Senyum merekah tidak pernah pudar dari bibir tipis merah itu. Dari pertama kali ia menginjakkan kaki ke dalam rumah sepulang sekolah tadi. Bik inah. Mbak yang membantu pekerjaan rumah keluarga latuconsina itu bingung dengan gadis kesayangan banyak orang itu. Tidak seperti biasanya. Ya walaupun biasanya juga ceria tapi tidak terlihat sebahagia ini." Bik. Mama sama papa udah pulang dari kantor belum? " Prilly bertanya cepat. Menyembulkan kepalanya di ambang pintu bertanya ke arah Bik inah yang sedang memasak di dapur.
" Aduhhh. Non. Kalo mau nanyak atuh gak usah pakek ngagetin bibik udah tua atuh " Bik inah hanya mengeleng sambil mengelus dadanya pelan.
Sedangkan orang yang di nasehati hanya tertawa kecil dengan perbuatan yang ia lakukan.
" Heheheheh. Maaf deh bik. Aku baru tau kalo bibik udah tua. Abisnya bibik walaupun umurnya udah 60an tapi masih miriplah sebelas dua belas sama selena gomez. Hahah " Prilly tertawa kencang dengan apa yang di bilangnya sedangkan bik inah hanya mengelengakan kepalanya bingung dengan perkataan anak remaja jaman sekarang.
" Ngomong opo oto non. Bibik gak ngerti atuh. Anak muda jaman sekarang mah ngomongnya ngelantur gitu atuh. Bikin kita orang muda jaman dulu bingung " Bi inah terus saja mengomel berbicara sendiri sambil memorong wortel yang ada di estalase dapur.
Dasar anak muda jaman sekarang. Pada edan semua atuh.
******
Suara dentingan sendok menggema di atara keheningan orang orang yang sedang menyantap makan malam du atas meja makan itu.
" Ma. Sekolahnya prilly kan besok mau ngeadain. Camping tuh. Tapi semua siswa hatus ikut. Prilly boleh ya? Pliss Ma? " Prilly berbicara lugas di depan orang tuanya yang sedang duduk di depan meja makan. Dengan senyum merekah. Serta binar bahagia yang terlihat jelas di pancaran bola mata anak itu.
Talita dan Andra memandang anak semata wayangnya dengan mata yang menyipit sebelah.
Aku tidak salah dengar kan?. Batin Andra bertanya.
Sejak kapan putri manjaku ini ingin mengikuti ekskul sekolah seperti itu. Yang aku tau prilly itu tidak terlalu suka yang harus berbaur terlalu dalam dengan alam.
Jadi apa yang membuat si manja ini jadi ingin ikut hal yang seperti itu?
" Kenapa Mama sama Papa. mandanya kayak gitu sih? " Prilly mengerucut melihat pandangan meremehkan dari kedua orang tuanya yang terpancar jelan di kedua bola mata itu.
" Ya. Papa gak percaya aja. Gadis manja kayak kamu gini. Mau ikut yang begituan. Ya. Agak mengejutkan sih. "
Ah. Bete ah. Prilly menghentak hentakkan kakinya di lantai. Merasa di remehkan begitu.
Emang aku manja?. Perasaan engak deh!. Kan kalo yang namanya manja itu makan mesti di suapin. Kan aku engak!. Berarti aku gak termasuk manja dong. Dumel prilly.
" Hey. Kenapa sih. Kamu itu gak boleh gitu. Ini masih di meja makan ya. Jangan kaya anak kecil gitu. Manja dasar. Anak siapa sih " Ucap talita sedikit geram dengan tingkah manja anaknya ini. Memandang ke arah suaminya. Ya karna menurutnya suaminyalah yang paling sering memanjakan prilly. Jadi gitu deh. Manja gak pernah mikir dewasa.
" Anak kamu juga sayang " Kata andra melirik ke arah istrinya.
" Ih. Kenapa sih. Kok jadi kalian yang ribut. Bete ah. Pokoknya aku mau ikut camping titik " Prilly menyilangkan kedua tanganya di depan dada. Kerasa kepala.
" Sekali tidak tetap tidak. Kamu sensitif sama dingin. Nanti kamu sakit. Mama gak mau ya. Kamu sakit gitu " Dan tentu saja talita lebih keras kepala. Sama seperti purinya. Karna sifat keras kepala prilly menurun dari dirinya. Jadi ya. Talita lebih kerasa kepala dari prilly.
Prilly mengerucut sebal. Mendengus ke arah mamanya. Yang kembali menyantap makan malamnya yang belum habis di atas piring.
Dasar mama. Keras kepala banget sih. Rutuknya.
Prilly mengalihkan pandanganya ke arah papanya. Andra. Yang lebih memilih menghabiskan makananya dari pada mendengar dua orang yang sama sama di sayangnya dan sama keras kepalanya berdebat di depan menja makan.
" Papa? " Prilly merengek memandang ke arah ayanhnya dengan pupy eyesnya. Supaya ayahnya membujuk si kerasa kepala di depanya ini. Agar mengijinkannya pergi camping.
Sedangkan andra yang di pandang dengan sebegitunya. Mengelengkan kepalanya telak tidak bisa di ganggu gugat juga.
" Kata mama kamu itu benar princess. Nanti kalo kamu sakit gimana?. Kalo di sana dingin siapa yang mau meluk kamu? Kan repot. Jadi kamu di rumah aja ok " Mendengar ucapan suaminya. Talita tersenyum dengan manisnya ke arah suaminya dan di balan tidak kalah manisnya dengan andra. Udah tua aja romantis ye.
Dasar suami takut istri!?! Dengus prilly. Bilangnya jangan nanti kamu sakit. Taunya malah nurut sama istri. Dasar ISTI.
Prilly cemberut. Suami istri sama aja.
" Ayolah Ma pa. Sekali ini aja. Janji deh gak bakal sakit " Prilly belumenyerah untuk mendapatkan ijin dari kedua ornag tuanya.
" Sekali tidak tetap tidak. Titik. " Ucap andra tegas. Tidak bisa di tolak.
Mendengar ucapan telak dari ayanhnya. Prilly membanting kuat sendoknya ke atas piring makananya. Membuat kedua orang tuanya terkejut.
Prilly bangun dari duduknya. Menghentakkan kakinya keras dia atas lantai berjalan menaiki tangga. Menuju kamarnya masih dengan kaki yang di hentakkanya di atas lantai.
BRAKKKKKKK!?.
Dan untuk kedua kalinya talita dan andra berjengit kaket dengan suara gebrakan pintu yang sangat keras berasa dari atas. Dari mana lagi jika bukan dari kamar prilly. Anak itu!.
" Tuh anak kamu ma! "
*******
Aku mengendarai mobil dengan sedikit mengebut. Memecahkan jalan jakarta yang sedikit terlihat lengah siang ini. Sukurlah.
Ya. Hari ini aku baru pulang dari bandung. Aku di sana selama tiga hari. Itu saja karna kepeningan kantor. Karna ada pertemuan dengan relasi bisnis dari sana.
Baru saja aku menginjakkan kedua kakiku depan kantor. Tapi seseorang menelponku dan membuat dadaku langsung bergemuruh mendenga apa yang di katakan sang penelpon itu. Kenapa bisa begitu?. Dan karna penelpon itulah yang membuat aku langsung memutar tubuh dan kembali masuk ke dalam mobil. Menjalankan mobil dengan cepat.
Ya. Yang menghubungiku tadi itu adalah Om Adra.
Kenapa lagi dengan prilly?. Batin ali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mr perfect
RandomI Love You! kak - Prilly I Love You More! - Aly Syarief