Part 31

22.6K 1.7K 73
                                    

   
            Kadang seseorang itu akan terasa berharga jika seseorang itu sudah tiada.

      Dan aku berharap itu juga berlaku bagiku.

                         - prilly.

****

Darah segar itu terus saja mengalir deras membasahi lantai yang tadinya berwarna crem kini sudah penuh dengan warna merah darah yang mengalir membasahi lantai marmer itu. Darah itu terus saja menetes dan mengalir dari pergelangan tangan prilly yang tergores menganga terkapar di atas lantai.

Hening. Tidak ada satu orangpun yang tau bahwa gadis itu sedang merengang nyawa sendirian di dalam ruangan remang yang gelap. Yang hanya di sinari dari lampu tidur remang remang yang ada di atas naskah dekat tempat tidur.

Wajah yang tadinya masih terlihat ayu dan putih bersih kini sudah berubah menjadi pucat pasi karna kehilangan banyak darah.

Sedangkan handphone yang prilly letakkan di atas naskah dekat tempat tidurnya terus saja berbunyi tanpa hentinya. Tanpa ada orang yang mau mengangkatnya.

Sedangkan di lain tempat. Ali baru saja keluar dari kamar mandi. Ia baru selesai membersihkan diri. Membersihkan bada dan juga menjernihkan pikiranya yang mulai melantur kemana mana. Ali keluar dari kamar mandi sambil menggosok gosokkan handuk ke bagian kepalanya. Dia baru saja selesai mandi saat dia mendengar handpone yang di letakkannya tergeletak di tengah kasur yang berbunyi dengan nyaringnya.

Siapa malam malam begini? Batin Ali.

Ali berjalan pelan. Duduk di atas kasur melihat ID Caller di hpnya. Ali menghelai nafas saat melihat siapa yang menghubunginya malam malam begini. 'Mau apa lagi sih ni anak? '

" Ya Hallo! "

" Aaaaaaa. Halo sayang kangen!! " Suara teriakan yang terdengar sangat manja dari sebrang langsung menjawab sapaan dari ali tadi. Ali hanya menghelai nafas jengah dengan tingkah gina ahir ahir ini. Ali merasa ada yang berbeda dari kekasihnya. Kekasih yang sudah dia pacari hampir satu tahun ini.

Semenjak kepulangan mereka ke indonesia. Gina dengan cepatnya berubah drasti. Gina dulu yang dewasa. Kini berubah menjadi tiba tiba manja dan kekanak kanakan. Gina yang jadi super lebai bila bicara dengan banyak orang. Childlish juga. Mana gina yang dewasa seperti dulu? Aku jadi muak bersamanya ahir ahir ini. Huh. Desis Ali jengah.

*****

Andra yang sedari tadi duduk di single sofa yang ada di dalam kamar hotel yang mereka tempati sudah mulai jengah dengan tingkah istrinya yang sedari tadi berjalan memutar di depanya. Dan itu membuat andra yang sedang duduk membaca majalah bisnis menjadi terganggu.

" Mama. Udahlah mungkin prilly udah tidur. ini udah malem. Besok pagi aja bicaranya " Kata andra yang sudah jengah melihat istrinya yang sedari tadi mencoba menghubungi prilly tapi belum di angkat juga oleh anak itu.

Kemana juga sih tuh anak!. Masak tidur udah kayak orang mati aja. Dumel andra dalam hati. Meletakkan majalah bisnis yang  di bacanya tadi di samping meja dekat ia duduk.

Talita yang di tegur langsung memandang andra dengan pandangan tajamnya. " Papa apaan sih. Inikan baru jam sepuluh. Mana mungkin prilly tidur. di jam segitu dia pasti lagi baca buku papa! " Balas Talita memandang sengit ke arah suaminya.

Sedangkan andra hanya menghelai nafas. Ibu dan anak sama sama keras kepala. Desis andra. Dan talita kebali mencoba menghubungi prilly yang sedari tadi belum di angkat juga oleh anak itu.

Andra medengus. Berjalan menuju tempat tidur menelungkupkan kepalanya di atas bantal. " Kenapa tidak mama telpon ali aja. Siapa tau prilly lagi sama ali kan? " Kata andra pelan sambil membalikkan badanya untuk tiduran menghadap istrinya.

Me and Mr perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang