Part 13

459 10 0
                                    

"hahh saya pak." Ammar baru sadar "kenapa kamu gak bilang sih malu tau." Ammar malu
"dari tadi aku sudah panggil-panggil kamu." Riki berbisik pada Ammar "sudah sana maju kamu sudah dipanggil dari tadi."
"Ammar." panggil pak Handoyo lagi dan Ammar segera maju
"kenapa dia naik juga sih." Pikir Ranty
"kamu gapapa." Tanya pak Handoyo pelan
"emm maaf pak." Ammar tersenyum bodoh "gak kok pak gapapa." Ammar salting
"baiklah Ammar sudah disini, saya disini akan meresmikan pembukaan hotel ini dengan memotong tumpeng sebagai rasa syukur saya, dan pemotongan tumpeng akan diwakili oleh anak saya satu-satunya yang paling cantik juga sebagai pemilik dari hotel ini Ranty Maria dan pemotongan tumpeng ini juga akan saya wakilkan oleh karyawan saya dikantor pemuda tampan yang berprestasi pemuda yang sudah berhasil menunjukkan kemampuannya dengan berdirinya hotel ini dia Ammar Zoni." Pak Handoyo tersenyum
"Ammar sadar kamu gak mimpi." Ammar dalam hati
"hahhh dia." Ranty tidak percaya
"ayo sayang pegang pisaunya, Ammar." panggil pak Handoyo
Ranty sudah memegang pisau pemotong itu tapi beda dengan Ammar dia bingung sekali antar gemetar dan takut, dia berfikir apa iya harus memegang tangan makhluk cantik ini
"cepet jangan bikin malu." Ranty berbisik kesal pada Ammar, Ammar masih diam Ranty yang tidak sabar menarik tangan Ammar dan mereka memotong tumpeng itu berdua terlihat tangan Ammar memegang erat tangan Ranty, Ammar menatap terus wajah Ranty setelahnya sungguh Ammar begitu mengagumi makhluk cantik yang satu ini.
Ranty berjalan ketemannya, "cocok." Mayang tersenyum
"iya cocok." Aura ikut-ikutan
"hmmm." Ranty kesal "gue mau ketoilet sebentar."
"katanya benci tapi mesra banget hmmm." Ochi menghampiri ketiganya
"jaga ya mulut loe." Ranty pelan
"hmmm loe yang harus diam karena gue tamu disini." Ochi memang sengaja memancing
"loe." Ranty mulai emosi
"tahan Ty tahan loe tau kan." Mayang menenangkan "ehh Chi ngapain sih loe dimana-mana ada kayak tomket tau gak." Mayang sinis
"asal loe tau ya gue kesini karena diundang sama tante Intan bukan mau berantem sama kalian bye." Ochi pergi
"hmm gue ke toilet sebentar ya." Ranty geram dan berlalu pergi
"loe yang tenang ya." Aura tersenyum pada Ranty dan Ranty hanya mengangguk, sebenarnya Ranty tidak ketoilet dia keluar dari pintu belakang sebenarnya tadi dia ingin benar-benar ketoilet tapi emosinya sangat memuncak melihat wajah menyebalkan Ochi barusan, dia duduk ditempat tersembunyi
"gue benci sama loe gue benci." Ranty sangat marah "berubahlah sekarang berubah." Dan benar saja tubuhnya mulai terasa panas dan berubahlah dia, "tuhannn Ranty capek harus lari-larian kayak gini capekkkk." Ranty menangis dia mengusap air matanya.
Sampai acara selesai Ranty tak terlihat lagi, ponsel Aura berbunyi ada pesan dari Ranty kalau dia ngantuk dan pulang duluan serta minta tolong untuk mengatakan pada papa mamanya, Ammar yang dari tadi juga mencari-cari makhluk cantik itu tidak ada lagi tanpa sengaja dia mendengar dari Aura kalau Ranty sudah pulang duluan. Acara selesai semua pulang, Ammar melajukan motornya dengan pasti dia mendengar suara gemuruh seperti akan turun hujan karena angin dan kilat terus menyambar serta sudah mulai gerimis Ammar membelokkan motornya disebuah halte, buru-buru dia berteduh.
Ranty yang sudah kembali normal dengan matanya yang sembab mencoba bangkit dari duduknya yang tersembunyi. Dia terus berjalan berniat untuk kembali kerumah, dia terus melangkah meski gerimis semakin detik semakin deras dan sekarang hujan turun sangat lebat. Ranty tak memperdulikan hujan yang membasahinya dia hanya terus berjalan lurus kedepan. Ammar yang berteduh dihalte terlihat duduk membungkuk menahan dingin
"kapan redanya kalau kayak gini hmmmm." Ammar kedinginan. Ranty yang terus berjalan ternyata semakin lama semakin dekat dengan halte tempat Ammar berteduh. Dari kajauhan Ammar melihat seseorang berjalan semakin dekat dengannya dia seperti mengenali orang itu. Ranty merasa capek dan dingin menusuk tulang karena dia hanya menggunakan gaun tadi, dia duduk disebuah pinggiran halte disebelah sebuah motor dia tak peduli dengan keadaan lagi beban yang diarasakan sangatlah berat. Dia mengusap-usap kedua lengannya dengan kedua tangannya menahan dingin dan terlihat melamun. Ammar yang melihatnya perlahan mendekatinya ternyata benar saja itu halte tempat Ammar berteduh dan motor sebelah Ranty duduk juga motor Ammar. Ammar terus mendekat perlahan meski sedikit ada ragu
"Non Ranty." Setelah dia tau itu Ranty "Non ngapain ujan-ujanan Non gapapa kan." tanyanya khawatir tapi Ranty hanya diam "siapa yang sudah membuat Non kayak gini." Ammar semakin khawatir "Non saya antar pulang ya." Ammar melepaskan jacket nya "maaf Non pakai ini ya." Ammar menutupkan jacketnya pada tubuh depan Ranty lalu dia mengambil kunci motornya disaku dan buru-buru memakai helmnya. Ammar naik kemotornya tapi turun lagi dan membantu Ranty berdiri mendekatkan kemotornya dan dia naik lagi
"ayo Non naik." Ammar menoleh ke Ranty "Non ayo naik." Ammar menarik pelan tangan Ranty dan naiklah Ranty, perlahan Ammar malajukan motornya "aku harus tahan rasa dingin ini." Ammar dalam hati.
Ammar melajukan motornya dengan pasti melewati air hujan yang sangat deras didepannya, dingin itu semakin menusuk tulangnya, tak dia sadari Ranty memeluk tubuhnya dan menyandarkan kepalnya dipundaknya. Ammar merasa ini mimpi dia melihat tangan Ranty sudah melingkar ditubuhnya, Ammar tersenyum dan terus melajukan motornya
"ternyata loe baik." Ranty semakin erat saja memeluk Ammar karena dingin yang dia rasakan.
Ammar terus melajukan motornya, tak lama kemudian sampailah dirumah pak Handoyo. Ammar menghentikan motornya
"Non sudah sampai." Ammar pelan tanpa berbuat apa-apa tidak menyentuh Ranty meski tangan Ranty masih erat memeluk tubuhnya, terlihat pak satpam sudah membukakan pintu gerbang
Ranty perlahan melepaskan tangannya dari tubuh Ammar dan perlahan turun tanpa bilang terimakasih dia langsung masuk tanpa mengembalikan jacket Ammar apalagi.
"Non Ranty kenapa Mas." Tanya pak satpam heran
"gak tau pak saya permisi mari." Ammar melajukan lagi motornya pak satpam menggelengkan kepalanya dan menutup lagi pintu gerbang.
Ranty masuk setelah pintu dibuka, mamanya khawatir dengan anaknya yang murung dan basah kuyub tentunya. Dengan malas Ranty mencari alasan lalu ditolong Ammar kemudian berlalu dari kamarnya, karena papanya menenangkan mamanya kalau Ranty tidak apa-apa
"tapi Pa." Mamanya masih khawatir
"sudah Ma itu urusan anak muda, lagian yang nolongin Ammar kan biar besok papa tanya dia, udah ma." Papanya memeluk istrinya
Ammar sampai dirumahnya dia langsung masuk memakirkan motornya ditempat biasa dan buru-buru mandi. Ranty yang sudah selesai bersih-bersih duduk diranjangnya, dia melihat jacket yang dia letakkan dikursi belajarnya. Perlahan dia mendekatinya, mengambilnya. Jacket itu basah Ranty tersenyum lalu perlahan berjalan keluar kamarnya.
"bi cuciin sekarang ya Ranty gak mau tau besok pagi harus sudah kering." Ranty hendak memberikan jacket itu "emmm gak jadi dech Ranty mau cuci sendiri." Ranty tersenyum berjalan kearah tempat cuci
"Non ini sudah malam besok saja." Bi Pur berjalan dibelakang Ranty
Terlihat Ranty serius mencuci jacket itu dan tidak mau dibantu, Bi Pur yang disuruh keluar bertemu papa mama Ranty yang sedang mencari Ranty, papa Ranty menahan istrinya yang hendak mendekatinya dan mengajak istrinya pergi dari sithu
"mungkin itu jacket Ammar biarkan saja Ma, berarti beneran Ammar bisa merubah sifat manja anak kita." Papanya mencoba menenangkan istrinya dan akhirnya Bu Intan memahaminya. Ranty sudah selesai mencuci jacket itu, sedangkan Ammar terlihat memakai jacket karena kedinginan meminum teh yang dia buat. Ranty mencoba mengeringkan jacket basah itu dengan kipas angin lalu menggunakan hair dryer dia terlihat senang sekali sesekali dia tersenyum. Ammar merasa semakin dingin dan memutuskan untuk tidur dia memakai selimut tebalnya dan perlahan menutup matanya. Ranty masih mengeringkan jacket itu walaupun malam semakin larut, tak lama dia merasa sangat ngantuk sesekali dia menguap, tapi jacket itu harus kering, karena semakin tak tahan ngantuk dia menyudahi aksinya, tidurlah dia.
Suara adzan berkumandang, Ammar membuka matanya kepalanya terasa sangat berat
"ahamdulilahi ladzi ahyana ba'da ma amatana wailaihinnusyur." Ammar mencoba bangkit dari tidurnya "ya Allah berat sekali kepalanya,sstttt." Ammar meringis "masak iya sakit ssttt, bapak ibu Ammar kangen." Ammar menahan sakit dikepalanya, perlahan dia turun dari ranjangnya mengambil air wudhu dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah selesai Ammar mengambil al-quran dimeja membukanya baru saja dia membaca dua ayat
"astagfirullah sstttt." Dia memegangi kepalanya "masak iya mau sakit sstttt." Dia menutup bacaan qurannya dan bangkit dari duduknya dan duduk lagi diranjangnya memegangi kepalanya. Ranty yang baru saja selesai shalat cepat-cepat masuk kamarnya lagi dan buru-buru melihat jacket basah tadi malam

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang