27

394 9 0
                                    

"loe kenapa." Tanya Aura heran
"loe disini." Ranty berdiri lalu pergi tanpa menjelaskan pada kedua sahabatnya
"terimakasih ya kak emm Ochi permisi." Ochi berdiri disusul Ammar, Ochi memegang tangan Ammar tersenyum lalu pergi dan Ammar hanya tersenyum tanpa menjawab
Tiba-tiba ada yang memukul pundaknya dengan keras dari belakang
"auu." Ammar memegangi pundaknya dia meringis
"udah gue bilang kan jangan macem-macem sama tu cewek." Ranty geram memukul lagi lengan Ammar dengan keras
"aduhh sssttt." Ammar meringis lagi "kenapa sih Non sssttt." Tanya Ammar bingung
"kemarin loe gak denger apa gimana." Ranty dengan wajah kesalnya
"maksud Non apa." Ammar masih saja belum paham
"gue benci sama loe, jangan temuin gue." Ranty berjalan pergi
"Non jangan salah paham tadi Ochi tanya aja masak iya ada orang tanya gak dijawab, Non tunggu Nonnn." Panggil-panggil Ammar tapi Ranty tak perduli lagi dia hanya berjalan semakin jauh darinya
"makanya jadi laki-laki tu peka." Juan tiba-tiba datang merangkul pundak Ammar
"Ju maksusnya apa." Ammar mengerutkan keningnya
"makanya cepet punya cewek biar gak diributin cewek mulu." Juan tersenyum
"ahhh apa sih udah ayo pasti kiya sudah ditunggu." Ammar melepaskan tangan Juan dan berjalan
"kita kali yang nungguin loe, lama amat." Juan berjalan mengikuti Ammar
"udah lama." Tanya Ammar
"dari lebaran semut." Juan tanpa melihat Ammar
"ada githu lebaran semut." Tanya Ammar tersenyum tipis
"ada digudang gula." Juan tersenyum tipis juga
"oke." Ammar tersenyum lagi "kenapa sih tu cewek bikin pusing aja lupa ya kalau seorang Ammar tu sayang banget sama dia." Ammar dalam hati memikirkan Ranty menghela napas dan terus berjalan
Setelah selesai rapat semua sudah keluar tinggal Ammar Boy dan Juan serta ibu Intan
"emm Ammar." panggil bu Intan disebelah Ammar
Ammar menoleh kearah ibu Intan "iya bu." Ammar tersenyum
"sudah dikasih tau bapak." Tanya Bu Intan
"eee buat kerumah nanti malam Bu." Tanya Ammar balik
"iya." Bu Intan mengangguk
"sudah Bu tadi." Jawab Ammar seraya tersenyum dengan wajah herannya
"ya sudah berarti ibu gak usah ngomong lagi sama kamu, emmm selesein ya ibu mau pulang dulu." Bu Intan berdiri
"iya bu." Ammar tersenyum
"jangan lupa ya nanti malam." Bu Intan menepuk lembut pundak Ammar saat melewati Ammar
"iya bu." Ammar mengangguk seraya tersenyum
Setelah bu Intan pergi "loe udah sering disuruh kerumah." Tanya Boy pada Ammar
"hayooo loh ketauan." Juan meledek
"kalian ne apaan sih, baru sekali kok." Jawab Ammar datar
"jangan-jangan loe mau dinikahin sama anaknya ya gak Boy." Juan masih saja menggoda Ammar
"kayaknya sih bau-baunya githu." Boy tersenyum memainkan alisnya menatap Ammar
"udah gak usah berfikir terlalu keras, mending cepet selesein." Ammar tak perduli dengan godaan sahabatnya
Bakda magrib Ammar sudah siap berangkat kerumah pak Handoyo
"ne jacket kemana sih perasaan kemarin ada dilemari." Ammar mencari-cari jacketnya tapi tidak dia temukan dan akhirnya dia berangkat tanpa memakai jacekt. Saat diperjalanan Ammar mulai berfikir kenapa dia diundang kerumah pak Handoyo, tidak ada projeck yang baru dia selesaikan dikampus juga tidak ada kajuaraan yang dia dapat entahlah yang penting dia melajukan motornya menuju rumah pak Handoyo
Ranty duduk diruang tengah bersama papanya sedangkan mamanya sibuk mempersiapkan makan malam bersama mbak. Terdengar orang memberi salam
"sayang buka pintunya." Pak Handoyo menyuruh anaknya
"mbakkk." Ranty malah memanggil mbak
"hehh mbak lagi sibuk sana bukain." Pak Handoyo pada anaknya
"iyaaa." Ranty berdiri lalu pergi membuka pintu
"assalamualaikum." Suara itu dari luar
"iya sabar walaikumsalam." Ranty dari dalam setelah pintu terbuka "loe." Ranty kaget
"Non." Ammar tersenyum
"kalau loe mau minta maaf sory udah gak ngaruh." Ranty ketus
"emmm." Ammar tersenyum bodoh
"mending loe pulang sory gue udah terlanjur kesel sama loe." Ranty masih saja ketus
"tapi Non." Ammar bingung harus ngomong apa
"udah pulang." Ranty hendak menutup pintu
"sayang." Pak Handoyo menahan tangan Ranty yang hendak menutup pintu "Ammar sudah datang ayo masuk." Pak Handoyo tersenyum
"tapi Pa." Ranty mengerutkan keningnya
"papa yang undang Ammar bukan nemuin kamu, ayo Ammar." pak Handoyo tersenyum lagi
"iya pak." Ammar tersenyum perlahan masuk
"jangan senyum-senyum jelek." Ranty ketus lalu berjalan mendahului Ammar, Ammar tetap tersenyum. Pak Handoyo mempersilahkan Ammar duduk tapi Ranty hendak langsung berjalan keatas
"sayang mau kemana." Pak Handoyo menghentikan langkah Ranty
"mau ngapain males banget." Ranty ketus
"hehh gak sopan sini duduk sama papa." Panggil pak Handoyo
"males ahh Pa." Ranty masih berdiri ditangga
"sini." Papanya tersenyum dan akhirnya Ranty perlahan duduk disamping papanya
"Ammar sudah datang." Bu Intan datang dari dalam "kita makan yok." Ajak bu Intan awalnya Ranty menolak tapi akhirnya mau dan mereka makan malam bersama bak keluarga yang bahagia meski Ranty memasang wajah kesalnya.
Setelah makan malam selesai pak Handoyo dan bu Intan mengajak Ammar keruang tengah, Ammar diperlakukan seperti anak sendiri dirumah itu
"sayang mau kemana." Tanya Mamanya
"tadi papa yang larang sekarang mama apa sih." Ranty kesal
"ihhh gak sopan yaa sini." Rayu Mamanya dan Ranty dengan wajah kesal duduk disamping Mamanya
"kamu katanya sering ke rumah teman kamu kok gak pernah mampir kesini." Tanya Pak Handoyo pada Ammar
"buat apa mending gak usah bagus itu." Ranty menyaut dengan nada yang ketus
"sayang." Mamanya tersenyum mencium keningnya
"emm iya pak saya sering kerumah Boy tapi pulangnya sering malam takut ganggu aja kalau mau mampir." Jelas Ammar
"itu tau mending gak usah." Ranty ketus lagi
"seharusnya gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri." Pak Handoyo tersenyum
"terus aja Pa." Ranty makin kesal
"emm iya Pak." Ammar kembali tersenyum
"gini Mar bapak sama ibu minta kamu kesini bukan gak ada maksud tapi bapak ada sesuatu yang harus bapak bicarakan sama kamu." Pak Handoyo dengan nada serius membuat Ammar gemetar
"maaf Pak apa itu kalau saya punya salah maaf." Ammar gemetar
"emang banyak salah." Ranty masih ketus
"sayang husst dengerin papa dulu." Bu Intan menenangkan Ranty dan Ranty diam
"Mar bapak sama ibu mau kamu menikah sama putri bapak." Pak Handoyo berkata dengan nada yang tegas
"hahhh." Ranty kaget duduk menegakkan badannya
"apa Pak." Ammar juga kaget
"iya bener sayang Ammar, mama sama papa mau kalian menikah secepatnya." Bu Intan mencium Ranty yang duduk tegang
"iya Mar kamu mau kan." pak Handoyo pada Ammar
"Pa emang gak ada yang lain maksudnya kenapa dia." Tanya Ranty masih dengan nada tak percaya
"Ammar yang baik dan terbaik sayang." Pak Handoyo pada anaknya
"tapi Pa." Ranty mengerutkan keningnya
"Pak Bu bukannya saya menolak atau gimana tapi saya butuh waktu untuk menjawab maaf." Ammar masih gemetar
"iya Ammar semua butuh waktu kok jadi masih ada waktu buat kamu buat berfikir yang penting kamu mau kan." tanya Pak Handoyo lagi
"maaf Pak saya harus eee kasih saya waktu Pak Bu." Ammar dengan wajah merahnya
"ngapain mikir bukannya loe seneng." Ranty ketus lagi
"sayang husstt, iya Ammar kapan pun kamu siap kami siap dan anak mama yang cantik juga siap." Bu Intan mencium lembut anaknya
"hahhhh." Ranty tidak percaya dengan kata-kata mamanya
"iya Ammar kamu harus yakin kan diri kamu kalau ini yang terbaik, yah." Pak Handoyo datar tapi terdengar memaksa
"papa kayak anak papa gak laku aja sih maksa-maksa dia, pa Ranty tu cantik siapa sih yang gak mau sama Ranty." Ranty dengan nada kecewa
"tapi kalau ada yang tidak setuju lebih baik saya mundur pak sebelum saya pikirkan." Ammar menatap Ranty
"iya bener banget." Ranty membalas tatapan Ammar

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang