Part 16

23.6K 1.6K 21
                                    


Aku berjalan dengan santainya memasuki gedung bertingkat nan mewah ini untuk yang kedua kalinya.

Ya waktu itu aku pernah datang kesini. Tapi karna itu adalah hari tersial menurutku aku dengan gampangnya di usir dari sini. Dengan tidak sopanya.

Mereka hanya menganggapku anak kecil. anak SMA yang sok sokan masuk kantor.

Ya walaupun aku sadar sih. Tinggiku tidak seperti kebanyaakan orang. Tinggiku memang bisa di bilang agak sedikit kurang. Emmm. Engak deng emang kurang baget padahal. Hem aku meringis jika mengingat tinggiku yang tidak pernah bertambah seiring bertambahnya umurku huh.

Aku melangkahkan kakiku ke arah meja resepsionis yang dulu pernah membentakku hingga aku menangis. Sadis memanga si resepsionis menyebalkan ini.

" Mba. Pak Alinya. Ada di kantor gak " Aku bertanya ke arah resepsionis yang terlihat sedikit kualahan mengatur kertas di depanya.

" Tunggu sebentar Bu " Ucapnya. Masih memandang ke arah kertas di atas mejanya.

Tidak berselang lama. Sang resepsionis itu mengangkat kepalanya memandang ke arahku dengan mata sedikit membelelak. Terkejut. Baru sadar dia. Jika aku yang sedari tadi di buatnya menunggu. Orang yang sudah di bentaknya dulu.

" Ah. Astaga maaf nona saya kira siapa tadi. Maaf. Ya silah kan masuk saja. Mr. Ali ada di ruanganya. " Resepsionis itu memberi tau di mana keberadaan bosnya dengan sedikit gugup. Sambil menjulurka tanganya ke arah lift husus untuk petinggi perusahaan ini.

" Baiklah terima kasih Mbak " aku tersenyum ke arahnya. Lalu melangkah ke arah lift yang akan membawaku ke atas dimana ruangannya Kak Ali berada.

********

Aku melangkah ke luar dari lift. Berjalan menuju meja sekertarisnya Kak Ali yang tepat berada di samping pintu ruangan Kak Ali.

" Permisi Pak Alinya ada " Aku bertanya pada sekertarisnya kak Ali. Yang berada di luar ruangan Ali.

" Sudah membuat janji lebih dulu? "

" Tidak " Kataku. Emang harus ya? Buat jaji dulu!?

" Oh. Maaf Mr. Ali tidak bisa di ganggu untuk saat ini. Maaf anda bisa ke sini lain waktu saja. Em. Dek? " What. Dek? Huh. Menyebalkan sekali.

Aku terus saja mendesak seketarisnya Kak ali agar dia mengizinkan aku untuk masuk bertemu dengan Ali.

Sampe sampe. Sekertaris itu sudah terlihat jengan dan lelah mungkin menghadapi tingkahku.

" Anu-Aduh. Tadi Pak Ali bilang dia tidak bisa di ganggu dengan siapapun. Kecuali satu orang. Aduh-anu saya minta maaf mbak. Tapi Mr. Alinya tidak bisa di ganggu. " Kata sekertaris itu. Dengan nada sedikit gusar memberitauku.

Oh. Begitu.

" Coba bialang aja dulu sama Pak Alinya. Saya Prilly mencarinya. Gimana? " Aku agak meminta persetujuan dulu supaya dia menghubungi bosnya dulu.

" Ah. Siapa? " Ucapnya dengan nada sedikit terkejut.

" Prilly " Jawabku pelan.

" Ahhhh. Anda Prilly? " Ucapnya sekali lagi sambil menepuk keningnya. Ada apa ini?

" Silahkan masuk saja Mr. Alinya sedang ada di dalam " Ucapnya lagi dengan tiba tiba. Tadi gak boleh lah sekarang kenapa boleh. Gak konsisten banget sih.

Berubah pikirankah dia. Secepat itu?.

Sambil memikirkan perubahan yang begitu cepat pada diri wanita tadi. aku melangkah dengan pasti berjalan mendekati pintu ruang kerja kak Ali yang besar.

Me and Mr perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang