Extra Chapter; 3 [2 of 2]

2.2K 294 18
                                    

1100++ words

"Aku tidak mengerti dengan semuanya,"

Joohyun menghela nafas. Membiarkan untuk sementara Jiheon yang manis nan lucu itu menepuk-nepuk meja kayu asal setelah sang ibu dan bibi yang ia temui tempo hari kala itu mengajaknya ke sebuah restoran setelah perdebatan orang dewasa yang tak ia mengerti terjadi tadi.

Jiheon terlalu senang dengan makanan, tidak ada yang bisa menyangkal itu.

"Kau akan mengetahui semuanya, namun tidak sekarang."

Haneul menggerutu ditempat. Kisahnya sama sekali tidak berbeda pada seorang tokoh novel yang berlukiskan kehidupan penuh tanda tanya, serta konflik yang semakin hari semakin rumit. "Kalian menyembunyikan sesuatu. Bukan hanya Chanyeol, tapi kalian semua."

"Semua ada alasan dibaliknya. Alasan mengapa Chanyeol bisa bersama mu, dan alasan mengapa aku dan Kai mengajakmu untuk kembali ke Korea."

"Aku benci untuk mengatakan ini, tapi––" Haneul mengatur nafasnya pelan sebelum menarik satu helaan nafas dan membuangnya. "––Apa seluruh alasan dibalik ini semua berhubungan dengan pria itu?"

Joohyun membasahi bibirnya yang kering. Sebelum menjawab, gadis itu lebih dulu menyuapi Jiheon dengan bubur hangat berisi sayur-sayuran halus. "Jika kau ingin mengetahuinya, maka ikut dengan ku ke Korea." Ia segera meraih pundak Haneul dengan telapak tangannya yang hampa, memerasnya pelan seolah mengisyaratkan gadis itu untuk ikut yakin dalam tatapan mata yang Joohyun berikan pada gadis itu. "Ku mohon, ikutlah dengan ku. Kau akan mendapatkan jawabannya setelah bertemu Sehun nanti."

"Jika kau memaksa ku untuk bertemu dengannya––" Haneul menjeda laju kalimat yang ia lontarkan sembari melepas paksa telapak Joohyun yang melekat dipundaknya yang terbalut kaus. "––Maka aku akan menolak. Aku masih memiliki Chanyeol disini, dan aku tidak butuh laki-laki itu!"

"Kau tidak mengerti. Kau jelas-jelas masih membutuhkannya,"

Haneul tersentak, sementara Joohyun menyinggung senyum miring. "Kau jelas membutuhkannya. Kau lupa, apa yang kau lakukan setelah Sehun pergi dari mu?" Joohyun menatap Haneul sengit, mengisyaratkan gadis itu untuk segera mengibarkan bendera perang tanda akan terjadinya perdebatan hebat. "Kau menginginkannya kembali, bahkan setelah Chanyeol memboyongmu pergi ke Belanda."

Joohyun tertawa sumbar, bahkan nadanya terdengar jelas jika gadis Bae tersebut kurang nyaman akan arti dari ucapan Haneul. "Aku akui, aku penyebab semua kesalahan ini. Semua ini adalah salah ku dan aku pantas untuk mendapat ganjarannya. Tapi ku mohon, jangan limpahkan ini pada pria itu, dia sakit, Haneul."

Pria itu sakit.

Pria itu sakit.

Pria itu sakit.

Well, Haneul tidak mampu menyangkal kebenaran Joohyun jika pria itu sakit. Bahkan wanita itu terlihat jelas mengatakannya tanpa kebohongan. Tetapi siapa tahu, gadis ini memang cerdik dan akal-akalan atau bualan nya saja yang membantu permohonannya terlihat meyakinkan.

Haneul hampir lupa jika Bae Joohyun adalah seorang bekas 'jalang' yang memuaskan akal serta nafsu Sehun ketika mereka ––Sehun dan Haneul–– masih terikat dalam hubungan pernikahan. Haneul bukannya tidak ingin menjenguk pria itu yang 'katanya' sedang sakit. Ia hanya tidak mampu menatap wajah pria itu sekali lagi hanya karena teringat masa-masa yang telah ia perbuat.

Kekecewaan, kalian tahu?

Lebih dari itu semua, kekecewaan lah yang paling menonjol dari semua rasa sakit, benci, dan hal-hal buruk lainnya.

Kind Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang