24

357 14 0
                                    

"hehhh." Ranty tersadar "apa sih loe." Ranty mendorong tubuh Ammar tapi tubuh Ammar hanya bergoyah sedikit tanpa berubah posisi sedikit pun
"kenapa." Tanya Ammar tersenyum, Ammar terus menatap mata Ranty dan Ranty tanpa sadar juga menatapnya
"apa sih." Ranty menunduk melewati bawah tangan Ammar lalu berdiri disamping Ammar, Ammar berdiri tegak menghadapnya
"kok mukanya merah grogi ya." Ammar tersenyum manis
"apa sih hihhh GR, udah sana." Ranty mendorong Ammar lalu berlari kearah tendanya
"hmmm." Ammar tersenyum memandang Ranty yang terus berlari menjauh darinya
"napa sih." Ranty mengerutkan keningnya sambil berlari mencoba memahami isi hatinya sendiri "kenapa nih panas banget." Ranty mempercepat larinya
"Ty loe kenapa." Aura yang baru saja sampai ditendanya
"gak tau panas banget." Ranty buru-buru masuk
"loe marah-marah lagi." Tanya Aura lalu masuk juga
"kenapa." Mayang kaget lalu duduk
"cepat ambilin selimut tutup May Ra cepet nanti ada yang liat." Ranty ketakutan
"iya-iya ini." Mayang sibuk "Ra cepet."
"iya ini udah." Aura juga sibuk
"Ty loe tenang ya jangan panik kita disini kok jagain kamu yang tenang biar cepet berubah normal lagi." Mayang menenangkan Ranty
"iya Ty tenang ya." Aura memeluk Ranty yang ada didalam selimut
"gue takut." Ranty ketakutan
"udah Ty loe tenang ya." Mayang mengelus-elus Ranty
"iya tenang ya kita disini kok." Aura memeluk erat Ranty
"janji ya jangan tinggalin gue, gue takut kalau ada yang liat." Ranty gemetar
"hussttt udah ya." Mayang juga memeluk Ranty
Ranty merasakan tubuhnya semakin panas "ssttttt." Ranty mengerang kesakitan
"loe kenapa." Aura melepaskan pelukannya karena tubuh Ranty sangat panas
"sstttt panas." Ranty menangis
"loe mau minum." Mayang menawarkan minum
"gak ssstttt." Ranty terus mengerang sakit
"kita kedokter aja gimana." Aura panik
"loe gila ya ini tu rahasia kita kok kedokter sih." Mayang menatap Aura
"iya gue tau tapi gimana ini gue gak tega denger Ranty kesakitan kayak gini." Aura bersedih
"gue juga tapi mau gimana lagi." Mayang mengelus Ranty
Ranty didalam selimut terus menangis, dia merasakan panas ditubuhnya perlahan dia meraba bawah tubuhnya tidak ada yang berubah, dia meraba-raba wajahnya tidak ada yang berbeda lalu dia duduk masih didalam selimutnya meraba-raba wajahnya
"Ty loe gapapa kan." Aura masih panik
"Ra May gue." Ranty serak
"kenapa Ty jangan bikin kita nambah takut." Mayang juga ikut panik
"gue gak berubah." Ranty membuka selimutnya "coba liat, liat kan." Ranty tersenyum menghilangkan sisa air matanya
"hahhh gue gak mimpi." Aura tersenyum heran
"Ty loe." Mayang memegang tangan Ranty
"gue gak berubah gue sembuh gue sembuhhhh." Ranty bersujud lalu memeluk kedua sahabatnya dan tertawa puas dan mereka bertiga tertawa bersama
"loe dengerkan." Boy heran mendengar suara gaduh dari arah tenda Aura
"iya denger." Ammar mencoba mendengarkan
"kita kesana aja jangan sampai ada kejadian diluar dugaan." Boy berdiri
"ya udah ayo." Ammar berjalan bersama Boy
"kita harus merayakan ini." Mayang tersenyum bahagia
"kita harus pergi kepantai kegunung atau keluar negeri pokoknya kita harus rayain." Aura girang
"gue baru inget udah beberapa hari ini gue gak pernah berubah lagi bahkan tadi gue juga marah-marah sama Ochi tapi gue gak kenapa-napa." Ranty mencoba mengingat
"masak iya sih." Aura dengan sisa senyumnya
"jangan-jangan loe." Mayang belum meneruskan bicaranya tiba-tiba ada yang datang
"permisi kalian tidak apa-apa."suara laki-laki terdengar dari luar tenda
Aura membuka tendanya "kak Boy kak Ammar." Aura heran
"kalian gapapa." Tanya Ammar
"gapapa kok kak kita cuma becanda aja tadi maaf." Mayang tersenyum bodoh
"beneran gapapa." Ammar menatap Ranty yang terdiam "kamu." Ammar masih menatap Ranty tapi Ranty hanya diam
"Ty ditanya." Mayang menarik-narik tangan Ranty
"emmm." Ranty kaget
"kamu gapapa." Tanya Ammar lagi
"gak." Ranty menggeleng
"syukurlah." Ammar tersenyum lalu pergi bersama Boy
Malam semakin larut semua sudah masuk ditenda masing-masing kecuali Ammar dan rekan-rekannya. Ranty belum bisa tidur dia terus memikirkan tentang kutukannya yang sudah hilang, dia duduk melihat kedua sahabatnya sudah tertidur pulas, perlahan dia membuka sedikit tendanya, dia melihat Ammar sedang mengobrol dengan teman-temannya, dia terus memandang Ammar dari kejauhan terkadang Ammar terlihat tersenyum tertawa kecil bersama temannya
Ranty ikut tersenyum melihat Ammar tersenyum tiba-tiba dia ingat sesuatu
"dia." Terlintas dipikiran Ranty waktu terjadi dengannya bersama Ammar dilapangan basket, lalu dia teringat dengan kata-kata misterius waktu digudang
"apa sih gak." Ranty mengadahkan kepalanya keatas membuang napas, dia menatap lagi Ammar tanpa sengaja Ammar melihat kearahnya buru-buru dia menutup lagi tendanya
"napa belum tidur Non." Ammar dalam hati
Ranty membaringkan lagi tubuhnya dia mencoba menutup matanya tapi dia terus teringat dengan kejadian yang dia alami waktu itu bersama Ammar
"kenapa sih harus dia, apa iya dia cinta, hmm gak gak mungkin." Ranty mencoba menenangkan dirinya memejamkan matanya
Paginya semua sudah siap menikmati udara segar hutan yang masih asri itu, semua berjalan bersama berjalan sesuai dengan arahan yang sudah dipasang dipapan penunjuk. Ammar berjalan paling depan karena sebagai penunjuk jalan, Ammar sudah sering kehutan ini liburan kemarin dia dengan pecinta alam yang lain baru saja dari sini. Ranty berjalan dengan saling bercanda dengan kedua sahabatnya. Ochi sedang merencanakan sesuatu bersama temannya
"nanti loe yang injek tali sepatunya ya." Ochi pada Nina
"ya gue yang pura-pura nabrak dia." Dewi tersenyum
"gue yang akan pindahin arah papan tandanya, oke." Ochi tersenyum puas dan mereka tertawa bersama
Ranty sedang berjalan dengan gembira bersama temannya dan yang lain
"loe semalem gak bisa tidur kan mikirin kak Ammar iya kan." goda Aura
"loe apaan sih." Ranty mengerutkan keningnya dengan sisa senyumnya
"udah dech ngaku aja, ohhh sentuhan mu membuat ku gila sumpah dech hhaaa." Mayang bak pembaca puisi
"kalian ne kompak banget sih buat masalah ini." Ranty berjalan duluan
"emang kita kompak kalau loe beneran suka sama kak Ammar, ya kan Ra." Mayang tersenyum
"pasti lah." Aura juga tersenyum
Ranty terus berjalan disusul Aura dan Mayang dengan masih saja menggoda Ranty, Ranty hanya tersenyum saja mendengarkan. Langkah Ranty tiba-tiba terhenti karena sebuah tumbuhan liar
"emm bagus ya." Ranty tersenyum dan duduk
"liat apaan sih." Aura menghampiri
"loe duluan aja gue mau foto sebentar." Ranty tersenyum
"ya udah kita cepet tapi." Mayang tersenyum sebelum pergi bersama Aura
"iya." Ranty membalas senyum sahabatnya, Ranty terus mengamati tumbuhan liar itu
"sekarang waktunya, siap." Ochi pada kedua temannya
"oke sip." Nina dan Dewi tersenyum
"gue duluan kesana loe tau kan." Ochi memberi kode
Nina dan Dewi mengacungkan jempolnya. Ochi berlari dengan hati-hati kearah papan tanda, sedangkan Nina dan Dewi menghampiri Ranty
"hmmm." Ranty tersenyum dan berdiri tiba-tiba
"bruk." Dewi menabraknya dengan keras
"gak punya mata." Ranty keras
"sory." Dewi tersenyum tipis
Dengan pelan Nina menginjak tali sepatu Ranty "loe hmmm." Ranty hendak berjalan tapi tali sepatunya lepas
"uppsss sory." Nina mengangkat tangannya
"udah sana pergi males gue liat kalian." Ranty duduk berjongkok membenarkan tali sepatunya
"oke selamat bersenang-senang dihutan malam ini cantik daaaa." Nina dan Dewi bersamaan pergi dengan melambaikan tangannya
Ranty membulatkan matanya lalu menunduk membenarkan tali sepatunya "dasar tikus."
Terlihat Nina Dewi juga Ochi tertawa puas dan Ochi perlahan memutar arah papan tanda itu kearah yang salah entah menuju kemana mereka pun berhasil tanpa disadari Ranty, Aura dan Mayang tanpa sadar telah berjalan jauh dari Ranty apalagi Ammar dia terlihat serius berjalan kedepan sesekali menjelaskan tempat-tempat jalan yang dilewati pada mahasiswa lain
Ranty selesai membenarkan tali sepatunya, dia berdiri dan melihat semua sudah tidak ada disithu
"gue juga bisa ngejar kalian." Ranty tanpa curiga berlari kearah depan "jadi beneran kalian ninggalin gue." Ranty terus berjalan dan dia melihat papan tanda itu "tu gue kan tau arah kalau cuma mau nemuin kalian aja." Ranty tersenyum terus berjalan sesuai dengan papan tanda yang dia lihat, Ochi dan kedua temannya tertawa puas karena rencana mereka berhasil

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang