Part 6

513 12 0
                                    

"udah ganti jabatan pak PresMa." Sapa seseorang dari dalam mobil
"coba turun dulu Nona Ranty yang cantik." Ammar tersenyum bodoh
"napa turun kan masih mau masuk." Jawab Ranty tanpa rasa bersalah
"turun aja dulu." Ammar lagi
"napa harus turun sih." Ranty tetap menolak
"turun." Ammar pelan
"oke oke." Ranty membuka pintu mobilnya dan keluarlah dia "terus." Tanyanya
"tau sekarang jam berapa." Tanya Ammar
"gak tau lah kan gak punya jam tangan." Ranty santai
"oke." Ammar melepaskan jam tangan yang ada ditangannya lalu menarik tangan Ranty
"kamu mau apa jangan macem-macem ya gue bisa teriak." Ranty mengancam
"sekarang kamu pake jam ini." Ammar memakaikan jam tangannya pada Ranty dan Ranty hanya diam "sekarang sini kunci mobilnya nanti pulang temui saya." Ammar meminta kunci mobil Ranty
"buat apa enak aja jam tangan dituker mobil, gak." Ranty menatap tajam Ammar seperti melawan
"bawa sini gak." Ammar juga menatap Ranty
"gila neh orang matanya tajam banget sih hmmm." Ranty dalam hati "iya udah ahhh." Ranty menarik tangannya "neh." Memberikan kunci mobilnya
"ketemu pulang nanti." Ammar masuk kemobil Ranty "udah sana masuk, aman mobil kamu sama saya." Dan Ranty pun berlalu pergi
Pak Joni yang baru datang "loh Mas." Tapi Ammar melajukan mobil itu perlahan tanpa menjawab
Pulangnya Ranty masih duduk ditaman meski semua sudah pulang
"Ty ayo pulang." Aura duduk disampingnya
"bentar nunggu pak PresMa." Ranty datar
"hayooo ngapain." Mayang menyandarkan kepalanya dipundak Ranty
"hayo apa." Ranty melihat sahabatnya itu
"ehhh bentar dech kok gue baru sadar sih." Aura membuat penasaran Mayang
"apa Ra apa." Mayang mengangkat kepalanya
"taraaatttt." Aura mengangkat tangan Ranty
"tangan Tyty kenapa." Tanya Mayang belum paham
"loe sih coba loe liat lagi ada yang beda gak." Aura masih saja belum menjawab
"o.... apa sih gak tau." Mayang makin penasaran
"jam tangan Mayang sayang." Aura akhirnya menjawab dan Ranty hanya diam cuma melihat tingkah sahabatnya
"iya ya, emmm kayak pernah liat dech punya siapa ya." Mayang berfikir keras
"hayo tebak punya siapa." Aura dan Mayang saling melempar kata
"mau pulang gak." Ammar datang
"iya lah emang suruh tidur disini." Ranty ketus seraya berdiri, Aura dan Mayang kaget dan ikut berdiri
"ya udah ini." Ammar memberikan kunci mobil Ranty "sebenarnya tadi saya yang minta kamu buat nemuin saya tapi ya sudahlah wanita harus diutamakan." Ammar tersenyum tanpa persetujuan Ranty, Ammar langsung menarik tangan Ranty dan mulai melepaskan jam tangan yang ada ditangan Ranty "terimakasih sudah dijagain." Ammar berlalu pergi
"hmmmmm." Ranty mengepalkan tangannya dan geram melihat tingkah Ammar
"jadi itu jam tangan kak Ammar ehemmm ehemmm." Mayang menyandarkan kepalanya dipundak Ranty
"baru tau kan gue udah liat dari tadi tapi Tyty diem aja ditanyain." Aura juga menyandarkan kepalanya dipundak Ranty
"kalian jangan mikir yang macem-macem, ayo pulang sayang." Ranty merangkul keduanya dan mereka pun pulang.
Hari ketiga seperti pagi kemarin Ranty telat lagi sehingga dia harus memakai lagi jam tangan Ammar dan kunci mobilnya diambil Ammar. Ranty bergabung dengan temannya dengan wajahnya yang cemberut
"loe kenapa sayang." Tanya Aura
"iya napa ditekuk sih wajah cantiknya, kan gak telat." Mayang juga bertanya
"gak telat apa liat ini." Ranty mengangkat tangannya
"jadi jam tangan ini tanda loe telat." Suara Mayang terdengar keras
"loe." Ranty menutup mulut Mayang
"hmmm Kak Ammar romantis ya." Aura tak melihat Ranty
"kok loe githu malah gak belain gue." Ranty melepaskan tangannya dari Mayang
Keesokannya ya hari keempat OSPEK tepatnya hari terakhir Cama/Cami bebas memakai pakainnya sendiri tanpa asesoris aneh lagi karena hari ini hari penutupan OSPEK, Ammar seperti biasa datang tepat pukul 6.30, dia memakirkan motornya dia membuka helmnya saat dia membuka helmnya ada seseorang duduk dibersama security kampus tapi tak lama security itu pergi, perlahan Ammar mendekatinya
"kamu." Ammar kaget
"iya kenapa." Dia ketus
"Ranty Maria." Ammar masih berdiri
"udah tau kan nama saya, sekarang diem aku mau nelfon mama." Ranty ketus lagi
"oke." Ammar duduk tak jauh disamping Ranty
"Ma udah berangkat belum, Ma tolong bawain kado Ranty diatas meja ya lupa bawa, iya kecil panjang, iya Ma coklat isinya, oke Ranty tunggu." Ranty menutup telfonnya
"jadi dia bawa coklat." Ammar dalam hati "tumben kamu udah dateng, hmmm semoga kamu bisa berubah mulai sekarang." Tanya Ammar
"berubah maksudnya." Tanya Ranty balik
"gak kok, emm tumben kamu udah berangkat." Tanya Ammar lagi
"yahhh apa salahnya nurutin PresMa yang baik hati teladan dan tidak sombong." Ranty tak melihat Ammar
"seharusnya niat kamu itu buat kamu bukan untuk saya." Ammar juga tak melihat Ranty
Ranty melihat Ammar "iya pak Presiden." Ranty mendekatkan wajahnya kesamping Ammar, Ammar menatapnya dan mereka saling menatap cukup lama ya sampai mereka tidak mengetahui kedatangan Boy, Juan dan Syahnas
"ehemmm." Boy tiba-tiba duduk disebelah Ammar "katanya gak mau kenal cewek dulu terus mau cari uang dulu buat tabungan massa depan." Boy merangkul pundak Ammar
"mau jadi orang bener dulu mau nikmati hidup dulu." Juan ikut menyambung
"mau mandiri dulu dan mau fokus dulu sama kuliah tentunya." Syahnas menutup
"kalian ne." Ammar berdiri
"mau kemana." Boy menarik tangan Ammar sehingga Ammar duduk lagi terlihat Ranty cuma diam
"gue mau liat anak-anak yang lain." Ammar hendak berdiri lagi tapi lagi-lagi Boy menariknya
"mau ngapain dilihat udah pada gede." Boy tersenyum
"Ranty permisi." Ranty berdiri dan berjalan
"adek." Syahnas memanggil
"iya Kak." Ranty berhenti
"maaf ya tadi cuma becanda aja jangan diambil hati." Syahnas tersenyum
"iya Kak gapapa kok." Ranty juga tersenyum "emm Kakak ne Kak Syahnas kan." Tanya Ranty
"iya." Syahnas menjawab
"berarti Ranty gak salah, o..ya Kak kalau githu Ranty permisi dulu ya temen Ranty sudah dateng, permisi." Ranty tersenyum sebelum pergi
"iya." Syahnas juga tersenyum
"ayo sayang." Juan memegang tangan Syahnas
"ayo." Syahnas tersenyum
"Boy please kamu jangan ngomong macem-macem dech kalau didepan Ranty, yang malu aku bukan kamu." Ammar terlihat berjalan sama Boy
"kenapa emang." Boy melihat Ammar serius
"ya jaga aja ngomongnya kamu tau kan dia siapa." Ammar serius
"oke dech, gue tau kok maksud loe." Boy merangkul sahabatnya itu
"maksud aku apa Boy, maksud kamu." Ammar bingung
"sudahlah udah waktunya kumpul, loe gak lupa kan mau ngomong apa." Boy terus berjalan dengan tetap merangkul Ammar
"emang hilang ingatan lupa." Mereka berdua berlalu
"sayang kamu udah dateng." Aura menghampiri Ranty
"gak pake jam tangan kak Ammar lagi dong." Mayang juga mendekat ke Ranty
"hmm jadi pada seneng kalau gue telat terus." Ranty berjalan tanpa peduli kedua sahabatnya
"gak githu juga kali sayang." Aura menggandeng tangan Ranty
"lanjut ya cantik jangan telat-telat lagi ya." Mayang memeluk Ranty
"gak dapet jam tangan pak PresMa dong." Ranty malah menggoda kedua temannya
"loe bisa aja." Aura tersenyum
"kan tadi kata kalian bilangnya githu." Ranty masih saja
"kita minta aja sama Kak Ammar buat kenang-kenangan." Mayang mengusulkan ide
"loe tu." Ranty menarik tangan kedua temannya untuk berjalan cepat bersamanya

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang