5. Saka?

34.1K 2.5K 9
                                    

Prilly POV

Prilly merasa kakinya akan copot saat ini juga. Karna terlalu capek berjalan kaki sedari tadi kesana kemari tanpa tau arah dan jalan apa yang sedari tadi di lewatinya sendiri di pinggir jalan yang sedikit sepi, gelap dan dinginya malam yang seakan bagaikan pisau yang menusuk kulitnya sampai dalam. Dingin.

Capek. Pikirku. Aku berhenti berjalan dan duduk di tepi jalan. Trotoar.

Aku melipat kedua tangan di atas paha dan segera menelungkupkan kepalaku di sana. Capek, pengen nangis,takut, ngantuk, mama, papa. Kakek nenek where are you? Hiks kak ali. Takut pengen bobok

" Kak ali mah tegaan orangnya masak tega sih. Gak nyariin aku " Aku berkata lirih. Sambil melihat jalan yang yang sudah terlihat sepi. Spertinya sudah muali tengah malam karna jalan sudah mulai lengah dari kendaraan.

Aku mendongak saat aku mendengar suara mobil yang berhenti di depan aku duduk. Aku mengerenyit dahi bingung siapa? Apakah dia orang jahat? Apa mungkin dia penculik? Pencopet, huaaa. Harus Waspada. Alarm tanda bahaya sudah mulai terdengar di kepalku.

Aku segera bangkit untuk berlari menghidar dari pengemudi mobil yang belum turun dari mobilnya itu. Aku mempercepat langkah kakiku lebar- lebar. Aku berjalan tergesa-gesa Tidak berani menengok kebelakan siapa dia?

Sebelum aku berjalan lebih jau lagi aku merasakan tanganku di tarik dari belakan. Kena kamu prilly batinku.

Aku gemeteran tidak berani menghadap belakan untuk melihat siapa yang sedang memegang lenganku dari belakang. Hening tidak ada yang memulai pembicaraan aku masih tetap dalam posisi membelakangi seseorang yang memegang lenganku. Dan dia juga masih tetap pada posisinya.

" Hei? Kamu siapa?" Ahirnya Terdengar juga suara dari belakang. Suara bass dari seseorang. Apa dia laki-laki? apa dia orang jahat? Semua pemikiran buruk kembali merasuki pikiranku tentang orang ini.

Dengan gerakan cepat dan pasti badanku di tarik menghadap belakan persis di depanya. Aku menunduk tidak berani menatap seseorang yang berdiri di depanku ini. Aku melihat dua pasang sepatu pantofel yang mengkilat. Apa dia orang baik?

Aku merasakan daguku di tari ke atas dan Oh my good aku melihatnya sekarang.

" Kamu tidak apa-apakan? Kamu kenapa berkeliaran di malam hari dengan seragam seperti ini? Hey kok bengong" Aku masih terpaku melihat ciptaan tuhan yang begitu tampan ini. Dengan rahang yang kokoh, mata yang tajam, bibir penuh yang merah rambut yang rapi, dan kulit yang terlihat tidak terlalu putih. Tampan batinku. Aku langsung tersadar dari pemikiran gilaku ini tentang orang yang ada di depanku ini. Down to earth prilly rutukku.

" Hey? Kenapa?" Katanya bengong memperhatikan mukaku.

" Hah? Oh aku gak papa kok" aku berkata pelan.

" Kenapa belum pulang ini sudah malam. Tidak baik anak kecil berada di luar rumah tengah malam begini" Apa? Anak kecil enak aja dia ngomong gitu!

" Anak kecil. Aku gak kecil ya pak, bang, kak, eh gak tau ah mau magil apa. Aku udah SMA tau. Bukan anak kecil lagi" Kataku sambil mengerucutka bibirku sebel. Kenapa sih semua orang selalu mengangapku sebagai anak kecil. Gak kak Ali, mama papa oma dan semuanya pada nyebelin dan orang ini juga, bilang gitu. Baru kenal juga. nyebelin udah nyebelin.

Aku melihat orang di depanku ini tersenyum dan terlihat menahan tawa, Hah kok ketawa emang ada yang lucu? Apa mungkin orang ini orang gila? Atau dia kabur dari rumah sakit gila? Tapi gak mungkin ah. Masak ganteng ganteng gila. GGG dong. Aku cekikikan dengan pemikiranku yang sedikit lancang ini.

" Kenapa kok ketawa?"

" Hah. Gak papa kok. Kamu lucu" katanya tersenyum tipis.

" Kenalin saka. Kamu?"

Me and Mr perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang