28

396 8 0
                                    

"gak ada yang gak setuju semua setuju." Pak Handoyo dengan tegas, Ranty terus mencari alasan bahwa dia tidak mau menolak perjodohan ini begitu juga dengan Ammar meski menolak tapi dengan gayanya yang sopan membuat pak Handoyo dan bu Intan semakin yakin saja. Ranty yang kesal keuar pergi ketaman kesukaannya. karena sudah malam Ammar berpamitan untuk pulang, pak Handoyo dan bu Intan kembali masuk sesaat mengantar Ammar pulang didepan pintu.
"sini ikut." Ranty tiba-tiba menarik Ammar
"mau kemana Non." Ammar kaget dengan mengikuti langkah Ranty
"ikut." Ranty ketus
Saat sampai dipinggir taman Ranty mendorong Ammar ketembok "loe jangan GR dulu ya berfikir kalau gue bakalan mau sama loe." Ranty mendekatkan wajahnya pada Ammar
"kalau tetap dipaksa gimana." Ammar gemetar menerima perlakuan Ranty padanya
"jadi loe ngarep." Ranty makin mendekatkan wajahnya pada Ammar dan Ammar hanya diam "selama loe masih suka ngobrol sama Ochi jangan harap, udah sana pulang." Ranty duduk disebuah bangku
"Ochi lagi." Ammar heran "ya udah saya pulang Assalamualaikum." Ammar kemotornya
"tunggu." Ranty menahan langkah Ammar lalu berlari masuk, dia mengambil jacket didalam kamarnya
"mau kemana." Tanya papanya
"mau ngembaliin aja gak pergi." Ranty mengerutkan keningnya
"kirain mau pergi ya Pa." Mamanya tersenyum
"hmmm." Ranty berjalan keluar
Ammar duduk dimotornya mengangkat satu kakinya keatas motor menghadap kejalan, Ranty datang dari belakang melihatnya dari belakang menuruni tiap anak tangga teras rumah, Ranty tersenyum melihatnya duduk seperti itu
"gue sayang sama loe." Ranty memeluk Ammar dari belakang
"aku juga sayang." Ammar tersenyum turun dari motornya dan memeluk Ranty
"aduh." Ranty sudah terjatuh ketanah saat turun dari tangga teras itu, Ammar kaget lalu segera turun dari motornya berlari kearah Ranty menolongnya
"bego bego bego kenapa pake' ngayal sihhh." Ranty mengerutu dalam hati sambil mengelu-elus lututnya ternyata Ranty hanya membayangkan saja waktu dia memeluk Ammar tadi
"Non gapapa kan." Ammar juga mengelus lutut Ranty
"apa sih jangan modus." Ranty menampik tangan Ammar lalu berdiri "ne jacket loe terimakasih, udah sana pulang." Ranty memberikan jacket itu pada Ammar
"tapi Non gapapa kan." Ammar khawatir melihat Ranty yang terlihat menahan sakit
"udah sana pulang." Ranty mendorong Ammar
"ya udah saya pulang." Ammar kemotornya memakai jacektnya lalu helmnya dan naik kemotornya, dia melihat Ranty sebelum pergi
"ati-ati kalau ada semut minggir." Ranty masih ketus
Ammar hanya mengangguk dan melajukan motornya "tadi perhatian apa marahin sih, emm perempuan ini membuat aku makin gila." Ammar dalam hati dan tersenyum
2 bulan ini Ammar memikirkan semuanya. Pak Handoyo sudah memberitahunya kalau dia akan segera mempersiapkan diri untuk bertunangan dengan Ranty 3 minggu lagi tanpa sepengetahuan sahabat Ammar anak-anak kampus hanya Aura dan Mayang yang tau, awalnya Ammar masih belum menjawab tapi semua sudah diputuskan pak Handoyo akhirnya Ammar mau dan bersedia.
Pagi ini Ammar sudah berangkat kekampus, dia memakirkan motornya dan langsung disambut Ochi. Ammar terlihat mengobrol dengan Ochi terkadang terlihat tersenyum saat Ammar mendengar jawaban Ochi.
Ranty baru sampai tanpa kedua sahabatnya karena keduanya sedang pergi keluar kota. Dia turun dan berjalan dengan pasti menuju kelasnya, tak sengaja dia melihat kearah perpus langkahnya terhenti ketika mendapati Ammar dan Ochi sedang ngobrol berdua meski banyak mahasiswa diantara mereka.
Ranty berjalan cepat kearah perpus "loe tu emang bener-bener ya." Ranty dengan nada keras menarik tangan Ammar
"loe apaan sih main tarik-tarik aja." Ochi berdiri dan menarik tangan Ranty dari tangan Ammar
"apa sih loe asal loe tau ya." Tiba-tiba Ammar menarik tangan Ranty
"emm Non ini gak seperti yang Non kira udah lah Ochi cuma tanya-tanya aja." Ammar menatap Ranty seakan-akan memberi tau jangan sampai Ranty bilang kalau dia akan bertunangan dengannya
"terus aja belain, hehh tikus asal loe tau ya dia ini laki-laki yang ada didepan loe dia presiden disini loe tau dia mau nikah sama gue loe denger dan 3 hari lagi kita mau tunangan." Ranty membulatkan matanya pada Ochi membuat semua yang mendengar terdiam dari aktivitasnya
"hahhh ngayal loe mana mau kak Ammar sama tikus kayak loe." Ochi tersenyum sinis
"gak punya telinga." Ranty geram
"Non udah please." Ammar menarik-narik tangan Ranty
"tu kan loe aja gak dibelain." Ochi tersenyum lagi
"loe mau gue diem sekarang loe bilang sama curut ini bilang sama dia kalau loe mau nikah sama gue." Ranty membulatkan matanya pada Ammar
"tapi Non." Ammar mengerutkan keningnya
"cepet." Ranty mencubit tangan Ammar
"auu." Ammar meringis "eee bener kok Chi saya mau nikah sama Ranty eee Non Ranty." Ammar gugup
"hahhaaa kak Ammar bercanda kan." Ochi masih tidak percaya
"loe masih gak percaya." Ranty makin geram dan dengan tiba-tiba Ranty mencium pipi Ammar membuat Ammar terdiam, ini kedua kalinya dia disentuh makhluk cantik yang selama ini dia kagumi.
Mata Ochi tiba-tiba berkaca-kaca melihatnya lalu dia berlari, sedangkan Ammar hanya diam terpaku semua mata tertuju padanya dan Ranty, Ranty yang mengetahui Ochi pergi melepaskan ciumannya
"hei tikus mau kemana hahhh udah melek kan sekarang makanya jangan macem-macem sama calon suami orang huhhh." Ranty tersenyum puas melihat musuhnya berlari karenanya, dan Ranty seperti orang yang tak bersalah saja padahal Ammar masih terdiam karena ulahnya
"selamat ya Mar kalian cocok." Salah satu mahasiswa dan diikuti semua yang ada disithu
"iya makasih ya." Ranty tersenyum manis lalu melihat Ammar yang masih terdiam dari tadi "loe kenapa hei." Ranty menyenggol lengan Ammar lalu tersenyum kembali dengan mahasiswa yang memberi selamat padanya
"hahhh iya." Ammar kaget dan gugup, setelah itu Ammar duduk dibangku dan menunduk menutup wajahnya dengan kedua tangannya
"masak iya dicium aja segitunya hei." Ranty duduk sangat dekat dengan Ammar
"emmm." Ammar menoleh kearah Ranty "bukan itu Non."
"terus apa." Ranty menaikkan alisnya
"kenapa Non bilang sama semua orang kalau saya mau nikah sama Non bukankah Non sendiri yang membuat aturan tapi kenapa Non yang langggar." Ammar masih menatap Ranty
"iya ya tapi ya udah." Ranty berdiri
"terus bukannya masih 3 bulan lagi kok tadi 3 hari sih." Ammar menarik tangan Ranty
"lebih cepat lebih baik biar kamu gak macem-macem lagi." Ranty mendekatkan wajahnya didepan wajah Ammar
"macem-macem maksudnya."Ammar kian bingung
"kayak tadi, udah ahh lepasin gue mau kekelas." Ranty menarik tangannya dan berjalan kearah kelasnya
"Non jelasin dulu." Panggil Ammar tapi Ranty tak peduli
Siangnya Ammar sudah selesai kuliah dia menuju tempat parkir, saat dia baru saja naik kemotor ponselnya berbunyi dia melihatnya tertanyapak Handoyo memanggilnya
"Assalamualaikum Pak." Ammar menerima telepon dari pak Handoyo
"walaikumsalam kok Pak." Jawab Handoyo
"eee iya maaf ada apa Pa." Ammar gugup
"ah githu dong, eeee udah selesai kuliahnya." Pak Handoyo tersenyum seraya bertanya
"sudah Pak eee Pa." Jawab Ammar gugup
"ini kamu langsung aja ya Papa tunggu dialamat yang sudah Papa kirim barusan ya." Pak Handoyo
"ee iya Pak Pa maksudnya." Ammar lagi-lagi belum terbiasa
"ya udah kami tunggu Assalamualaikum." Pak Handoyo menutup
"iya Pa walaikumsalam." Ammar membalas lalu membaca pesan dari Pak handoyo "ini kan tempat ahhh sudah lah lebih baik cepat kesana." Ammar memasukkan ponselnya ditas memakai helmnya lalu bergegas pergi.
Sesampainya ditempat yang dia tuju Ammar langsung masuk mencari Pak Handoyo yang sudah menunggunya
"coba yang ini mbak." Ranty tengah memilih-milih cincin rupanya
"ini mbak." Jawab pelayan toko itu
"Ma kalau yang ini gimana." Ranty bertanya pada Mamanya
"bagus tapi tunggu Ammar dulu ya nanti gak cocok sama dia." Mamanya tersenyum
"dia tu gak usah ditanya pasti jawabnya iya terus." Ranty mengerutkan keningnya
"tu Ammar dateng." Papanya tersenyum
"maaf Pak lama ee Pa maksudnya." Ammar salim dan tersenyum bodoh
"panggil Pa aja kayak anak TK." Ranty ketus
"sayang gak boleh ahh." Mamanya memegang tangan Ranty
"gapapa belum lama kok." Pak Handoyo tersenyum
"belum lama sampai jamuran belum lama." Ranty ketus lagi
"sudah Ammar ayo duduk nak kamu pilih yang mana yang kamu suka." Bu Intan tersenyum pada Ammar
"iyaa Bu ee Ma." Ammar gugup lalu duduk disebelah Ranty
"hehhh." Ranty menahan tawa
"kenapa." Tanya Mamanya aneh
"gakk eee coba ini." Ranty tiba-tiba menarik tangan Ammar lalu memakaikan cincin yang dari tadi dipegangnya
"bagus, gimana kamu suka." Tanya Mamanya tersenyum pada Ammar
"kalau eee." Ammar gugup
"kalau siapa coba." Ranty menatap Ammar dengan menahan tawa
"kalau kamu." Ammar terbata
"panggil Ranty aja Ammar." Mamanya tersenyum
"coba mau denger." Ranty masih menatap Ammar dengan senyum tipisnya
"iya kalau Ranty suka saya juga suka Ma." Ammar menjawab tapi tersenyum pada Bu Intan dan memalingkan wajahnya dari Ranty
"tu kan ikut aja apa kata Ranty." Ranty melepaskan cincin itu dari tangan Ammar
"kamu suka yang mana pilih aja." Mamanya pada Ammar
"iya pilih aja." Papanya juga ikut
"yang mana aja kamu pilih yang mana." Ammar tersenyum menatap Ranty
"emm udah berani." Ranty membalas tatapan Ammar, mereka saling menatap
"ehemm." Pak Handoyo menyadarkan keduanya
Dan akhirnya mereka sudah menemukan cincin yang cocok. Saat pulang Ammar ikut kerumah Ranty
"eee Pa bukannya kata Papa tunangannya masih 3 bulan lagi kok udah nyari cincin." Tanya Ammar sesaat mereka sampai dan duduk diruang tamu
"Ranty yang mau." Jawab Pak Handoyo
"hahhh iya Pa." Tanya Ammar lagi tidak percaya
"emang kenapa gak suka." Ranty datang lalu duduk
"iya kok mendadak aja." Ammar dengan wajah penasarannya
"daripada macem-macem lagi." Ranty ketus
"macem-macem gimana sih maksudnya." Tanya Ammar

Sentuh AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang