Part 20

416 12 0
                                    

Matahari sudah muncul Ammar berkemas, "katanya tugas kok sudah mau balik." Ranty menghampirinya
"emm gak kok." Ammar kaget "Non." Ammar salting
"awasss." Ranty menarik tangan Ammar karena Ammar menyenggol tangga disebelahnya dan jatuh, membuat Ammar jatuh dipelukannya, Ranty baru sadar kalau dia sudah memeluk tubuh Ammar, dia mendongak keatas karena Ammar lebih tinggi darinya mereka saling menatap
"emmm maaf." Ranty melepaskan pelukannya salting
"terimakasih." Ammar tersenyum
"hati-hati." Ranty pergi saat sudah jauh dia menoleh melihat Ammar ternyata Ammar juga menatapnya
Ammar tersenyum Ranty kembali melangkah ternyata dia juga tersenyum, "terimakasih."
Ranty tersenyum sambil berjalan dan tidak melihat kedua sahabatnya yang ada didepannya
"kenapa loe." Aura merangkul pundaknya
"hahhh." Ranty kaget
"hayooo looo kenapa." Mayang berjalan mundur menghadap Ranty dan Aura
"apa sih." Ranty mengerutkan keningnya "pulang yok." Ajak Ranty
"napa bukannya betah disini." Mayang tersenyum
"bener tu kayaknya ada yang bikin betah."Aura menggoda sahabatnya
"ehh tunggu dech pulang juga kayaknya betah dikampus ada dikantor papa ada tinggal dirumah aja yang belum diajak." Mayang dan Aura saling menatap mereka tersenyum lalu menatap Ranty yang mengerutkan keningnya menatap heran mendengar perkataan mereka
"apa coba, udah ahh ayo." Ranty berdiri "emm pak kita pulang dulu ya, besok-besok kita kesini lagi ya." Ranty pada pak Salim
"iya Non sip, hati-hati dijalan ya." Pak Salim tersenyum
Ranty dan kedua sahabatnya menuju mobil, Ammar masih duduk didekat motornya.
"kak Ammar ayo pulang." Ajak Mayang
"mau pulang sekarang." Tanya Ammar
"May ayo." Panggil Ranty
"iya sebentar." Teriak Mayang "ayo kak." Ajak Mayang lagi
"ya udah duluan aja."Ammar tersemyum "nanti saya susul." Dan Mayang pergi bersama Ranty dan Aura
Ranty sudah mengantarkan pulang dua sahabatnya, dia tidak langsung pulang tapi dia menuju kantor papanya
"kenapa kekantor sih." Ammar dalam hati yang mengikuti mobil Ranty, tapi saat sampai kantor papanya Ranty terus berjalan.
"ini mau kemana sih." Ammar mulai bingung
"hmmm." Ranty tersenyum melihat Ammar yang terus mengikutinya, dia menghentikan mobilnya disebuah bukit, dia turun dari mobilnya dan duduk dibukit itu. Ammar menghampirinya
"Non nagapin kesini." Tanya Ammar
"loe juga ngapain kesini." Tanya Ammar balik
"panas Non disini." Ammar nyengir melihat arah matahari
"kalau gak mau panas pulang ngapain ngikutin aja dari tadi." Ranty ketus
"maunya ngikutin aja gimana dong." Ammar tersenyum dan Ranty mengeerutkan keningnya
"gak mempan." Ranty meniup Ammar yang sudah menatapnya tajam
Ammar menutup matanya saat Ranty meniup matanya, Ranty menatap Ammar yang menutup matanya, Ranty merasa ada yang aneh ketika melihat Ammar menutup matanya.
"gue suka liat loe kalau loe menutup mata." Ranty dalam hati
Saat Ammar perlahan membuka matanya Ranty buru-buru menghadap kedepan
"suka banget niup mata orang." Ammar tersenyum
"siapa suruh natap orang kaya githu." Ranty tanpa melihat Ammar
"kenapa emangnya." Tanya Ammar
"tanya aja sama diri sendiri." Ranty tetap menatap kedepan
"mana saya tau kan saya bukan ahli batin." Ammar menatap Ranty
"tau ahh." Ranty kesal dan mereka hanya diam lama mereka tanpa ada kata
"Non kenapa kemarin jadiin saya bahan taruhan." Tanya Ammar memecah keheningan
"semalem kan udah tanya napa tanya lagi." Ranty menatap Ammar kesal
"belum dijawab kok." Jawab Ammar
"kemarin gak ada taruhan tapi gue kalah basket jadi dapat itu." jelas Ranty singkat
"dapet apa." Tanya Ammar lagi
"udah ahhh gak usah tanya udah tau juga, napa sih tanya terus emang kenapa." Tanya Ranty kesel
"tanya aja." Ammar singkat
"kenapa sih." Ranty mendekatkan wajahnya kewajah Ammar
"Non mau apa." Ammar terlihat takut tapi Ranty terus mendekatkan wajahnya, mereka saling menatap karena Ammar tak mau menambah dosa karena menyentuh gadis yang bukan mukhrimnya dia menjauhkan diri dari Ranty dia menarik tubuhnya kebelakang sehingga dia terjatuh berbaring direrumputan
"hahaahahhahaaa." Ranty tertawa geli
"apa yang lucu." Ammar polos
"hmmm." Ranty menahan napas "gakk."
"apa sih Non." Ammar bangkit masih memasang wajah polosnya
"kenapa loe menjauh aneh, baru kali ini ada cowok polos kayak loe." Ranty tersenyum
"polos maksudnya." Ammar penasaran
"pikir aja sendiri, hmmm kenapa ya hidup ini harus selalu menghadapi masalah." Ranty menghela napas
"karena kita manusia Non kalau tumbuhan mungkin gak ada masalah." Jawab Ammar dengan tetap menatap Ranty dengan penuh tanya
"masak." Ranty menaikkan alisnya
"tanya aja sama diri Non sendiri." Jawab Ammar
"balas dendam." Ranty membulatkan matanya
"mana saya berani." Tatap Ammar
"hmm." Ranty memalingkan wajahnya, perlahan dia berdiri berjalan menuju sebuah pohon yang rindang. Dia duduk dan perlahan membaringkan tubuhnya direrumputan, Ammar perlahan mendekatinya duduk disebelahnya
"Non sering kesini." Tanya Ammar
"kadang-kadang aja kalau pengen sendiri." Jawab Ranty santai
"saya malah pengen selalu rame Non hidup saya sepi, kalau curhat cuma sama foto bapak ibu terus kalau lagi shalat, kok Non malah pengen sendiri." Ammar lagi-lagi polos
"yahhhh malah curcol, itu kan loe bukan gue." Ranty tanpa melihat Ammar
"ya juga sih." Ammar juga ikut membaringkan tubuhnya direrumputan itu "manusia yang satu dengan yang lain itu berbeda jadi itulah manusia saling membutuhkan hmmm tapi manusia kadang lupa dengan hal itu."
"namanya juga manusia maunya paling benar sendiri." Ranty tetap dengan posisinya
"saya juga egois mau menang sendiri, saya maunya selalu bersama dengan orang tua pengen selalu liat senyum mereka tapi semua beda kadang saya marah saya sedih saya kesal saya murung hmmm egois." Ammar masih saja bercerita tentang hidupnya
"sejak kapan loe hidup sendirian." Tanya Ranty
"udah lama hampir 6 tahun hmmm tapi ini memang yang terbaik." Ammar tersenyum
"maaf." Ranty menatap Ammar
"hmmm." Ammar tersenyum dan menatap Ranty, mereka saling menatap perlahan Ranty tersenyum. Mereka saling menatap dan tersenyum
"emm gue yakin loe bisa." Ranty tersenyum lalu bangkit dan duduk
"terimakasih."Ammar juga duduk "Non apa sih yang Non rasain kemarin itu." Tanya Ammar menatap Ranty yang tengah menatap kosong kedepan
"hahhh yang gue rasain emang mau tau." Ranty menatap Ammar dengan mengerutkan keningnya
"yahh gak maksa sih." Ammar datar
"ya udah." Ranty singkat
"tapi mau tau juga kalau gak mau dipaksa." Ammar masih datar
"maksud loe dipaksa gimana." Ranty penasaran
"sampe mau jawab." Tatap Ammar
"berani." Balas Ranty
"gak sih." Ammar tersenyum "kasih tau sih Non emmm apa aja dech jawabannya." Paksa Ammar

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang