"astagfirullah apa yang aku lakuin ya Allah." Ammar dalam hati, dia mengangkat perlahan tangan Ranty yang ditubuhnya, tiba-tiba Ranty bergerak Ammar panik lalu pura-pura menutup lagi matanya
"sudah pagi ya." Ranty masih memeluk Ammar "hmm." Dia tersenyum melihat Ammar yang masih menutup mata itu "kasian pasti kamu capek nyariin aku semalem terimakasih ya." Ranty setengah duduk dan hendak mencium pipi Ammar
Ammar merasakan napas Ranty yang semakin dekat dengannya
"Non." Ammar tiba-tiba duduk menyadarkan Ranty
"loe apa-apaan sih tidur didekat gue loe gak macem-macem kan." Ranty salting mencari alasan dengan kata-katanya yang ketus
"gak kok Non saya berani sumpah saya gak macem-macem." Ammar dengan wajah ketakutannya
"kalau terjadi sesuatu sama gue loe harus tanggungjawab." Ammar menatap tajam mata Ammar
"sumpah Non saya gak ngapa-ngapain." Ammar terus mencoba meyakinkan Ranty
"hmmm ne cowok polos banget sih githu aja udah panik." Ranty tersenyum dalam hati "ya udah mending sekarang kita harus kembali ketenda bagaimana pun caranya
"iya Non ayo." Ammar gugup lalu berdiri
"tolong." Ranty mengangkat tangannya dan meminta Ammar membantunya berdiri, Ammar menariknya perlahan membantunya berdiri, tanpa sengaja Ranty jatuh dipelukan Ammar, mereka saling menatap.
Mereka masih saling menatap "apa perasaan loe sedeket ini sama gue." Ranty masih menata tajam mata Ammar
"emmm." Ammar gugup tapi tak berani melepaskan tangannya
"emm doang." Ranty tetap menatap Ammar "ya udah ayo jalan." Ranty menyadarkan Ammar
Tanpa menjawab Ammar melepaskan tangannya dari tubuh Ranty "eee ayo." Ammar gugup
Mereka terus berjalan melewati jalan-jalan setapak, terus berjalan
"capek." Ranty berhenti dan menekan lututnya seperti orang rukuk
"kita harus cepet Non soalnya hari ini kita mau balik ke jakarta." Ammar kembali menghampiri Ranty
"iya sebentar gak kuat lagi kakinya." Ranty nyengir
"ya udah ayo." Ammar duduk detengah berjongkok didepan Ranty
"mau apa." Ranty menegakkan tubuhnya
"ayo biar cepet biar gak capek." Ammar meminta tangan Ranty
"aaaa." Ranty kaget dengan cepat Ammar mengangkat tubuhnya dipunggungnya, Ammar tersenyum lalu berjalan perlahan menyusuri setapak demi tapak jalan sempit hutan ini, Ranty tersenyum dipunggung Ammar
"emmm loe tu normal gak sih." Tanya Ranty setelah sekian lama mereka berjalan
"maksud Non apa." Ammar heran "awas." Ammar menunduk karena ada ranting pohon yang patah
"ya tanya aja, loe normal kan." tanya Ranty lagi
"normal maksudnya suka sama perempuan." Ammar balik bertanya
"iya." Ranty singkat
"hiisttt memang ada tampang githu Non saya penyuka sejenis." Ammar mengerutkan keningnya
"buktinya semalem apa." Ranty bertanya lagi
"semalem maksudnya." Ammar mulai bingung
"ya kalau loe normal pasti loe udah nglakuin sesuatu." Ranty lagi
"nglakuin sesuatu." Ammar polos
"hmm ya udah ahhh." Ranty mempererat tangannya dileher Ammar
"emmm Non." Ammar menahan napas
"apa." Ranty santai
"jangan kenceng-kenceng pegangannya gak bisa napas." Ammar dengan suara berat
"emmm iya maaf, lupa kalau lagi." Ranty tidak meneruskan bicaranya
"huhhh." Ammar lega
Ammar terus berjalan menyusuri jalan setapak dengan Ranty dipunggungnya, dibalik dedaunan kering ada akar yang tak terlihat mata Ammar, kaki Ammar tersangkut dan
"brukkk." Ammar terjatuh, entah bagaimana jatuhnya ketika sadar Ranty sudah ada dibawah Ammar, Ranty jatuh terlentang ketanah sedangkan Ammar ada diatasnya, mereka lagi-lagi saling menatap, antahlah rasanya jantung Ammar berhenti berdetak dia ingat kata-kata Ranty
"Ammar kamu normal." Ammar dalam hati dan semakin lama semakin dekat saja wajahnya dengan Ranty saat semakin dekat
"jadi maunya dipancing dulu." Ranty menyadarkan Ammar
"emmm." Ammar mengangkat tubuhnya lalu duduk "maaf Non." Ammar gak berani melihat Ranty disampingnya
Ranty tetap berbaring direrumputan tersenyum tipis melihat tingkah Ammar yang katakutan salah tingkah
"Non maaf tadi saya emmm." Ammar gugup
"kenapa." Ranty tiba-tiba duduk bersandar dipundak Ammar
Ammar kaget gugup dan melihat Ranty yang sudah bersandar dipundaknya. Ranty tersenyum padanya membuat jantungnya semakin meledak saja dibuatnya, perlahan tangan Ammar memegang tangan Ranty
"makasih ya." Ranty masih tersenyum padanya
"emm buat." Ammar masih gugup
"loe udah baik sama gue." Ranty menatap Ammar
"udah tugas saya Non." Jawab Ammar
"loe tau gak kemarin gue bunuh tikus terus gue dikutuk sama tikus itu." Ranty masih bersandar pada Ammar
"hahhh iya." Ammar mengerutkan keningnya
"bener tapi jangan bilang-bilang Papa sama Mama." Ranty melihat Ammar dan Ammar hanya tersenyum
"emang apa kutukannya." Tanya Ammar
"hmm menyedihkan kalau gue marah gue emosi gak lama gue langsung berubah jadi manusia tikus." Ranty bercerita
"iya terus sekarang masih." Tanya Ammar lagi
"dengerin dulu." Ranty membulatkan matanya
"iya udah." Ammar terbata
"untungnya ada obatnya coba kalau gak hmm mati gue." Ranty serius
"apa tu." Ammar penasaran
"sentuhan loe." Ranty menatap tajam mata Ammar
"maksud nya." Ammar bingung
"loe bego ya." Ranty dalam hati lalu menegakkan duduknya "emm bukan maksudnya gue bisa kembali normal kalau gue dicium sama cinta sejati." Ranty dengan wajah bodohnya
"terus." Ammar lagi
"sekarang udah kembali normal dan gak ada lagi manusia tikus." Ranty tersenyum menatap Ammar
"syukurlah emm jadi Non udah di itu sama seseorang." Ammar menatap penuh tanya
"emang udah sembuh berarti udah lah." Jawab Ranty
"jadi Non udah nemuin cinta sejati Non." Tanya Ammar dengan wajah lesu
"iya." Ranty mengaungguk "ehh tapi gak tau juga sih yang penting gue udah sembuh sejak saat itu."
"githu ya." Ammar lesu
"apa iya sih laki-laki didepan gue saat ini cinta sejati gue." Ranty dalam hati menatap Ammar "loe kenapa." Ranty tersenyum tipis mengerutkan keningnya menarik wajahnya didepan Ammar
"ee gak." Ammar tersenyum
"wajah loe berubah." Tanya Ranty lagi
"gak kok." Ammar mengusap wajahnya
"tapi beneran wajah loe berubah." Ranty memegang wajah Ammar dengan kedua tangannya, seketika Ammar terdiam dengan perlakuan Ranty padanya
"apa iya laki-laki ini cinta sejati gue." Ranty dalam hati menatap setiap lekuk wajah Ammar
Ammar hanya diam jantungnya terasa berhenti berdetak
"emm kita jalan sekarang ya." Ammar tiba-tiba berdiri dan membantu Ranty berdiri
Akhirnya mereka sampai ditempat dimana semua sudah cemas pada mereka dan mereka semua pulang
Pagi yang cerah Ammar sudah siap berangkat kekantor, Ranty juga sudah siap kekampus. Ammar sudah sampai dikantor setelah itu menyiapkan semua berkas-berkas yang akan dia berikan pada atasannya. Saat itu juga ponselnya berbunyi ada pesan dari Bu Intan menyuruhnya agar cepat kekampus, dia melanjutkan lagi perkerjannya
"panggil Ammar kemari." Pak Handoyo pada asistennya
"baik pak." Jawab asisten
"Ammar dipanggil bapak." Asisten itu pada Ammar
"iya terimakasih." Ammar tersenyum dan bergegas masuk ruangan pak Handoyo membawa semua berkas yang sudah dia siapkan
"Assalamualaikum Pak." Ammar tersenyum
"walaikumsalam masuk Mar duduk." Pak Handoyo menjawab
"terimakasih Pak, ada yang bisa saya bantu." Sesaat Ammar duduk
"iya nanti malam kamu kerumah ya." Pak Handoyo tersenyum
"saya pak." Ammar tidak percaya
"memangnya ada orang lain disini selain kamu, iya kamu nanti malam kerumah bakda magrin bapak tunggu ya." Pak Handoyo pada Ammar
"iya Pak baik." Ammar tersenyum denga wajahnya yang penuh tanya "o..iya Pak ini berkas-berkas kemarin." Ammar memberikan berkas-berkas yang dia bawa tadi
"sudah selesai." Pak Handoyo menerimanya
"emm pak saya permisi kekampus karena ibu sudah menunggu." Ammar meminta izin
"ya sudah sana jangan lupa nanti malam ya." Pak Handoyo tersenyum lalu Ammar pamit berangkat kekampus
Sesampainya Ammar dikampus dia langsung berjalan keruangan senat saat diperjalanan
"kak Ammar." suara itu menghentikan langkah Ammar
"iya Chi apa." Ammar mengehentikan langkahnya
"emm ada yang ingin Ochi tanya kan bisa gak sebentar aja." Ochi tersenyum
"sebentar ya soalnya saya harus pergi." Ammar mengiyakan
"iya sebentar kok, kita duduk disini kak." Ochi duduk dibangku
"iya." Ammar juga duduk, Ammar menjelaskan semua yang ditanyakan Ochi padanya.
Ranty baru keluar dari kelas
"loe tadi nglamun ya ditanyain A jawabnya B." Mayang pada Aura
"yee." Aura mengerutkan keningnya
"mikirin kak Boy ya udah sana jadian aja daripada kuliah tapi gak kuliah." Ranty duduk dibangku didepan kelas
"iya bener tu." Mayang juga duduk
Aura tidak menjawab dan langsung duduk, Ranty memperhatikan sekitar matanya tertuju pada satu tempat dimana ada seorang laki-laki dan perempuan disana
Dia mengeratkan giginya "dasar." Geram

KAMU SEDANG MEMBACA
Sentuh Aku
RomanceSebuah kisah pemuda yang penuh perjuangan dalam hidup serta kisah seorang gadis yang mengalami hal yang sangat mustahil terjadi, kisah cinta yang tidak disengaja tapi inilah jodoh rahasia Ilahi.