Part 9

373 13 0
                                    

"gue ditoilet cepet ya Ra." Ranty masih dengan suara paraunya
"iya loe tunggu ya bentar." Aura menutup ponselnya "emm kak gue harus pergi." Aura berdiri
"loe kenapa." Tanya Boy heran
"nanti ya gue harus pergi." Aura berlari kearah perpus
"terus gue." Boy menghela napas
"May ikut gue." Aura menarik tangan Mayang sesaat dia masuk
"mau kemana sayang." Tanya Mayang heran
"udah ikut aja." Aura mengusap air matanya
"loe kenapa." Tanya Mayang lagi, Aura tak menjawab dan langsung menarik tangan Mayang menuju toilet, saat sampai mereka langsung masuk
"Ty loe dimana." Aura pelan
"disini." Jawab Ranty dari dalam toilet, Aura dan Mayang berjalan kearah suara Ranty
"kenapa sih gue masih bingung." Tanya Mayang kian bingung saja
"udah ikut dulu, gue juga gak tau Ranty telfon udah nangis makanya gue panik." Aura mulai membuka pintu toilet itu dan
"aaaaaa." Aura dan Mayang bersamaan ketakutan melihat wujud aneh didepan mereka
"ini gue Ra May ini gue." Ranty menangis
"beneran ini loe Ty." Mayang masih didepan pintu bersama Aura yang menutup mata dengan tangannya
"iya ini gue, tapi kalau kalian takut ya udah gapapa kalian pergi aja, gue gak pentes punya temen seperti kalian, gue cuma sesekor tiku sekarang." Ranty menangisi keadaannya
Aura membuka tangannya danperlahan berjalan kearah orang aneh berwajah Ranty yang berdiri menangis itu "loe beneran Ranty." Aura ikut menangis
"Tyty." Tapi Mayang beda dia langsung memeluk orang aneh itu "loe kenapa." Mayang menangisi sahabatnya itu dan Ranty tak menjawab dia hanya mengangguk dengan terus menangis
"maafin kita ya kita udah jahat." Aura menangis juga memeluk Ranty yang terlihat aneh itu
"kalau kalian takut gapapa kok kalian pergi aja." Ranty masih menangis
"huusttt kita akan selalu ada buat loe Ty." Aura dan Mayang melepaskan pelukan mereka menghapus air mata Ranty
"udah ya jangan nangis lagi." Mayang menenangkan Ranty
"tadi loe marah sama siapa, jadi bener-bener terjadi semuanya Tuhannn." Aura masih saja tidak percaya dengan apa yang dia lihat
"ini semua gara-gara Presiden tikus itu gue benci sama dia gue benciii." Ranty marah dengan terus menangis
"sudah lah Ty sabar." Aura terus memeluk sahabatnya itu
"gue takut gimana kalau gue gak bisa berubah normal lagi, gue takut." Ranty masih saja panik dengan wujudnya yang menjadi manusia setengah tikus itu
"mending loe tenang sekarang, dulu kita pernah liat sinetron monyet cantik kan dia bisa berubah normal lagi kalau dia tenang, coba sayang Ranty loe yang tenang." Mayang mencoba mencari solusi
"iya bener kata May coba loe tenang dulu, mau minum." Aura juga mencoba tenang dan mencari solusi untuk sahabatnya
"oke gue tenang tapi nanti kalau gue gak berubah gimana, terus kata mama dosen kita hari ini killer banget, kalau gue gak bisa berubah nanti kalian kekelas aja ya biarin gue disini." Ranty mencoba tenang dengan rasa khawatirnya
"gue akan terus disini sama loe gue gak peduli apapun yang terjadi." Mayang memegang tangan Ranty
"gue juga gak akan pergi kemana-mana." Aura juga ikut Mayang
"kalian yakin gapapa nungguin gue." Tanya Ranty, Mayang dan Aura mengangguk lalu mereka berpelukan. Ranty terus mencoba menenangkan diri dia merasa semakin tenang dan dia merasa tubuhnya dingin tidak seperti tadi, dia meraba ekornya dan
"ekornya ilang Ra May ilang." Ranty berdiri memegangi tubuh belakangnya
"kumisnya juga ilang." Aura ikut senang
"yeeee kita berhasil kita berhasil." Mayang heboh
"alhamdulilah terimakasih Tuhan." Ranty bersyukur
"tu kan bener kata gue kalau loe tenang pasti akan baik-baik saja." Mayang menatap Ranty
"iya." Ranty mencoba tersenyum "tapi nanti gue bisa berubah lagi kalau marah." Ranty masih khawatir
"tapi kita sudah punya penawar kan loe harus tenang." Aura mencoba menenangkan Aura
"ya udah lebih baik sekarang kita cuci muka terus kita kekelas masih ada waktu 5 menit." Mayang mencoba mencairkan suasana
"ya udah ayo buruan." Ranty mengajak temannya
Tak lama mereka keluar dari toilet dan bertemu dengan bu Intan "kalian darimana kok belum masuk kelas pak Ari kan." tanya Bu Intan pada ketiganya
"Ma iya ini mau masuk, masuk dulu ya daaa." Ranty mencium tangan Mamanya lalu berlari
"mari Tan." Aura dan Mayang bersamaan pergi setelah salim
"iya hati-hati jangan lari, hmmm anak-anak." Bu Intan tersenyum
"Bu." Pak Ari menyapa
"pak mau kekelas." Bu Intan membalas sapaan pak Ari
"iya Bu, o..ya Bu anak ibu yang mana." tanya pak Ari
"itu yang bertiga yang pakai tas dipunggung." Bu Intan menunjuk Ranty yang sudah berjalan kekelas
"yang tengah." Pak Ari lagi "tadi saya kira adik Ammar." Pak Ari tersenyum
"memangnya kenapa Pak kok nebaknya githu." Bu Intan merasa aneh
"wajahnya mirip, maaf." Pak Ari tersenyum lagi "permisi Bu saya mau masuk kelas dulu, mari."
"iya pak silahkan." Bu Intan juga tersenyum "sudah tau Ammar anak yatim piatu dari kecil kok punya adik, Pak Ari ini ada-ada saja." Bu Intan dalam hati
"Bu." Panggil seorang mahasiswa yang tidak lain adalah Ammar
"iya." Bu Intan tersenyum
"minta waktunya sebentar." Ammar sopan
"tanda tangan kan." Bu Intan duduk dibangku didepan perpustakaan
"iya kok ibu tau." Ammar tersenyum bodoh
"kamu mau apa lagi nyari ibu kalau gak minta tanda tangan, sini." Bu Intan meminta map Ammar
"gak keruangan aja Bu gak enak diliat anak lain." Ammar mencoba memberi tanggapan tentang Bu Intan yang memberi tanda tangan dilauar ruangan
"sudah gak usah sungkan, asal ibu gak sibuk dimana pun ibu berada kalau dimintai tanda tangan mau kok tandatangan." Bu Intan seraya menandatangani map Ammar "ini sudah."
"terimakasih Bu." Ammar tersenyum saat mengambil map itu
"o..ya tadi bapak pesen kamu disuruh kekantor pulang kuliah suruh ngambil apa githu ibu lupa." Bu Intan sedikit lupa
"iya Bu tadi bapak juga sudah bbm, saya permisi bu." Ammar tersenyum dan berpamitan, bu Intan tersenyum lalu masuk lagi keruangannya
Saat kelas selesai Ammar buru keluar karena harus kekantor, Ranty dan kedua sahabatnya juga keluar. Ammar tak sengaja menabrak Ranty
"maaf maaf." Ammar kaget
"loe lagi." Ranty terlihat kecewa
"tahan emosi kamu." Aura mencoba menenangkan
"kak Ammar kenapa buru-buru." Tanya Mayang
"maaf ya tadi saya gak ati-ati kamu gapapa." Ammar bertanya pada Ranty
"yang loe liat." Ranty masih saja kesal
"Ty jangan emosi." Aura masih mencoba menenangkan Ranty
"ya udah saya permisi." Ammar tersenyum tipis lalu pergi
"bentar ya." Mayang berlari "kak." Mayang memanggil Ammar saat Ammar sudah diparkiran
"hehh apa." Ammar kaget
"kak kapan Mayang bisa ngobrol sama kakak, tapi jangan mikir Mayang suka kak Ammar gak kak Mayang gak suka sama kak Ammar." Mayang tersenyum bodoh
"iya percaya, emm kalau sekarang gak bisa maaf saya harus kekantor." Jawab Ammar seraya mengambil kunci motornya didalam tasnya
"iya kak gapapa Mayang tau pasti kakak sibuk buru-buru githu, kapan aja kakak bisa Mayang juga bisa hehh." Mayang tersenyum lagi
"besok pagi aja, tapi saya gak pernah masuk pagi bener karena harus kerja dulu, sekitar jam sepuluh nyampek kampus, gimana." Saran Ammar
"iya Kak besok jam sepuluh, oke kak terimakasih." Mayang tersenyum, dan Ammar berlalu pergi
Pukul 4 sore Ammar yang sudah shalat ashar kembali menyelesaikan tugas kantornya, "akhirnya selesaiii." Ammar meletakkan tangannya diatas meja dan meletakkan kepalanya diatasnya, dia memasukkan pensilnya ditempat pensil yang biasa dia meletakkannya tapi matanya tertuju pada satu benda, dia mengangat kepalanya dan mengambil benda itu

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang