Extra Chapter; 1 [Haneul's POV]

2.7K 316 25
                                    

1100++ words

Udara sejuk dinegara kincir angin menyapa. Berbekalkan segelas coklat hangat, ku hirup kuat kepulan asap yang menghangatkan rongga respirasiku. Melihat pemandangan kota Rotterdam dari lantai 20 patut diacungi jempol. Belum lagi ketika sinar malam menyiram tiap bangunan kota, maka disitulah surga dunia ditemukan.

Kembali ku tenggak coklat hangat yang baru saja ku beli dari supermarket terdekat di Rotterdam kemarin malam. Aku tersenyum, membiarkan isi kepalaku menjejaki kegiatan berlibur yang ku lakukan beberapa tahun ke belakang.

Yah, selain mengunjungi si Park Doby yang melanjutkan pendidikannya di negeri Eropa yang begitu luas, hitung-hitung mampu memperkaya wawasan ku akan kota yang terkenal dengan kota Amsterdam nya ini.

Tak diragukan lagi, mengelilingi negara Belanda, khususnya Rotterdam cukup membuat ku terkesima. Mungkin, pemandangan bangunan tinggi menjulang, bisa disaksikan diKorea. Namun lain lagi jika kalian telah menginjakkan kaki di Belanda.

Sekali lagi, aku tersenyum dibuatnya oleh keindahan negara Belanda. Dan juga makanan mereka yang begitu––

"Ah, kau disini nona manis?"

Aku menyikut perut telanjang Chanyeol. Tidak bisakah ia mengenakan kaus nya barang sebentar!?

Kota Rotterdam sedang mengalami musim dingin, atau mungkin seluruh bumi bagian Eropa mengalami musim dingin. Berbeda sekali dengan pria bertelinga besar yang tengah meringis menahan perutnya yang buncit itu. Well, tidak besar juga sih, aku bahkan mampu melihat 6 cetakan mulus berkat alat fitness yang ia pergunakan.

Tubuh ku berbalik, hendak mencubit perutnya sebelum sebuah kecupan ringan mendarat tepat disudut bibirku. Ugh, tak tahukah ia wajah ku selalu memerah tiap ia melakukan hal yang mendadak seperti itu lagi!?

"Selamat pagi, Nona Park ku yang cantik,"

"Aku bukan Nona Park!"

Chanyeol mendengus geli, menghadiahkan cubitan kecil dipenghujung hidung ku yang runcing. Tak lama ia melingkarkan tangan kokohnya itu disekitar pinggang ku yang berbalut sweater rajut tebal. "Kau lupa bulan februari nanti akan terjadi apa?" pria itu terkikik tatkala mengamati wajahku yang masam. "Ahn Haneul menjadi ibu dari anak-anakku kan? Ahn Haneul akan menjadi istri ku yang membawakan ku teh hangat dan memasangkan ku dasi. Ahn Haneul menjadi––"

"Sudah berhenti!" satu pukulan kecil ku layangkan didada bidangnya. Ia terlalu harum meski tubuhnya belum menyentuh sabun. "Aku malu, tahu!" ku tangkupkan sebelah tangan ku ke arah pipi, menahan rasa malu atas godaannya tadi.

Namun ia tak berhenti untuk menggoda ku. Park Chanyeol si Tuan terhormat yang senangnya membuka kaus setiap berada diapartemen, mulai menabrak kilas bibirku dengan lumatan lembut. Mengantarkan ku pada kesenangan duniawi yang selalu ku dapatkan setiap pagi. Pria ini.. pria yang memiliki jutaan kejutan melimpah, membawa punggung ku mencium dinding.

Coklat panas yang ku genggam sedikitnya menyentuh kulit tubuh pria itu. Rasakan, dalam hati menyumpah serapahkan Chanyeol yang selalu keliru tiap ia melakukan aktivitas apapun itu. Pria itu memutuskan kecupannya yang terlalu menggebu, menarik mug berkeramik putih sekaligus menyingkirkannya diatas meja balkon.

"Kekasih ku Park Chanyeol, tolong kendalikan hormon mu itu, ya." Aku memperingatinya, menarik tengkuk pria itu menggunakan kedua tangan ku yang bebas sebelum menjemput dahinya ke arah dahi ku. "Kau ingat apa kata ibu sebelum kita pindah ke Belanda kan?"

"Ya, sayang. Ya, Tuhan. Aku selalu melupakan poin penting itu."

Aku mendengus, menghadiahi satu kecupan dibibir Chanyeol sebelum mengakhiri dekapannya pada tubuhku. Betapa tak rela nya ia ketika dekapannya terlepas.

Kind Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang