Part 10

447 12 0
                                    

"cantik tapi kenapa suka marah-marah sih, kamu tau gak kamu cantik apalagi kalau senyum." Ammar membayangkan seseorang "Ranty Maria hmmmmm." Ammar memejamkan matanya dia membayangkan senyum Ranty senyum yang dia lihat saat OSPEK hari pertama dia juga mengingat saat rambut Ranty tersangkut dikancing bajunya, dia tersenyum tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi dia kaget sekali
"hahh pak Handoyo." Ammar masih tidak percaya "assalamualaikum Pak ada yangbisa saya bantu." Ammar menjawab panggilan pak Handoyo
"walaikumsalam Ammar." pak Handoyo menjawab salam Ammar "gini Mar kamu nanti kerumah bapak ya bapak tunggu jam 7 gimana." Pak Handoyo membuat jantung Ammar berhenti sejenak
"emm kerumah pak nanti." Ammar tidak percaya
"iya kamu pasti bisa kan ya pokoknya bapak tunggu jam 7 ya." Pak Handoyo benar-benar membuat jantung Ammar berdetak kencang
"gila masak baru mikirin anaknya bapaknya nyuruh kerumah huhhh." Ammar dalam hati "iya pak." Jawab Ammar
"oke bapak kirim alamatnya, Assalamualaikum." Pak Handoyo tersenyum dan menutup pembicaraan
"iya pak walaikumsalam." Jawab Ammar, lalu Ammar tersenyum dan memegangi coklat dari Ranty dan memasukkan lagi kedalam tempat pensilnya
Ranty sedang berkumpul bercanda bersama sahabatnya dirumah Aura, "hahhhaaa jadi tadi kamu dideketin kak Boy ehemmm." Mayang menggoda sahabatnya itu
"May cuma ngobrol aja kok jangan aneh-aneh dech." Aura malu-malu
"kalian ini dari tadi becanda terus sih, pikirin dong gimana caraya gue dapat nemuin cinta sejati gue." Ranty merebahkan tubuhnya
"sudah lah pasti kita fikirkan caranya, ya gak Ra." Mayang memegang tangan Ranty
"iya udah loe yang tenang ya." Aura juga ikut menenangkan Ranty, tiba-tiba ponsel Ranty berbunyi
"iya Ma, dirumah Aura, ngapain pulang jam 6, gak biasanya, iya-iya tapi ada apa sih Ma, iya." Ranty terlihat cemberut
"loe kenapa." Tanya Aura heran
"tumben Mama nyuruh gue pulang sore." Ranty masih cemberut
"bagus berarti mereka perhatian." Mayang duduk
"iya tapi tumben aja." Ranty juga duduk
"udah hampir magrib." Aura melihat jam diponselnya
"jadi loe ngusir gue." Ranty membulatkan matanya
"eisttt jaga hati." Mayang memeluk Ranty
"iya, ya udah gue pulang ya, nanti ibu Intan yang terhormat marah." Ranty berdiri mengambil tasnya "gue pulang ya daaa." Ranty berjalan keluar
"iya hati-hati." Aura dan Mayang mengikutinya, Ranty melambaikan tangannya sesaat dia melajukan mobilnya
Jam 18.00 setelah shalat magrib Ammar bersiap-siap, dia terlihat rapi memakai kemeja panjang kotak-kotak berwarna merah dan biru lengannya dia lipat sampai siku dengan celana jeans berwarna hitam tak lupa memakai jam tangan kesayangannya, siap berangkat.
Ranty terlihat santai duduk dikursi tamu sibuk dengan ponselnya, papanya datang
"sayang." Papanya duduk disampingnya
"pa." Tersenyum tipis
"sudah shalat magrib." Tanya papa nya
"tadi kan shalat bareng masih tanya." Masih saja sibuk dengan ponselnya, papanya berjalan keluar sesaat setelah tersenyum dan mengusap kepalanya anaknya "papa seperti menunggu seseorang siapa pa." Tanya Ranty dan menghentikan kesibukannya
"kayaknya sih githu." Jawab papanya singkat
"kok kayaknya sih papa ne." Ranty kembali sibuk dengan ponselnya
"papa masuk ya nanti kalau ada yang dateng bukain pintunya." Papanya berlalu masuk kedalam
"tu kan bener." Ranty setengah merebahkan tubuhnya disofa, setelah beberapa saat Ammar datang dan pak satpam buru-buru membukakan pintu gerbang, Ammar masuk melepas helmnya dan turun
"mas Ammar." tanya pak satpam
"iya pak kok bapak tau saya Ammar." jawab Ammar heran
"tadi bapak bilang ada mas Ammar yang mau datang pakai motor warna merah." Pak Satpam terrsenyum "mas Ammar ternyata ganteng cocok sama Non Ranty yang cantik."
"iya pak saya Ammar." Ammar membalas tersenyum "bapak bisa aja."
"silahkan masuk mas langsung saja." Pak satpam mempersilahkan
"iya pak terimakasih." Ammar tersenyum lagi "kenapa jadi deg-degan sih." Ammar sesaat melangkah keteras rumah mewah itu "hmm tenang Ammar." dia menghela napas dan perlahan mengetuk pintu
Ranty yang masih dengan ponselnya "kayaknya itu tamu papa." Dia berdiri dan berjalan kearah pintu
"assalamualaikum." Suara Ammar
Ranty berhenti didepan pintu "suara itu." lalu Ranty buru-buru membuka pintu, mata Ranty terbuka lebar melihat sesosok orang yang sangat dia benci, begitu juga dengan Ammar meski Ammar sudah tau kalau itu rumah Ranty, "loe." Membulatkan matanya
"iya." Ammar datar
"ngapain." Tanya Ranty heran
"disuruh pak Handoyo tadi." Ammar masih datar
"masak." Ranty masih tidak percaya
"bener." Ammar masih saja datar
"mau ngapain." Tanya Ranty
"gak tau." Ammar menggeleng
"Ammar sudah datang." Pak Handoyo datang dan Ammar salim
"pa beneran papa nyuruh orang ini kerumah." tanya Ranty heran
"iya sayang, kamu ini gak sopan seharusnya kalau ada tamu suruh masuk jangan malah berdebat didepan pintu, ayo Ammar masuk." Pak Handoyo tersenyum manis pada Ammar
"iya pak terimakasih." Ammar tersenyum dan melangkah masuk melewati Ranty yang berdiri tepat disamping pintu, Ranty yang memandang sinis dirinya
"loe jangan mikir macem-macem ya." Ranty cemberut
"iya kamu tenang aja." Jawab Ammar seraya tersenyum
"malah tersenyum." Ranty makin kesal saja
"silahkan duduk Mar." Pak Handoyo mempersilahkan
"iya pak terimakasih." Ammar seraya duduk
"gimana kuliahnya tadi." Tanya pak Handoyo
"alhamdulilah lancar pak." Jawab Ammar
"kamu cantik gimana tadi kuliahnya." Tanya pak Handoyo pada putrinya
"sebel." Jawan Ranty singkat
"kok gitu jawabnya." Papanya merasa aneh
"karena ada orang yang menyebalkan dikampus." Jawab Ranty menatap Ammar sinis
"siapa." Tanya papanya lagi
"ada aja." Ranty datar
"gimana Mar gak jauh kan rumahnya." Tanya pak Handoyo pada Ammar
"iya pak saya sering lewat sini." Ammar tersenyum
"iya, ya kalau lewat lagi mampir." Pak Handoyo tersenyum
"mau ngapain mampir mending gak usah." Ranty sinis
"kamu ne." Papanya melihat Ranty
"Ammar sudah datang." Bu Intan datang dan Ammar salim "semua sudah siap ayo langsung aja nanti dingin, mari Ammar."
"iya bu terimakasih." Ammar tersenyum
"mau kemana sih ini apanya yang dingin." Ranty heran
"kita makan malam sayang ayo." Ajak papanya
"hahhh." Ranty mlongo
"ayo Ammar masuk gak usah sungkan anggep aja rumah sendiri." Pak Handoyo sudah berjalan masuk kedalam
"iya pak." Ammar perlahan berjalan dibelakang pak handoyo
"tunggu." Ranty menarik tangan Ammar "jangan GR ya papa salah ngomong." Ranty menatap sinis Ammar
"iya Non Ranty saya bukan orang yang suka berlebihan kok tenang saja, saya sadar saya siapa." Jawab Ammar
"malah ceramah." Ranty melepaskan tangannya dari tangan Ammar "sana masuk duluan."
"terimakasih Non Ranty." Ammar tersenyum
"siapa yang nyuruh senyum." Ranty mengerutkan keningnya dan Ammar hanya menggeleng tak menjawab
Saat sampai dimeja makan Ammar duduk disebelah kanan pak Handoyo dan Ranty duduk disebelah mamanya sebelah kiri papanya.
"ini orang pasti kepalanya makin besar." Ranty cemberut saja
"kamu memang benar-benar cantik." Ammar menatap tajam mata Ranty
Ammar terus menggerutu dalam hati jujur dia sangat mengagumi makhluk cantik didepan matanya saat ini
"dasar cowok liat perempuan aja gak mau kedip." Ranty dalam hati
Ammar menikmati makanannya dengan sesekali menatap Ranty, "gimana Mar enak gak rendang dagingnya." Tanya Bu Intan
"emm enak bu." Ammar tersenyum bodoh kaget karena sedang sibuk dengan perasaannya sendiri
"enak banget gak Mar." Tanya pak Handoyo juga
"enak Pak enak banget." Ammar tersenyum lagi
"kalau gak enak bilang aja gak enak gak usah dipaksa." Ranty menyaut
"kamu ini yang sopan sama tamu masak kayak githu ngomongnya." Papanya menasehati
"daripada papa sama mama maksa-maksa buat dia bilang enak, Ranty masak buat Ranty sendiri bukan buat dia." Ranty ketus "lagian mama sih." (kapan Ranty masaknya kan tadi pulangnya hampir jam 6 terus githu langsung santai abis magrib kok masak sih emmm tadi pagi kemarin apa kapan ya ahaaaa sip ternyata tadi sepulang kuliah abis itu dia main kerumah Aura yess ketemu hmm lega)
"kenapa sayang udah ahh gak baik marah-marah didepan rizeki, udah ayo Ammar." Bu Intan tersenyum pada Ammar.
Setelah selesai makan karena sudah waktu isya' papa mama Ranty mengajak Ammar shalat isya' berjamaah, awalnya Ranty menolak tapi akhirnya dia mau dengan hati kesalnya, saat sudah diruang yang ditunjuk Ammar langsung duduk dibelakang papa Ammar dan saat mama dan Ranty datang papa Ranty menyuruh Ammar agar jadi imam karena merasa itu tugas tanpa menolak Ammar maju ketempat imam dia belum melihat Ranty dibalik mukenanya, saat selesai Ammar bersalaman dia sangat terkagum-kagum saat melihat Ranty rasanya sayang sekali berkedip sampai Ranty pergi dari tempat itu, setelah itu papa dan mama Ranty mengajak Ammar ngobrol diruang tamu, sedangkan Ranty keluar ketaman depan rumah yang tempat favoritnya tempat santai sambil menikmati malam membaca buku dan sibuk juga dengan ponselnya.

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang