"Selamat pagi, tuan."
Sapaan tadi mulai meluap seperti biasa. Di pagi hari secerah matahari ini, seluruh masyarakat yang menghabiskan waktu nya di agensi terbesar Korea ini mulai bekerja seperti biasa.
Sapaan yang selalu mereka utarakan tak mendapat balasan apapun dari sang penerima. Walau emosi tidak mencapai ubun-ubun, tentu mereka akan kesal setengah mati jika tidak di anggap ada dalam satu lingkup kerja dengan atasan nya.
Pembawaan yang tegas tapi terkesan cuek juga membuat para wanita hilir balik mencari yang lebih baik dari Sehun. Pemuda itu mungkin boleh memampangkan dirinya dimajalah dengan berbagai kutipan yang mengagungkan namanya. Disertai agensi yang telah dirintis selama bertahun-tahun, namun siapa yang mau pria yang bahkan tidak menganggap keberadaan seseorang? Tentu nya sangat teramat jengkel.
"Ada jadwal apa aku sekarang?" Awal pembicaraan nya pada salah satu sekretaris yang saat ini tengah membawa setumpuk berkas. Berisi nama-nama trainee mungkin?
"Tuan memiliki jadwal untuk mempresentasikan beberapa hasil saham yang telah di dapat oleh agensi kita. Juga pembukaan salah satu mall agar perkembangan agensi ini lebih dikembangkan lagi."
Anggukkan mulai nampak pada batang leher hingga kepala nya. Pria itu kemudian menyuruh sang sekretaris pergi setelah menyelesaikan ucapan yang begitu merambat menjadi satu. Pandangan pria itu mulai terfokus pada layar laptop, sambil sesekali tangan nya mulai menulis di atas lembaran putih gading.
Fokus nya mulai goyah, sesaat setelah seorang pria bersama senyum terbodoh yang tidak akan pernah hilang dari nya tiba-tiba menggaet masuk tanpa diundang ke ruangan pribadi nya.
Sehun tetap harus menahan ucapan pedas yang siap menohok pria itu. Yah, Sehun tahu seberapa pedas ucapan nya pada pria di hadapan nya, semua akan terbuang sia-sia. Meluap dan berbagi bersama udara lain nya yang menyuruh nya untuk kembali bersabar menghadapi mahluk luar angkasa yang terdampar di agensi miliknya.
"Yo bro, how is goin' on?" Sapa nya sok akrab, ditemani kacang toples yang sudah tersedia hangat di meja dekat sofa.
"Can you knock the door first before enter my room?" Nada nya terkesan jengkel. Dengusan hambar pun terluap dengan hawa ruangan.
Sehun berusaha tidak menanggapi. Terserah apa mau nya pria bodoh yang terus menghantui nya sepanjang hari ataupun setiap minggu nya. Walaupun dua belah tungkai panjang pria di hadapan nya sudah sangat persis merajai meja kerja nya, anggaplah itu sebuah kebiasaan yang tidak pernah hilang dari diri sepupu nya.
Dan bodoh nya lagi, dengan mudah nya Sehun memperkerjakan manusia lupa daratan yang kabur dalam pesta pernikahan nya, membuat sang ibu harus menahan amarah nya dari ujung rambut ke ujung kaki.
"Sombong sekali." Desis nya penuh kekonyolan. "Jangan begitu, Sehun. Kau tidak boleh bersikap tidak sopan pada sepupu mu. Setelah tidak mengundang ku ke pesta pernikahan mu? Menyebalkan."
"Hey, Luhan yang terhormat, siapa yang ingin mengundang trouble maker seperti mu ke acara pernikahan ku?"
Luhan pria berwajah innocent mendelik nakal. Meratapi setiap detail rincian penampilan Sehun yang terbilang berwibawa. Yang bisa di bilang begitu jauh jika dibandingkan dengan Luhan.
Rahang tegas, yang bahkan semua orang akan tunduk takut pada nya. Sifat dingin yang seakan menjadi kebiasaan yang tidak akan pernah terhapus dalam dirinya membuat semua wanita berpikir dua kali untuk memilih Sehun bersanding diatas altar menghadap Pendeta yang siap dengan buku di tangan nya.
Penelitian Luhan berhenti pada satu pusat.
Rotasi mata nya mulai diam. Jejak-jejak tentang kenangan yang dulu pernah berhias agung di kepala nya kini berubah menjadi abu yang telah terbakar musnah.
"Kau... menikah?" Tanya nya dilanjuti pandangan kosong tidak tentu arah.
Jutaan kerjapan di mata mulai terpasang. Pria di hadapan nya menukik alis tinggi, benda tidak bertulang mulai membasahi bibir. Pikirnya, pria itu pasti mulai bertindak bodoh.
"Bukankah.. kau.. tidak mencintai wanita?"
Sehun tidak bergeming. Kalut pada setiap pemikirannya yang memaksakan untuk kembali bekerja, menampilkan hamparan peristiwa yang sudah ia musnahkan, bahkan tidak ingin kembali ia ingat. Namun keadaan rusa ini selalu saja membuat nya hilang akal dalam sekejap.
Perputaran otak nya kembali lagi, memori nya terdampar dan tergeletak bagai onggokan daging yang sama sekali tak ingin ia sentuh. Cuplikan penolakan pertunangan yang tertancap oleh belati seolah-olah kembali ke asal semula. Tidak ada bekas sayatan apapun, semua nya benar-benar sempurna.
"Luhan, berhenti me-"
"Sehun?"
Andaian nya mulai hilang. Raut wajah Luhan terganti bersama raut wajah malas. Berbanding terbalik pada Sehun yang menggunakan senyuman miring.
"Kau sudah datang?" Rayuan kecupan sudah terpetak di depan mata.
Sesegera mungkin Luhan memutar balik seluruh tubuhnya, membawa beban sang tubuh keluar ruangan di lanjut debuman pintu yang cukup menggema.
****
"Menurut mu bagaimana?"
"Ya, menurutku bagus. Kita wawancara saja disana."
Langkah nya mulai terhenti. Pria itu mengikuti seseorang yang berada di hadapan nya. Gadis itu mulai berbalik, mengundang ribuan kupu-kupu yang sekarang mengitari isi perut nya. Mengambil jalan yang salah dengan mengikuti pemikiran nya -untuk sengaja berbalik dan menghadapakan seluruh permukaan wajah nya pada Chanyeol. Lawan bicara nya.
Yah, berterimakasih pada pria ini yang mau membantu sebagian tugasnya.
"Ada apa?" Chanyeol menyuarakan pertanyaan nya. Namun gadis itu malah tersenyum kikuk dan melanjutkan langkah nya kembali.
"Dia sangat lucu," bisik pria itu pada dirinya sendiri. Menggeleng pelan kemudian ikut mengekori laju jalan Haneul. Sesekali bersenandung santai dengan suara-suara halus nya.
Chanyeol tak mampu menampik, gejolak di hati nya tiap kala ia menangkap gadis itu tersenyum ataupun tertawa. Mata nya akan membentuk bulan sabit yang indah, cahaya mata nya mulai bersinar terang.
Gadis pendiam yang tidak terlalu aktif di dalam kelas mampu membuat Chanyeol tertarik pada gadis itu. Haneul adalah gadis yang Chanyeol maksud.
"Wah Haneul, kau sendirian?"
Haneul terdiam. Bibir nya tidak tahu harus membalas apa. Haneul menajamkan pandangan nya, berusaha mengenal pria yang tiba-tiba saja datang tanpa sepengetahuan nya. Entahlah, gadis itu bahkan tak mengenal nya.
"Kau bersama siapa? Teman? Oh ya, aku sepupunya Sehun. Ya Tuhan, anak itu tadi bersama Joohyeon. Dan kebetulan aku bertemu dengan mu disini, jadi aku hanya ingin memberi tahu mu itu saja."
Haneul membatu. Menghadap pada Chanyeol yang justru dibuat bingung. Sekarang ia harus menjawab apa?
"Haneul bisa kau jelaskan, siapa itu Sehun?"
TBC
Allooo:' udah lama gak update ya?:v maaf ya sebelum nya:" dengan alasan yang sama aku mau bilang kalo aku lagi ngerjain FF di laptop yang bakal aku share di wordpress aku:" huhuuu maaf sekali lagi ya:"
Jangan bilang kalo ini terlalu pendek juga ya:", ini aku buat nya udah berasa gak ada inspirasi:')
Yaudahlah, pokoknya selamat membaca ya:33333
Salam kechupp~~!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kind Of Love
RomanceSemua berat. Haruskah aku mencintai nya saat dia malah membenci orang-orang yang mencintai nya? Haruskah dia membenci kata cinta dan tidak pernah merasakan nya dengan ku? Meskipun kami menikah sekalipun?