhiafakhri menghentikan mobilnya di taman dekat rumah (Namakamu). Ia keluar dari mobil lalu membuka pintu di samping pengemudi.

"Tadi habis marah-marah gak jelas, sekarang bawa aku ke sini. Pasti ada maunya nih?" (Namakamu) tersenyum miring saat Dhiafakhri memerintahkan untuk duduk di sampingnya.

Dhiafakhri menggenggam erat tangan (Namakamu). (Namakamu) lantas menengok ke arah Dhiafakhri.

"(Namakamu) ... mungkin kamu masih marah sama Iqbaal. Tapi, aku harap kamu gak pernah marah sama Dhiafakhri," (Namakamu) menatap Dhiafakhri tidak mengerti, wajah lelaki itu terlalu serius.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang