31

956 11 1
                                    

Ammar masuk kamarnya menutup semua pintu dan jendela lalu mebaringkan tubuhnya disofa melipatkan tangannya didada karena Ranty masih belum mau tidur satu ranjang dengannya daripada Ranty yang tidur disofa lebih baik dia yang tidur disofa. Dia menguap tak lama dia menutup matanya, Ranty bangkit dan duduk dia memperhatikan Ammar yang sudah terlihat sudah lelap dalam tidurnya. Dia turun dari ranjangnya lalu perlahan mengambil selimut didalam koper karena belum dikeluarkan dan dibereskan.
Dua hari mereka berada dirumah baru itu karena belum kerja dan kuliah lagi mereka menghabiskan waktu didalam rumah. Ranty masih ketus belum mau disentuh oleh Ammar suaminya, karena tidak ada asisten rumah tangga Ammar sebagai chef sedangkan Ranty bertugas membersihkan rumah dari segala kotoran meski Ammar juga yang akhirnya menyelesaikan. Ranty mengambil semua pakain kotor dari kamarnya pakaiannya juga Ammar, dia kebingungan berjalan karena membawa pakaian yang menutupi wajahnya, saat melewati dapur Ammar melihatnya bukannya membantu Ammar malah tersenyum melihat tingkah lucu istrinya yang membawa pakaian kotor itu. saat sampai ditempat cuci Ranty memasukkan pakaian yang berat itu kedalam bak besar, dia mencari-cari mesin cuci tapi tidak dia temukan
"hahhh harus pakai tangan." Ranty mengelap keringat dijidatnya "kak Ammarrrrrr." Ranty menutup mulutnya sediri "kok kak Ammar sih bego bego bego hmmm." Dia cemberut
Ammar yang mendengar segera merapikan makanan di meja makan yang sudah dia masak barusan dan berlari
"iya apa." Ammar terengah-engah "kenapa gapapa kan." Ammar menunduk didepan pintu
"gapapa gimana ini mana mesin cucinya." Ranty mengerutkan keningnya
"ohhh masalah mesin kirain kenapa syukurlah." Ammar menegakkan tubuhnya
"syukur gak ada mesin cuci syukur." Ranty makin aneh mendengar jawaban Ammar
Ammar tersenyum lalu berjalan kearah Ranty "ini kan masalah gampang tinggal idupin airnya ambil sabunnya masukin kalau udah penuh airnya tinggal duduk kucek-kucek dech gampang kan." Ammar memberikan petunjuk setelah duduk dia mengangkat kepalanya melihat Ranty yang berdiri disampingnya dan tersenyum
"hahhhh pakai tangan dong gak mau nanti kasar tangannya." Ranty cemberut
"ya udah istirahat aja sana biar aku aja." Ammar tersenyum lalu memulai mencuci, Ranty terus memperhatikan
"udah sana istirahat cuma gini doang gampang." Ammar tersenyum
Bukannya pergi Ranty duduk diember yang dia balik, melihat Ammar mencuci sendiri hatinya terketuk
"emm Ranty bantu ya." Ranty tersenyum
"katanya nanti tangannya kasar." Ledek Ammar
"kayaknya gak dech." Ranty menggigit bibirnya dan memulai mengambil baju dalam ember mengikuti apa yang dilakukan Ammar. Ammar memandangnya dan tersenyum
"napa liatnya githu, nakal ya." Ranty membuka-buka tangannya sehingga busa yang ada ditangannya mengenai wajah Ammar
"yeee makanya jadi orang jangan cantik-cantik biar aku bosan liatnya salah sendiri githu jadi pengen liat terus." Ammar memain-mainkan alisnya
"yeee." Ranty semakin banyak saja melemparkan busa ke Ammar
"yee nakal ya." Ammar membalasnya mereka saling melemparkan busa satu sama lain mereka tertawa bersama
Tiba-tiba "aduhh." Ranty memejamkan matanya dan mengusap-usap matanya
"kenapa." Ammar panik dan membersihkan tangannya dari busa-busa itu lalu mendekati Ranty
"pedes aduhhh." Ranty masih mengusap matanya
"ya udah di tiup ya." Ammar memegang lembut mata Ranty
"pelan-pelan." Ranty meringis
"iya pelan." Ammar mulai meniup pelan mata Ranty, meniup terus dengan pelan perlahan dengan hati-hati
"udah." Ranty membuka matanya tangan Ammar masih diwajahnya memegang matanya dan wajah Ammar sangat dekat dengannya
Ammar menahan napas semakin lama semakin dekat dan bibir hangat Ammar menyentuh bibir Ranty. Ini sentuhan kedua Ammar sama Ranty tepatnya setelah mereka menikah sehingga tidak dosa lagi jika sentuhan itu mereka lakukan.
"emmm gue kekamar dulu." Sesaat Ranty melepaskan sentuhan Ammar dan Ammar tak menjawab hanya mengangguk. Ammar duduk memejamkan matanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya
"kenapa kayak gini sih rasanya sssttttt." Ammar membuang napas "hmmm lebih baik ceper selesein." Ammar mulai lagi mencuci
Saat sudah selesai Ammar menjemurnya dibelakang rumah, Ranty melihatnya dari atas lalu dia buru-buru turun
Tanpa bertanya Ranty langsung menjemur pakaian itu, Ammar yang tidak tau kedatangan Ranty melihat ada kaki orang lain didepan terlihat saat dia menunduk hendak mengambil pakaian lagi. Dia membuka pakaian yang menutupi orang itu.
"kamu." Ammar tidak percaya
"kenapa mau dibantuin gak." Tanya Ranty ketus
"ya ya ya boleh." Ammar gugup lalu tersenyum
"ya udah lanjutin." Ranty membulatkan matanya dan Ammar merasa Ranty tidak merasakan apa yang dia rasakan setelah sentuhan tadi.
Siang berganti malam malam pun berganti pagi, hari ini Ammar mulai kembali kerja dan Ranty kembali kuliah. Ammar mengantarkan Ranty kekampus, Ammar menghentikan mobilnya didepan pintu gerbang kampus
"emmm nanti malam kita makan malam diluar ya." Ranty tersenyum sesaat mobil berhenti
"makan malam diluar." Ammar kaget
"iya kamu bisa kan." Ranty lembut beda dari biasanya
"ya udah nanti aku usahain ya." Jawab Ammar dengan wajah herannya
"kok diusahain jawab iya geh." Ranty lagi
"iya insyaAllah." Ammar gugup
"ya udah nanti aku kirim alamatnya aku tunggu." Ranty tersenyum dan Ammar mengangguk "o...ya hari ini kamu gak kuliah." Tanya Ranty lagi
"eee aku izin ya sama kamu soalnya aku ada meeting di 4 tempat terus harus meeting lagi dikantor, kamu izinin kan." tanya Ammar balik
"kok izinnya ke aku." Ranty mengerutkan keningnya
"kan kamu sekarang pemilik kampus nya." Ammar tersenyum
"eee ya udah kalau githu." Ranty masih canggung mendengar bahwa dia yang memegang kampus sekarang, mereka diam dan saling menatap
"ya udah kalau githu eee se.." Ammar belum meneruskan kata tiba-tiba Ranty mencium pipinya lalu mencium tangannya
"jangan lupa ya aku tunggu kamu hati-hati." Ranty tersenyum lalu keluar
"iya." Ammar masih merasa tak percaya
"daaaa." Ranty melambaikan tangannya dan tersenyum, terlihat Ammar juga melambaikan tangannya
"cieeee pengantin baru udah kuliah bu Ammar." Aura merangkul Ranty dengan tiba-tiba membuat Ranty kaget
"Ra May gue kangenn." Ranty memeluk keduanya
"iya Bu Ammar kita juga kangen." Mayang membalas pelukan Ranty
"ehhmm udah ngapain aja sama kak Ammar." tanya Aura
"apaan sih." Ranty mengerutkan keningnya tersenyum tipis
"hayooo lohhh ngapain aja sama kak Ammar." ledek Mayang
"udah ahhh ayo masuk." Ranty menarik tangan keduanya
"gak usah malu kali cantik." Aura masih penasaran
"ada dechh udah ahhh." Jawab Ranty malu-malu dan mereka tertawa bersama
Malamnya Ranty sudah datang disebuah resto, dia duduk disebuah kursi yang sudah dia pesan dari tadi pagi. Ammar masih terlihat meeting dengan kliennya, mungkin dia lupa ada janji dengan Ranty istrinya. Setelah menunggu 10 menit Ranty masih yakin Ammar suaminya akan datang
"macet kali ya eee ya udah aku tunggu lima menit lagi." Ranty dalam hati
Waktu terus berjalan Ammar sekarang berpindah tempat dan dia mulai lagi meeting dengan karyawannya dikantor, dia melihat jam ditangannya
"hahh sudah jam 19.30 semoga masih ada waktu." Ammar dalam hati lalu memulai meetingnya
Ranty sudah mulai kesal dia melihat jam diponselnya, semakin lama semakin lama saja Ammar tidak datang-datang
"emmm mbak maaf kalau makannya sudah kami akan tutup." Seorang pelayan memberi tahu seraya tersenyum
"hahh tapi gue ada janji." Ranty menolak pergi
"tapi mbak ini sudah peraturan tempat kami jam segini kami harus tutup ini sudah malam mbak sudah pukul 23.30 mungkin teman mbak gak datang." Jelas pelayan itu
"tapi mbak, eee ya udah dech." Ranty dengan wajah kecewanya lalu pergi keluar "baru aja mau dibaikin dan mau nrima malah kayak gini hmmm." Ranty meneteskan air matanya masuk kemobilnya
Ammar sudah selesai, buru-buru dia keluar kantornya berlari masuk kemobilnya mengambil ponsel dan mulai memanggil Ranty istrinya
"kamu masih disithu aku kesana secepatnya tunggu ya." Ammar seraya melajukan mobilnya
"telat gue udah pulang makan tu meeting." Ranty marah dan menutup ponselnya
Seketika Ammar menghentikan mobilnya "yank Non yank Ranty." Ammar lemas dan menyandarkan kepalanya "maaf aku bodoh maaffff." Ammar dengan matanya yang berkaca-kaca dan akhirnya dia pulang
Ranty melajukan mobilnya dengan terus menangis, dia menghentikan mobilnya disebuah club malam. Ranty masuk dan mulai memesan minuman dia terus meminumnya saat habis dia meminta lagi meminta lagi dan lagi
"loe terlalu sibuk hehh loe sibuk aja terus." Ranty dengan nada aneh dan meminum lagi minumannya
Ammar sudah sampai dirumah, dia masuk
"kok sepi biasanya masih nonton jam segini." Ammar melihat jam tangannya lalu dia masuk kekamarnya dan dia mendapati istrinya tidak ada dikamar
"kok gak kemana sih." Ammar mulai panik, dia masuk kekamar mandi sebentar mengganti pakaiannya
Ranty pulang dalam keadaan mabuk diantar security club itu, dengan membawa sebuah botol kecil ditangannya. Ranty disandarkan pada pintu dan security itu mengetuk pintu lalu pergi.
Ammar baru saja akan memanggil Ranty dengan ponselnya tiba-tiba ada yang mengetuk pintu
"mungkin itu dia." Ammar bergegas keluar "iya sebentar." Ammar membuka pintu dan Ranty jatuh dipelukannya dengan badan lemas
"kamu kenapa hahh emmm." Ammar menarik lembut wajah Ranty dan mencium bau alkohol dari mulut Ranty "kamu mabuk ya Ya Allah kenapa harus mabuk sih." Ammar menutup pintu itu menguncinya lalu mengangkat tubuh Ranty keatas
"loe loe jahat kenapa tadi gak dateng hahhh." Ranty lemah "tadi gue udah nungguin loe lamaaa sekaliii." Ranty terus berbicara dengan bau alkohol dari mulutnya membuat Ammar menahan napas, Ammar membaringkan tubuh Ranty perlahan diranjang.
Saat Ammar mengambil botol kecil itu dari Ranty, Ranty menahannya
"loe minum ini yaa." Ranty tersenyum
"apa." Ammar kaget "saya gak minum alkohol." Ammar mengerutkan keningnya
"minum gak sekarang." Bentak Ranty
"tapi." Ammar masih menolak
Ranty setengah terduduk "ini tu enak cepet minum." Ranty membuka botol itu dan memberikannya pada Ammar
"aku gak bisa." Ammar tetap menolak
"hmmm." Ranty membulatkan matanya
"tapi." Ammar tetap menolak
"ya udah gue aja yang minum." Ranty hendak meminumnya lagi
"jangan kamu udah kayak gini masih mau minum lagi,ya udah biar aku aja yang minum." Ammar menarik botol minuman itu
"bener." Ranty tersenyum
Dengan ragu-ragu Ammar mendekatkan botol minuman itu kemulutnya, dia mundurkan lagi wajahnya saat hidungnya mencium bau yang sangat tajam dari dalam botol itu
"buruan." Ranty dengan matanya yang sayu
Ammar memejamkan matanya dan dengan cepat dia meminum itu. dia hendak muntah tapi Ranty menarik kepalanya dengan cepat dan menyentuhkan bibir hangatnya ke suaminya. Ammar masih memejamkan matanya karena merasakan air yang belum pernah dia sentuh satu kali pun itu mulai memasuki tenggorokannya belum lagi sentuhan lembut istrinya.

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang