Part 12. Flashback

25.1K 1.7K 9
                                    

Pantaskah aku marah pada takdir?
Berteriak latang melawan nasib?
Sedangkanku hanyalah manusia biasa?

Aku terdiam mendengarkan lagu yang di populerkan oleh Dewi sandra itu. Lagu yang sangat menyentuh dan mungkin aku berada sama dalam posisi seseorang dalam lagu itu. Mencintai orang yang salah. Mencintai seseorang yang sudah mempunyai pasangan.

Aku tau aku salah. Karna aku baru menyadari apa arti dari getaran yang yang sering timbul di dalam lubuk hati ini. Getaran yang terasa aneh. Getaran yang untuk pertama kalinya aku rasakan. Entahlah semua terasa ambigun. Aku mencintai Kakak angkatku. Mungkin bisa di bilang begitu. Karna Papa dan Mamaku berteman akrab dengan kedua orang tuanya. Ya dia adalah Aly syarief. Pria tampan yang sering aku sebut dengan pangilan Kakak itu.

Pria yang selalu ada di saat aku membutuhkanya. Pria yang selalu melindungiku melebihi dia menjaga dirinya sendiri.

Aku masih ingat bagaiman Ali kecil dulu menjagaku. Kita memang terpaut umur yang sangat jauh. Tapi itu semua tidak jadi masalah baginya.

Dulu Prilly kecil adalah gadis yang pemalu, manja dan juga cengeng. Mungkin dua sifat itu masih melekat sampe sekarang. Sampe aku sebesar seperti sekaran. Manja dan juga cengeng. Sifat yang sudah mendarah daging bagiku.

Aku masih ingat saat pertama kali aku bertemu dengan Ali. Kak Ali.

Pertemuan kedua sahabat itu. Orang tuaku dan juga orang tua Kak Ali. Mengawali kisah kami.
Dulu Ali lebih terlihat ke pendiam. Dengan raut wajah yang selalu di tekuk. Ekspresi itulah yang membuat aku engan untuk berdekatan denganya. Walaupun papa dan mama selalu memaksaku untuk berkenalan dengannya. tapi aku lebih baik diam dari pada berkenalan denganya yang terlihat lebih engan untuk mengeluarka sepatah katapun.

Waktu itu. Mama dan papa. Mampir di rumah besar keluarga syarief. Mungkin itu tidak pantas di sebut dengan rumah. Tapi lebih pantas di sebut dengan istana.

Mereka sangat terlihat akbar. Mereka bercanda dan membicarakan segala hal yang aku tidak tau pasti apa topik pembicaraan merekan.

Aku bosan. Ya. Tentu saja. Sedari tadi aku hanya mengoyang goyangkan ke sana kemari barbie yang sedangku peganga. Tanpa tau harus berbuat apalagi. Sedangkan kedua orang tuaku masih saja asik berbicara. Dengan kedua ornag tua Ali.

Aku memandang seseorang yang masih saja dengan asiknya bermain di sudut sama di depan tv. Yang ada di ruang keluarga rumah ini. Dia masih saja bermain dengan asiknya tanpa merasa terganggu dengan suara heboh dari mamaku dan juga mamanya. Pastinya.

Aku terus saja memandangnya. Sampai dia juga melihat ke arahku. Aku bingung melihat wajahnya yang selalu tertekuk itu dan juga pandangan matanya yang terlihat dingin dan tidak suka. Sudah dua kali kita bertemu tapi pandangan matanya tidak pernah berubah jika melihatku.

Aku sebal. Kenapa sih dia? Kalok gak suka yang bilang aja gak suka. Gak perlukan ngeliatnya kayak gitu juga. Kan serem. Padahal Niat aku baikkan aku ngeliatin dia karna sedari tadi aku ingin bermain bersamanya. aku bosen sendiri.

Aku menghentak hentakkan kakiku marah. Aku kembali memandang kedua orang tuaku yang masih saja asik bercerita.

Aku melihat ke arah luar lewat pintu belakan yang terlihat terbuka. Aku kembali melihat ke arah anak itu. Ali yang sedang melihat ke arahku dengan kening yang menkerut. Tapi aku segeram membuang muka. Ngambek.

Aku melihat ke arah Ali dengan ekor mataku. Tapi apa yang aku lihat dia hanya tersenyum tipis. Mengelengkan kepalanya sambil terus bermain robot ronotanya di atas lantai. Dasar ternyata dia bisa senyum juga. Cibirku. Lalu aku berjalan ke arah luar menuju taman. Aku akan bermain barbie di sana pasti menyenangkan.

Me and Mr perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang