Part 11

376 10 0
                                    

"sekarang hidup gue berubah, setiap gue marah gue akan berubah wujud dan untuk kembali normal gue harus tenang buang emosi, Tuhan semoga ini yang terbaik." Ranty menghela napas
Ammar pamit pulang, dia diantar keluar sama papa dan mama Ranty
"saya permisi pulang dulu pak bu sekali lagi terimakasih atas makan malamnya." Ammar tersenyum
"iya Ammar terimakasih juga kamu udah mau datang, kamu hati-hati dijalan." Bu Intan membalas senyum
"ibu jangan gitu saya jadi malu, saya cuma mahasiswa ibu karyawan bapak gak lebih." Ammar merendah
"sudah ma jangan pancing Ammar ngoomong aneh-aneh lagi, kamu hati-hati." Pak Handoyo memegang pundak Ammar
"iya Pak kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum." Ammar pamit salim
"walaikumsalam." Papa Mama Ranty bersamaan
Tak sengaja Ammar melihat Ranty sedang duduk murung dibangku, "emm pak bu sebelum pulang bolehkah saya ngobrol sebentar dengan Ranty." Ammar tersenyum bodoh
"pasti boleh udah sana." Bapak sama Ibu masuk dulu
"terimakasih pak bu nanti saya langsung pulang jadi pamit sekarang aja." Ammar tersenyum lalu salim dan papa mama Ranty hanya tersenyum
"semoga gue cepat nemuin cinta sejati gue Tuhan siapa pun dia Ranty ikhlas menerimanya." Ranty mengadahkan kepalanya kelangit
"gadis gak baik murung malem-malem." Ammar tiba-tiba duduk disebelah Ranty
"ngapain." Ranty mendorong Ammar sesaat dia duduk tegap
"kenapa sih kamu benci sama saya." Tanya Ammar dan menjauhkan duduknya dari Ranty
"pikir aja sendiri, udah ngapain sih loe masih disini pulang sana." Ranty dengan wajah kesalnya
"iya ini mau pulang kok." Ammar menoleh menatap Ranty
"baguslah lebih cepat lebih baik." Ranty tanpa melihat Ammar, Ammar terus menatap Ranty dengan dalam dia tersenyum lalu menghela napas
"saya pulang Non Ranty." Ammar berdiri berjalan perlahan "masakan Non enak." Dia tersenyum melihat Ranty
Ranty tersenyum tipis dengan wajah kesalnya, Ammar terus tersenyum padanya dengan berjalan mundur, Ammar sudah naik kemotornya dan perlahan berjalan, dia melihat Ranty lagi dibalik helmnya Ranty mengepalkan tangan.
Setelah sampai dirumah Ammar membaringkan tubuhnya diranjangnya, dia tersenyum mengingat wajah kesal Ranty, "kamu terlalu manis untuk marah-marah hmmm andai saja kamu wanita biasa dan bukan anak hmmmm." Dia menghela napas "semoga ada wanita biasa yang sepertimu."
Paginya Ranty sudah kekampus bersama dua sahabatnya, sedangkan Ammar sudah sibuk kerja tiba-tiba dia mengingat senyum Ranty yang dia lihat saat OSPEK kemarin "Ammar." dia memanggil namanya sendiri
"kamu gila Mar." Tanya Riki yang sedang sibuk dengan pekerjaannya
"hahh gak kok." Ammar tersenyum bodoh
"hai apa kabar." Ochi menghampiri Ranty yang duduk didepan kelasnya
"ngomong sama gue." Ranty sinis
"ehhh loe tau gak kalau tikus itu suka menyendiri karena kalau dapet sisa makanan bisa dimakan sendiri hahhaaa." Ochi membuat telinga Ranty panas
"ngomong sama tangan." Ranty hendak pergi
"eitts." Ochi menarik tangan Ranty "mau kemana." Ochi tersenyum
"males ngomong sama curut, lepas." Ranty menarik tangannya
"emang loe ngrasa loe tikus kok marah, jangan-jangan loe beneran tikus." Ochi terus membuat emosi Ranty naik
"gue udah baik ya sama loe gue udah capek berantem sama loe tapi kenapa sih loe suka banget mancing gue, emang loe udah capek jadi orang baik." Ranty mendorong tubuh Ochi sampai Ochi hampir jatuh, sehingga tak membuat keduanya perang mulut, Aura dan Mayang yang mendengar keributan itu langsung keluar dari kelas
"Ty sudah." Aura menarik Ranty menjauh dari Ochi
"kenapa temen loe takut sama gue hahhh." Ochi myolot
"diam ya loe hehh gue gak takut sama loe." Ranty memberontak dari Aura marahnya, kali ini Ranty sangat
"Ty udah Ty udah." Mayang menenangkan Ranty yang semakin emosi "Ty loe inget kan kalau loe marah."
Tiba-tiba Ranty merasakan tubuhnya mulai panas tanpa pikir panjang dia berlari, "tu kan dia takut hahhh dasar." Ochi tertawa pua
"Chi loe tu." Aura hendak menampar Ochi tapi dia urungkan karena ingat Ranty, dia berlari mengejar Mayang yang sudah dulu mengejar Ranty.
"huhhh dasar tikus." Ochi puas lalu pergi
"Ty buka ini kita." Mayang didepan pintu toilet
"Ty please buka." Aura mengetuk-ngetuk pintu, tak lama pintu itu terbuka "Tyyyy." Aura memeluk sahabatnya yang sudah berubah itu
"Ty." Mayang juga ikut memeluk sahabatnya itu "jangan nangis ya kita disini."
"gue gak bisa kayak gini terus gue lebih baik mati, gue gak bisa." Ranty mulai manngis dan berputus asa
"huusstt gak Ty gak kita akan bantu loe buat nemuin cinta sejati loe." Mayang masih memeluk Ranty
"gue takut gue gak akan kembali normal, lebih baik gue mati." Ranty tiba-tiba lemah dan terduduk dilantai
"Ty gue akan buat loe nemuin cinta sejati loe." Aura juga masih memeluk Ranty
"udah sekarang loe tenang biar loe cepet berubah." Mayang mengusap air mata Ranty
15 menit kemudian Ranty sudah kembali normal, mereka masuk kelas dan tibalah waktu keluar kelas tepatnya pukul 10, Ranty dan Aura keperpustakaan untuk meminjam buku sedangkan Mayang pergi keparkir dia menunggu Ammar. Ammar datang melepas helmnya dan segera turun dari motornya
"hai Kak." Sapa Mayang
"hai." Ammar tersenyum
"kak Ammar pengoleksi jacket ya ternyata heee maaf." Mayang tersenyum bodoh
"kamu bisa aja, gak kok cuma suka aja pakainya." Ammar seraya melepas jacketnya
"kakak mau langsung masuk kelas belum." Tanya Mayang seraya mereka berjalan
"gak masih sekitar 15 menit lagi." Ammar melihat jam tangannya
"bisa ngobrol berarti." Tanya Mayang mengharap
"bisa mau dimana." Tanya Ammar balik
"disana aja kak." Mayang menunjuk sebuah tempat dibawah pohon
"kamu mau curhat, apa mau tanya sesuatu atau mau tau sesuatu." Tanya Ammar sesaat mereka duduk
"emm apa ya kak bingung." Mayang tersenyum bodoh "kak saat May tau kakak pertama kali rasa kangen May sama kakak May terasa terobati kakak mau jadi kakak May."
"githu syukurlah kalau hidup saya bermanfaat buat orang lain, ya memang saya kakak tingkat kamu kan disini." Ammar menaikkan alisnya
"iya sih kak May tau itu, tapi May mau kalau kakak tu juga anggap May adik kakak sendiri." May tersenyum
"memang kakak kemana maaf." Ammar bertanya
"emm kakak May udah gak ada Kak, dia kecelakaan waktu pulang sekolah ya tepatnya 2 tahun yang lalu." Mayang terlihat manahan air matanya
"emmm maaf ya maaf saya gak tau maaf." Ammar mengelus tangan Mayang
"iya kak gapapa kok, mau kak jadi kakak May, May gak minta lebih kok May hanya ingin bisa menyapa kakak setiap hari tanpa rasa takut lagi." Mayang menatap Ammar serius
"iya boleh kok, gak kamu minta juga saya bisa disapa siapapun dan gak usah sungkan." Ammar tersenyum
"bener kak terimakasih ya kak." Mayang terlihat "kalau misalnya nanti buatkan masakan kesukaan kakak May buat kak Ammar mau gak, kebetulan May Aura dan Ranty suka banget masak." Tanya Mayang
"boleh tu malah sampe rumah gak perlu masak hehhh, sering-sering aja." Canda Ammar
"kak Ammar bisa aja, bener ya kak." Mayang tersenyum dan Ammar mengangguk "ya udah kalau githu kak May mau kekelas dulu terimakasih ya kak atas waktunya
"iya." Ammar tersenyum dan Mayang pergi
"kemarin Ranty barusan Mayang besok siapa lagi." Boy datang tiba-tiba
"kamu." Ammar kaget
"asal jangan sama Aura aja." Boy tanpa melihat Ammar
"kamu suka sama Aura kan aku tau kok tenang aja, lagian kamu tau aku masih mau fokus sama kuliah dulu, jodoh itu pasti datang sendiri bahkan tanpa dicari." Ammar berdiri
"mau kemana." Tanya Boy juga berdiri
"kekelas males bahas cewek."Ammar berjalan
"iya gue tau loe males mikirin cewek, dan thanks loe udah tau kalau gue suka sama Aura." Boy ikut berjalan kekelas bersama Ammar
Hari-hari Ranty semakin hari semakin membuatnya gila saja, setiap dia merasa marah emosi dia langsung berubah wujud, tak sering juga dia terlibat adu mulut dengan Ochi yang membuatya harus berubah jadi manusia tikus. Bahkan pernah dua kali dia berubah saat di mall arena bertemu Ochi dan saling adu mulut. Ammar semakin sibuk saja dengan perkerjaannya dikantor satu bulan belakangan ini dia baru saya menyelesaikan proyek pembangunan hotel bintang lima, sekarang sudah selesai dia sudah bisa bernapas lega. Ranty dan sahabatnya memulai pertualangan mencari cinta sejati.
"loe udah siap Ty." Tanya Aura mendekati Ranty
"loe yakin sama yang mau daftar." Ranty sedikit ragu
"udah tenang aja, papa mama gue kan lama perginya jadi kita bebas kalau mau ketawa." Aura datang membawa minuman
"bener banget Ty kalau lucu ketawain aja ya kan Ra." Mayang bersemangat
"bener banget." Aura duduk didekat Ranty dan Ranty hanya mengangguk
Dan audisi pun dimulai, diawali dengan seorang pria yang gagah tubuhnya atletis beda tipis sama Ammar tapi sayang gayanya yang cucok membuat Ranty dan kedua sahabatnya tertawa, kedua gagah kuliat sawo matang tapi terlalu sangar jadi Ranty takut, ketiga kalem ganteng putih tapi sok ustad banget padahal tidak semua yang dia katakan itu sesuai jadi tidak, keempat dan seterusnya Ranty kurang suka
"masak 25 cowok gak ada yang bener sih." Aura membaringkan tubuhnya dilantai bersama keduanya
"bener banget yang bikin kocak tu yang pertama, gue udah suka ehh cucok hahhaaaa." Mayang tertawa
"hahhaaaa." Ranty ikut tertawa "apalagi yang tadi pake baju sok rock hmmm hahaaaa."

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang