"udah mending sekarang loe lepasin tangan anak ini." Boy lagi-lagi berbisik pada Ammar (ya dia Boy sahabat terbaik Ammar dia WaPresMa)
"hahh o...iya." Ammar masih saja gugup lalu perlahan membuka gelang Ranty yang tersangkut di almamaternya, wajah Ranty masih terlihat malu ditambah sekarang ada dua kakak tingkatnya tubuhnya gemetar
"sudah silahkan gabung dengan yang lain." Suara Boy agak keras
"iya Kak." Ranty melihat Ammar lalu pergi
"bukannya dia tadi telat ya." Boy baru sadar "heii berhenti."
Ammar menarik tangan Boy yang hendak berjalan menghampiri Ranty "dia anak Bu Intan." Ammar berbisik pada Boy
"masak loe yakin." Boy heran
"iya Kak." Suara Ranty gemetar
"hahhaaaaaa kasian." Sweet Girls tertawa bahagia
"iya bener." Ammar terlihat serius
"jadi beneran, emmm gak jadi loe pergi aja gabung sama yang lain." Boy tersenyum bodoh
Ranty berlalu pergi "hmmm dasar tikus." Ranty mengerutu dalam hati
"loe yakin dia anak Bu Intan." Boy masih tak percaya
"itu gak penting yang penting sekarang loe triakin anak-anak biar pada bubar." Ammar tak melihat Boy
"woiii." Suara Boy begitu keras "bubar."
"aishhh pengeras aja kalah asli." Ammar mengerutkan keningnya dan menutup telinganya
"halah." Boy merangkul sahabatnya itu
"gimana cewek mau suka orang suka bentak-bentak githu." Ammar tersenyum menggoda Boy
"yang penting hatinya." Boy melepaskan tangannya
"busuk." Ammar tersenyum dan Boy menghentikan langkahnya "kenapa sih loe kayak cewek aja diajak becanda juga." Ammar menarik tangan Boy
"daripada loe tikus curut." Boy berjalan menghampiri anak-anak OSPEK yang sedang bekerja
"hmmm." Ammar geram
"loe gapapa." Aura menghampiri Ranty
"gue benci sama yang namanya Ammar hmm dasar tikus." Ranty menggerutu
"maaf ya tadi kita gak jemput loe, soalnya kita-kita juga kesiangan." Mayang memeluk Ranty
"udah gapapa yang lewat gak usah disesali udah terjadi juga." Ranty masih kesal
"loe marah sama PresMa kok kita-kita yang dikasih cemberut." Aura mendekati Ranty
"gimana gue gak kesel coba, dia tu modus banget masak tadi dia pegang tangan gue hmmm tikus gue benci sama loe." Ranty geram
"hmmm kasian ya ada tikus yang kebakar ekornya." Nina berjalan didepan Ranty, Aura dan Mayang
"hehhh siapa yang loe maksud." Mayang menarik tangan Nina
"gak ada jadi ada yang tersinggung ceritanya hahhhaaa jadi ada yang merasa tikus ya hmm." Nina tertawa puas
"jaga mulut loe ya, dasar tikus loe." Aura tak terima
"tikus." Nina masih saja
"hei curut, mending loe pergi dech sekarang." Ranty menghampiri dengan nada lembut "pergi gak sekarang." Ranty keras
"oke." Nina masih saja melawan
"ehemmm." Suara laki-laki itu membuat semuanya diam "lagi main catur ya."
"main gaple kali Kak." Aura menyaut
"mending loncat jauh aja biar keringatan." Masih saja laki-laki itu menggoda keempat cami itu
"mending tinju aja biar rame." Ranty ikut juga
"bubar gak sekarang." Suara laki-laki itu terdengar keras, membuat semuanya bubar tanpa kata
"tu orang ya." Aura mengerutu
"sudah lah Ra." Mayang merangkul sahabatnya itu
"mana Ranty." Aura bertanya pada Mayang
"gak tau." Mayang melepaskan tangannya
"Boy kamu tu napa sih marah-marah aja." Ammar menghampiri Boy
"males aja liat cewek dikit-dikit perang mulut dikit-dikit perang mulut." Boy duduk dibangku
"namanya juga anak cewek maklumi ajalah." Ammar juga duduk "kayaknya cukup dech bersih-bersihnya udah jam 8 neh kita kumpulin aja ya." Ammar berdiri lagi
"oke." Boy juga berdiri lalu dia meminta kepada panitia lain untuk memencet bel tanda berkumpul, lima menit kemudian semua sudah kumpul.
"loe darimana sih." Aura berbisik pada pada Ranty yang baru datang
"dipanggil Mama." Ranty tersenyum
"ngapain." Mayang juga berbisik pada Ranty
"halah udah lah dengerin tu bapak Presiden kita." Ranty menyudahi pembicaraan
"oke coba sekarang ada yang bersedia maju." Ammar mengacungkan telunjuk nya, perlahan ada dua laki-laki maju dari barisan tak lama Ochi maju
"tadi ngomong apa sih, tu napa tikus ikut maju, kalian sih tanya aja." Ranty menggerutu
"sudah lah kita liat aja mau ngapain." Aura menenangkan Ranty
"hei kamu maju." Suara Ammar seperti memanggil
"panggil siapa sih." Ranty bingung
"kamu napa diem aja ayo maju." Panggil Ammar lagi, Ranty mengacungkan telunjuk "iya kamu maju."
"iya loe Ty buruan sana." Mayang menarik tangan Ranty dan perlahan Ranty maju
"ngantuk ya." Tanya Ammar sesaat Ranty sampai didekatnya
"mungkin." Ranty tidak melihat Ammar
"githu ya." Ammar mendekatkan wajahnya ke Ranty
"dasar." Ranty cemberut dan Ammar tersenyum
"kalau bukan karena Bu Intan dan Pak Handoyo mana berani aku giniin kamu hmmm semoga kamu gak benci sama aku." Ammar dalam hati
Kali ini Ammar memberi tugas kepada Cama/Cami untuk menggambarkan denah kampus, dan kelompok Ranty mendapat tugas menulis ada berapa ruangan kelas di Kampus ini disini Ranty dituntut untuk bertanggungjawab pada kelompoknya begitu juga dengan yang lain dan biar makin tau tentang kampus kelompok Ochi harus mencari ada berapa gudang di kampus ini, Ammar pun mulai membagi kelompok dan seperti tau saja Ammar memisahkan Ranty dengan Aura dan Mayang, sehingga Ranty berfikir keras bagaimana caranya bertanggungjawab. Strategi diserahkan ke ketua kelompok masing-masing salah benar ketua kelompok yang bertanggungjawab dan waktunya sampai waktu istirahat. Hitungan ketiga semua sudah berkumpul berdasarkan kelompok.
"kamu yakin anak manja itu bisa." Tanya Boy sesaat Ammar duduk ditaman
"tau kita kan cuma ikut Ibu Intan aja." Ammar santai
"jantung kamu kenceng banget detaknya sampai aku denger." Boy menggoda Ammar yang tengah memperhatikan Ranty dari kejauhan
"apaan sih." Ammar mengerutkan keningnya
"kamu suka sama anak Bu Intan." Boy tersenyum memain-mainkan alisnya
"tau." Ammar datar
"halah ngaku aja, mau dibantu." Boy masih saja meledek Ammar
"udah ahhh." Ammar berdiri
"hhhahhaaa githu aja marah masak Presiden gampang marah." Boy juga berdiri
"udah mending awasi anak-anak, perasaan aku gak penting." Ammar berlalu pergi
"hahhhh gak penting, jadi kamu beneran suka ya sama tu anak ngaku aja sih." Boy merangkul temannya yang sudah berjalan itu
"apaan sih." Ammar melepaskan tangan Boy
"maaf PresMa." Ranty tiba-tiba sudah ada didepan Ammar dan Boy
"wisshhh." Boy berhenti dengan rem cakram dan menarik Ammar
"kalau nabrak gimana." Ammar masih kaget
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentuh Aku
RomanceSebuah kisah pemuda yang penuh perjuangan dalam hidup serta kisah seorang gadis yang mengalami hal yang sangat mustahil terjadi, kisah cinta yang tidak disengaja tapi inilah jodoh rahasia Ilahi.