Struggle Feeling

5.1K 526 8
                                    

Special Chapter; Haneul POV

Sejenak aku mulai menunduk. Kemudian mendongakkan kepala ku lagi. Sebanyak-banyak nya ku hirup partikel oksigen, sembari menatap sekeliling area langit yang sudah merubah warna biru laut nya menjadi oranye cerah.

Pertanda pusat utama bumi ingin terlelap, dan terganti dengan sinar bulan.

Sedari tadi ku tolehkan kepala ku ke kanan dan ke kiri, tetapi Park Chanyeol tak kunjung kembali dari ruang musik. Terhitung 30 menit lama nya pria itu berpamit untuk mengambil gitar.

"Apa kau menunggu lama?" Beruntung, Tuhan seperti mendengar ucapan ku dan memberikan Park Chanyeol sebagai hadiah nya.

Memang sedari tadi aku menunggu nya.

Kini, tatapan ku mulai memandangi gitar akustik nya. Gitar sakral yang selalu ia gunakan selama penampilan dikampus tiap 3 bulan sekali.

Salah satu penampilan favoritku saat dia sudah mendawaikan gitar nya. Sentuhan jari-jari yang berpindah begitu seirama dengan nada yang dibuat nya. Berbagai pujian yang ingin ku lontarkan sudah berkecamuk jelas di dalam benak.

Sayangnya, mulut terlalu sulit berucap. Disaat tatapan nya berbalik memandangku, disaat itu pula diriku membeku.

"Haneul?" Dia kembali memanggil, dengan suara bass khas yang ia miliki. "Kenapa melamun? Ayo, aku akan mengantarmu."

Kepala ini refleks mengangguk. Terlalu gugup untuk membalas ucapan nya yang terdengar dingin. Sebisa mungkin aku menormalkan detakan yang tak pernah normal selama di dekat nya. Menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskan nya perlahan.

Jari-jariku mulai bermain di ujung kemeja. Kami beriringan menuju tempat motor Chanyeol dalam kebisuan, dan hanya semilir angin yang menerpa wajah.

Setiap tidak sengaja menggerakkan kepala, tatapan kami akan selalu bertemu, dan pasti diriku akan memutuskan tatapan itu.

"Kau suka bernyanyi kan?"

Entah bagaimana aku menjawab nya. Pada akhirnya, diriku mulai mencuri pandang dengan nya, dan mengangguk biasa. "Ya, aku suka bernyanyi."

Yang ku dapati selanjutnya adalah senyuman malaikat. Tatapan nya terus terjurus pada ku, dan aku tidak ingin salah tingkah dengan tatapan mautnya.

Dia memang sering mendengar suara ku -karena kami berada dalam satu kegiatan yang sama. Kami juga berada dalam jabatan yang dekat dalam bidang musik. Dia sebagai ketua klub musik, dan aku sebagai wakil nya. Tak jarang kami sering bertemu, namun hanya aku sepertinya yang memiliki kekaguman dalam dirinya.

Aku sendiri pun tidak tahu apa yang berada di dalam benak si pria ber-IQ yang menurutku melebihi Albert Einstein penemu rumus matematika, hingga dengan pantas nya berjalan beriringan dengan ku.

"Suara mu sangat merdu. Pantas saja Baekhyun hyung selalu memuji mu." Kembali, suara nya mulai memenuhi gendang telinga. Namun topik selanjutnya mampu membuat ku mengerut kan kening, merasa tak awam pada nama yang disebutnya tadi.

"Baekhyun?"

"Yap, aku yakin kau mengenal nya. Dia sepupu ku yang saat itu bekerja bersama mu. Tapi kali ini dia sudah tidak bekerja lagi di kafe, jadi sekarang aku yang akan menggantikan nya. Kafe Hologram?"

Dia benar-benar pria yang sempurna. Mungkin para gadis di kampus kami memiliki mata yang sudah mulai rusak. Mereka lebih memilih pangeran kampus bernama Kris yang ku dengar kalau dia dari Canada, sementara Chanyeol yang menurutku memiliki sifat sempurna daripada seorang Kris.

Aku mulai menggambar senyuman cerah, menandakan jika apa yang ia-Chanyeol katakan benar.

Kami terus berjalan, dan disadarkan oleh sebuah motor besar yang terparkir mulus di tempat. Aku sangat yakin, Chanyeol adalah anak seorang kolega kaya yang merajalela didunia perusahaan ternama tahun ini. Pikiranku mulai bercabang mengenai kehidupan yang di anut oleh Chanyeol sendiri. Tidak menutup kemungkinan Chanyeol adalah anak kebanggaan dalam keluarga Park.

"Haneul? Kau terus melamun. Ayo, nanti kita bisa terlambat."

"E-eum.. Chanyeol, sepertinya aku naik bus saja. Aku, aku tidak pantas menaiki kendaraan seperti ini. Aku permisi."

Begitu besar langkah yang ku ambil, bermaksud menghindar sepersekon dari nya. Hanya saja, niatan ku harus ku buang jauh. Meskipun aku sudah menghindar beberapa langkah dari nya, kaki jenjang pria itu mampu menyusul ku yang berada jauh. Berapa kilo pun aku menjauhi nya, dia dengan mudah menggapai lengan ku.

Tidak hanya itu, Chanyeol, dengan sejuta keberanian yang bahkan Sehun tidak pernah melakukan ini padaku, membalik tubuh ku-menghadap nya. Diisi tatapan penuh harap yang mampu ku baca dipupil kecil nya.

"Ku mohon, sekali ini saja dengarkan perkataan ku."

Dan sekali lagi, binaran cahaya timbul bagai matahari. Cerah, dan menghangatkan. Di mata nya. Seolah ada pelangi indah yang memikatku untuk terus memandang nya serius.

"Yap! Ku anggap jawaban nya iya!" Suara nya bagaikan senandung di sore hari.

Disisi lain, pria ini memiliki keceriaan yang sangat aku sukai. Netra berbentuk bulan sabit ketika ia tersenyum seolah mutiara terpendam yang selama ini yang terus ia tutup.

Dan sekali lagi, hati ini memekik kencang menyebut nama Chanyeol tatkala tautan jari-jari nya mulai bercocok dengan jari-jari ku. Kali ini terasa hangat, bukanlah dingin yang tadi terus tergantung ditelapak.

Namun diri ini berusaha, tetap menutup benteng cinta yang diam-diam mulai tumbuh dan bersembunyi hanya untuk Chanyeol seorang. Tahu diri saja, Sehun sudah resmi dalam agama menjadi suami ku. Mengucap janji suci untuk hidup sehidup semati, dan tidak mungkin aku mengingkari nya begitu saja.

****

"Terimakasih tumpangan nya,"

"Terimakasih juga karena mau berduet dengan ku tadi." Di balik kaca helm itu mengukir senyum.

"Aku harus masuk ke dalam," Tidak ingin terlalu jatuh dalam lingkaran pesona nya, aku mulai beranggapan yang berada di luar kepala ku sambil terus memperhatikan gedung apartemen yang menjulang tinggi bagai pencakar langit. "Sampai jumpa."

Tetapi Chanyeol seolah tidak mau menyerah, aku sendiri pun terlalu kalut dalam pemikiran yang terus berlari marathon di kepala ku. Semua pria selalu berbuat manis, dan aku tidak menaruh harapan spesial dari nya.

"Besok ku jemput? Aku akan menunggu mu. Sampai jumpa,"

Tak lama, pria itu sudah mulai menjauh dari hadapan ku. Menarik gas nya dalam-dalam hingga dirinya menghilang ditelan belokan jalan. Tarikan gas yang tinggi masih terus bergemang di pendengaran ku.

Semua nya, petikan gitar tadi, suara nya yang menurutku tidak terlalu bagus tapi begitu nikmat untuk didengar, tanpa sadar memiliki pengaruh kuat yang siap membangunkan sudut bibirku. Menggelitik sel-sel darah yang berdesir tiap menit setiap berdekatan dengannya.

Jalanan yang ku laju terasa ringan. Tanpa beban yang akan diukir selanjutnya-saat sampai di apartemen nanti. Mungkin hal baru yang akan pria itu lakukan-Sehun mampu membuatku amnesia ditempat.

"Aku pu- Yaaa!?"

Sialan! Apa ini cobaan terbesar lagi?

Sehun dan Joohyeon sedang bercumbu di konter dapur? Ya Tuhan! Kirimkan mereka ke tempat tidur sekarang jugaaaaa! Aku sudah tidak tahaaannn!

TBC

Wohoooo~~~~~ special chapter kali ini adalah Haneul:3 /JENGJENGJENGJENG/

MAKIN GAK JELAS KAN YAK.

Maafkan author mu ini ya:') kadang bisa gak jelas gini:" akhirnya author terbebas dari try out yang superduper susah yang kata nya ljk gak boleh kotor-___-

Cerita dikit ya?:')

Entah ini aku yang bego ato penghapusnya, disaat aku salah dan mau ngapus jawaban nya, ljk nya malah kotor:' sebenernya biasa aja, tapi kalo ngebayangin itu kertas gak bisa discan rada panik juga.

Tapi berkat usaha dan kerja keras /apaan sih/ akhirnya aku mencoba untuk mengikhlaskan ljk itu:3 aku juga gak terlalu kepikiran banget sih karena aku orang nya terlalu santai. Tapi kalian jangan tiru sifat aku ya, terlalu santai jadi males belajar-____- kalo di marahin guru ya biasa aja:" ada pr belum ngerjain tinggal alesan doang:" udah kelewat santai banget gak tuh? Wkwkwk

Yaudahlah, jangan ditiru yaaaa:3


Salam kechuupp~~!
-by RamenHair

Kind Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang