Part 18

435 12 0
                                    

Jangan pelit yaaa

*****
"Ammar Ranty kenapa diem." Tanya pak Handoyo
"emm Pa emmm Ranty langsung berangkat ya." Ranty salting dan keluar
"iya hati-hati, Ammar gak diajak." Papanya tersenyum dan Ranty hanya mengerutkan keningnya
"pak boleh saya menemui putri bapak sebentar nanti saya jawab pertanyaan bapak." Ammar terlihat serius
"iya sana keburu pergi anaknya." Pak Handoyo tersenyum
"terimakasih pak." Ammar keluar
"Non tunggu." Panggil Ammar dan Ranty menghentikan langkahnya
"mau tanya masalah kemarin mau tanya kenapa mau marah mau ngomel mau ceramah mau teriak, udah buruan." Ranty menatap Ammar dalam
"gak kok Non emm saya cuma mau tanya ssttt maaf sebelumnya tolong Non jelasin." Ammar semakin bingung
"gue nglakuin kemarin sama loe itu karena terpaksa jadi loe jangan mikir yang aneh-aneh, jangan pikir gue suka sama loe." Ranty mendekatkan wajahnya ke Ammar dan ternyata pak Handoyo melihat mereka
"terimakasih." Ammar menatap Ranty, dan mereka saling menatap
"jangan tatap gue kayak githu." Ranty mendorong Ammar
"apa saya salah." Tanya Ammar
"ya seharusnya loe simpam tatapan leo itu buat gadis yang loe suka." Jawab Ranty
"kalau gadis itu Non." Ammar terdengar serius
"loe gila ya." Ranty terlihat meneteskan air matanya "loe gak boleh suka sama gue."
"Non kenapa." Ammar mendekati Ranty
"jangan mendekat." Ranty menahan langkah Ammar
"iya tapi Non kenapa." Ammar khawatir
"gue benci sama loe, kenapa harus loe sih kenapa." Ranty lirih
"Non." Ammar memberanikan diri mendekati Ranty "maafin saya Non jika saya banyak salah sama Non mungkin saya terlalu bego buat deket sama Non dan mungkin saya juga salah karena sudah suka sama Non maaf Non."
"kenapa loe suka sama gue kenapa, kenapa." Ranty memukul mukul Ammar tapi semakin lama semakin lemah pukulannya dan hampir saja Ranty jatuh, Ammar menangkapnya dan Ammar memeluk Ranty
"Non mungkin ini waktu yang tepat buat bilang kalau saya suka sama Non saya sayang sama Non, maafin saya Non maaf." Ammar masih memeluk Ranty
"gue benci sama loe Ammar guebenci." Ranty masih saja menangis tapi dia tidak memberontak dari pelukan Ammar.
Ranty terus menangis dipelukan Ammar, pak Handoyo yang melihat mereka cuma menggelengkan kepalanya. Setelah itu Ranty melepaskan tangan Ammar lalu perlahan dia menuju mobilnya
"Non mau kemana, Non gapapa kan." Ammar mengikuti langkah Ranty, Ranty hanya diam dengan tetap berjalan menuju mobilnya
"Non please jangan ngebut ya yang konsen." Ammar menatap Ranty, Ranty menatap Ammar sesaat lalu melajukan mobilnya. Ammar terus menatap mobil Ranty setelah tak terlihat dia kembali masuk kedalam dan langsung menuju ruangan pak Handoyo
"sudah kan, sekarang jelaskan sama bapak kenapa kamu kemarin berbuat seperti itu ditempat umum." Pak Handoyo manatap Ammar
"baik pak, jujur kemarin saya tidak tau kalau kejadiannya seperti itu, saya masih punya iman pak kalau pun saya sayang sama putri bapak tidak mungkin saya melakukan perbuatan itu sebelum dia syah untuk saya, saya masih takut dosa pak, sungguh kemarin." Ammar serius
"tapi kemarin bapak lihat sendiri Ammar apa yang kamu lakukan didepan anak-anak kampus, jujur bapak bukannya mau tau bapak kemarin mau melihat keadaan kampus saja tapi ada yang bilang kamu sama putri bapak ahhh sudahlah, sekarang kamu jelasin lagi sungguh kemarin apa." Pak Handoyo masih menatap Ammar
"jadi bapak bukan hanya dengar tapi melihat." Tanya Ammar gemetar
"iya." Jawab pak Handoyo singkat
"maaf kalau menurut bapak saya salah maaf, saya akan terima semua apa keputusan bapak atas perbuatan saya saya salah." Ammar serius
"sudah bapak tidak akan marah sama kamu, bapak cuma butuh penjelasan kamu saja." Pak Handoyo masih menatap Ammar serius
"pak jujur saya kemarin memang tidak tau kalau akan terjadi seperti itu, kemarin Non Ranty hanya bilang saya harus datang kekampus jam sepuluh sudah, saya masih mau tanya kenapa tapi langsung pergi, saya kemarin kekampus bukan hanya nemuin Non Ranty tapi saya ada tugas dikampus, pak maaf kalau saya salah." Jelas Ammar
"oke sekarang kamu kepuncak saja sana, jagain anak bapak demi bapak dan hukuman buat kamu yang sudah kau tau kan, tapi ingat jangan lakuin lagi didepan umum." Perintah pak Handoyo
"bapak yakin hukuman buat saya." Ammar tidak percaya
"berangkat sekarang jagain dia, bapak yakin dia sedang labil entah karena apa tapi tadi bapak lihat dia nyaman sama kamu, siap." Pak Handoyo berdiri
"hahhh bapak." Ammar gugup lalu berdiri
"sudah sana, jagain ya." Pak Handoyo menghampiri Ammar "siap."
"pak maaf tadi saya." Ammar bener-bener salting
"iya sudah dimaafkan sana berangkat biar bapak yang urus semua."pak Handoyo memerintah
"tapi pak." Ammar masih saja belum percaya
"Ammar." pak Handoyo membulatkan matanya
"iya pak." Ammar berangkat
"kalau mau kayak kemarin jangan ditempat umum lagi ya." Pak Handoyo tersenyum
"saya tidak akan menyentuh putri bapak lagi apalagi ditempat umum." Ammar masih gugup
"boleh aja kamu sentuh tapi jangan ditempat umum aja ya tapi kamu harus janji jangan ada lagi yang menyentuh dia selain kamu, sana berangkat hati-hati dijalan, langsung ke villa yang kamu datengin kemarin itu, ingat ya jangan ditempat umum." Pesan pak Handoyo seraya tersenyum
"pak saya takut dengan semua perintah bapak." Ammar serius
"udah bapak percaya sama kamu dan bapak yakin kamu bisa jaga Ranty, sana." Pak Handoyo tersenyum, Ammar permisi pergi setelah salim, "calon mantu idaman." Pak Handoyo tersenyum sesaat Ammar pergi
Ammar melajukan motornya dengan pasti pikirannya teringat dengan satu kata dari pak Handoyo, "jangan ada lagi yang menyentuh dia selain kamu." Itu kata-kata yang membuat Ammar berfikir keras "apa sih maksudnya." Ammar terus berfikir keras tentang hal itu dengan tetap melajukan terus motornya, dan sampailah dia. Dia masuk karena pintu gerbang sudah dibuka
"mas ganteng kesini lagi." Tanya pak Salim penjaga villa
"bapak emm iya, bapak apa kabar." Ammar turun dari motor dan melepaskan helmnya
"baik mas, mas ada kerjaan lagi." Tanyanya lagi
"iya pak ada tugas, emm tadi ada yang dateng gak." Tanya Ammar lagi
"iya barusan aja Non Ranty sama teman-temannya Mas." Jawab pak Salim
"dimana mereka." Tanya Ammar
"kebelakang kayaknya mas." Jawab pak Salim
"o..ya sudah pak, emm bapak udah masak." Tanya Ammar lagi
"kita bikin nasi goreng mas." Pak Salim tersenyum
"masih inget aja pak." Ammar juga tersenyum dan mereka langsung kearah dapur, Ammar seperti chef profesional saja cekatan sekali membuat nasi goreng.
"hmmm baunya wangi banget jadi laper." Ranty menepi dipinggir kolam
"hmm iya siapa yang masak neh." Aura juga muncul dari dalam air
"kalian disini gue kesana dulu ya." Ranty naik mengambil handuk dan berjalan kedapur
"oke." Aura dan Mayang bersamaan
"gimana pak." Tanya Ammar
"hmm dari baunya pasti enak banget mas, saya siapin temennya dulu ya mas, o..iya mas inikan banyak nanti kalau misalnya kita kasih ke Non Ranty aja gimana sebagian." Pak Salim tersenyum tanpa sepengatahuan mereka Ranty sudah ada didepan pintu melihat mereka
"dia." Ranty tak percaya
"iya pak pasti ini sengaja buat banyak karena spesial buat yang cantik." Ammar lirih seraya tersenyum
"jangan sebagian harus semua." Ranty tiba-tiba datang membuat Ammar menghentikan tangannya mengaduk nasi gorengnya
"subhanallah." Ammar dalam hati mengagumi makhluk cantik itu
"emm sini gosong baunya." Ranty mengaduk nasi goreng itu bersama tangan Ammar, Ammar terus menatap wajah indah makhluk cantik ini, Ammar enggan berkedip jantungnya berdegup kencang, Ranty mengambil piring disebelah Ammar tanpa melepas tangan Ammar entah sengaja atau memang Ranty lupa kalau ada tangan Ammar yang dia pegang dari tadi, Ammar hanya mengikuti saja, Ranty melewati wajah Ammar saat mengambil piring itu bahkan sangat dekat membuat hidung Ammar hampir saja mendarat dipipinya. Rambut Ranty mengenai wajah Ammar karena basah membuat Ammar tersadar tapi dia tidak berani menarik tangannya karena dia melihat makhluk cantik itu serius mengambil nasi goreng itu ke piring yang diaambil tadi.

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang