Part 17

363 13 0
                                    

"apa-apaan ini kenapa banyak orang katanya cuma loe aja yang dateng tapi ini apa." Ranty kesal
"sudahlah lebih banyak orang kan seru." Ochi tersenyum
"gue gak mau." Ranty berjalan hendak keluar
"berarti loe beneran tikus itu manusia tikus yang hihhh menakutkan." Ochi menghentikan langkah Ranty
"Ty loe jangan emosi ya." Aura menenangkan Ranty
"anggep aja dia gak ngomong, udah ya loe yang tenang." Mayang juga mencoba menenangkan Ranty
"gue bukan manusia tikus itu, loe denger gue bukan." Ranty menatap Ochi sinis
"kalau bukan jangan lari lah." Ochi masih saja berbicara
Ammar melihat jam tangannya sudah pukul 10, "aku ke lapangan basket dulu ya." Ammar hendak pergi
"mau ngapain." Tanya Boy
"tadi gue lihat dilapangan banyak anak-anak dech gak tau mau ada apa." Juan mendekati Boy
"banyak anak-anak mau apa, mau apa sih Mar." Tanya Boy heran
"aku juga gak tau, aku kesana dulu." Ammar berlalu
"dari pada penasaran mending kita kesana aja, gimana." Juan memberi saran
"bener banget Boy kita kesana aja." Ichal semangat
"oke ayo." Boy mau dan akhirnya semua menuju lapangan basket
"mana kak Ammar loe udah kasih tau dia kan." tanya Ochi lagi
"mending loe diem." Ranty kesal
"oke." Ochi menerima
Ammar datang dia bingung kenapa banyak yang datang padahal itu hari libur. Dia terus berjalan ketengah lapangan sesuai perintah Ranty. "kenapa banyak anak gini sih mau apa coba." Ammar dalam hati heran dengan keadaan
"tu kak Ammar." Mayang menunjuk kearah Ammar
"oke udah dateng, cepet loe kesana." Teriak Ochi
"kalau loe yakin lakuin kalau gak terserah kamu, kami tau semua yang loe lakuin itu baik dan kami ikut aja." Aura memeluk Ranty
"iya." Mayang juga memeluk Ranty
"udah gak usah pada lebay dech." Ochi sewot
Ranty perlahan mendekati Ammar yang terlihat bingung ditengah lapangan. Boy dan yang lain datang bahkan teman-teman kantor juga ikut nimbrung karena penasaran ada keramaian dilapangan basket.
Ranty mendekati Ammar dan Ammar mulai tambah bingung. Ranty semakin dekat dengannya tangan Ranty dengan cepat meraih lehernya sehingga dia sedikit menunduk dan Ammar tak menyangka dengan apa yang dia alami saat ini, tanpa bicara tanpa permisi bibir Ranty sudah menyentuh bibirnya, Ammar merasakan dunia berhenti berputar dia membulatkan matanya merasakan setiap darah hangat yang mengalir dibibirnya, dia melihat Ranty yang menutup matanya entah apa yang dirasakannya yang Ammar tau Ranty hanya diam menyentuh bibirnya. Dia melihat kristal-kristal bersih itu keluar dari ujung mata Ranty "Non kenapa apa yang Non lakukan." Batin Ammar bergejolak dengan denyut jantung yang semakin berdegup kencang, darahnya semakin lama semakin cepat mengalir, sentuhan ini membuat Ammar seperti terbang. Semua mata tertuju pada mereka, bahkan Boy juga tak percaya dengan apa yang dia lihat, teman kantor Ammar pun semua melihatnya.
Ranty perlahan melepaskan tangannya dari leher Ammar dan melpaskan ciumannya. Dia menatap tajam mata Ammar setelah lama dia menatap dia berlari keluar lapangan.
"Non tunggu." Teriak Ammar
Saat dia akan berlari tangannya ditahan oleh seseorang, "selamat kawan kamu memang laki-laki sejati." Boy menjabat tangan Ammar
"apa maksudnya." Ammar heran
"selamat kawan." Juan juga menjabat tangannya diikuti semua yang ada disitu
"kamu pemberani." Riki menjabat tangan Ammar juga, sepanjang kata selamat padanya Ammar hanya diam dan tidak menjawab satu kata pun "kamu pasti jadi menantu." Riki lagi
Sampai dirumah Ammar membanting tubuhnya diranjang, "apa yang sudah aku lakuin hmmm." Ammar menutup matanya. Saat menutup matanya Ammar merasakan lagi sentuhan tadi rasanya darahnya semakin mendidih jantungnya semakin kencang saja berdetak dia menghela napas panjang "astagfirullah."
Ternyata Ranty masih ada didalam mobilnya, menepikan mobilnya disebuah tempat, dia menangis "apa iya gue harus kembali kekampus apa iya gue harus ketemu dia lai." Dia menghela napas
"Ty buka Ty ini kita." Ternyata Aura dan Mayang mengikuti dia dan dia pun membuka pintu mobilnya
"loe kenapa." Aura memeluk Ranty
"loe gapapa kan." mayang juga memeluk Ranty
"apa iya gue masih pantes kembali kekampus lagi, gue harus pergi gue harus pergi dari sini." Ranty terus menangis
"gak Ty gak loe gak boleh pergi kita akan selalu ada buat loe." Mayang memeluk erat Ranty
"iya Ty loe gak boleh ngomong githu." Aura juga menangis
Saat sampai dirumah Ranty masuk kekamarnya, dia berbaring diranjang dia terus menangisi perbuatannya.
Keesokannya Ammar sudah sampai dikantornya, baru saja dia masuk "kamu dipanggil pak Handoyo." Riki menghampiri Ammar
"kenapa ini kan masih pagi apa iya bapak sudah datang." Ammar balik bertanya
"sudah cepat kamu masuk sana bapak sudah datang pagi sekali karena harus pergi keproyek baru katanya tadi." Jelas Riki
"oo...mungkin itu bapak panggil saya, ya udah terimakasih." Ammar meletakkan tasnya dan masuk keruangan pak Handoyo "assalamualaikum pak." Ammar membuka pintu
"walaikukmsalam, masuk Mar." Jawab Pak Handoyo "duduk."
"ada yang bisa saya bantu pak." Tanya Ammar
"iya banyak yang harus kamu jawab, jadi bapak akan mulai dari ini kenapa ada huruf R digambar kamu." Pak Handoyo memberikan lembaran gambar yang dibuat Ammar
"emmm kemarin saya pusing pak mungkin saya gak sadar." Ammar terlihat mencari alasan
"oke terus ini kenapa juga masih ada huruf R lagi." Pak Handoyo menunjukkan lembaran gambar lain "ini waktu kamu belum sakit kenapa."
"haduhh ini bapak kenapa sih." Ammar dalam hati "emmm." Ammar bingung harus menjawab apa
"karena kamu jatuh cinta." Pak Handoyo tersenyum
"apa pak." Ammar gugup
"sudah lupakan bapak cuma becanda kok." Pak Handoyo tersenyum
"saya masih bingung pak." Ammar masih terlihat bingung
"Ammar jujur sama bapak jadi bener apa yang bapak dengar dari tadi." Tanya pak Handoyo
"apa pak jujur apa pak." Ammar sekarang berubah menjadi takut
"apa bener kamu sudah melakukan sesuatu pada anak bapak." Pak Handoyo lirih
Ammar memasang wajah takutnya bingung dan gugup "maaf pak tapi."
"tapi seharusnya jangan ditempat umum Mar, cukup kalian aja yang tau." Pak Handoyo menatap Ammar
"tapi semua yang bapak dengar itu tidak semuanya benar." Jawab Ammar masih gugup
"kalau bapak lihat sendiri gimana." Pak Handoyo tersenyum
Ammar langsung terdiam rasanya jantung berhenti berdetak dan dia berhenti bernapas. Tiba-tiba pintu terbuka ternyata Ranty yang datang
"Pa Ranty mau ke puncak sama Aura sama Mayang ya." Ranty mencium papanya tanpa melihat Ammar yang diam mematung
"iya sana, kamu gak ajak Ammar." tanya papanya
"hahhh." Ranty kaget
"itu orang nya diem aja dari tadi, coba kamu yang tanya." Papanya tersenyum pada Ammar
Ranty lengsung menoleh ternyata ada Ammar disitu, Ranty menatap Ammar dia mengingat kembali sentuhan kemarin, Ammar juga mengingat kejadian itu. ini pertemuan mereka setelah kejadian kemarin.

Gimana komentarnya, jgn pelit yaaa

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang