"Bukankah itu keputusan yang bagus?"
Kedua muda-mudi ini mulai membatu ditempat. Menghentikkan aksi makan malam yang ibu nya adakan. Kedua nya nyaris tersedak garpu.
Sesuatu yang penting ini bukan terhitung seperti pariwara yang kadang mengganggu adegan seru di layar kaca televisi. Bukan seperti angin tidur yang seenak nya lewat tanpa permisi.
Jika ada mobil tronton, kedua nya siap untuk di hantam saat itu juga.
Kata-kata melangsungkan pernikahan benar-benar terkabul. Terjadi pada keesokan hari nya yang bahkan tak pernah terduga sekalipun oleh mereka -Haneul dan Sehun-.
Sebenarnya, ibu nya ini ingin memberikan kejutan, atau surat penandatanganan kematian?
Sungguh, Haneul maupun Sehun tak mampu membayangkan bagaimana kelangsungan acara pernikahan nya esok hari.
"Ta-tapi imo, bukankah ini terlalu mendadak? Aku dan Sehun baru saja saling mengenal, dan imo ingin melangsungkan pernikahan ku secepat itu?"
Dilihat, wanita yang duduk manis disebelah ibu Haneul tersenyum. Menggariskan ketulusan lewat gambaran mata nya.
"Imo dan ibu mu tidak salah keputusan, Haneul. Mungkin ini berita yang berat untuk kau terima, tapi imo ingin melihat putra imo yang tampan ini bisa merubah sifat nya." Tangan-tangan nya mulai terlipat di atas meja kayu. "Karena imo yakin, Haneul adalah calon menantu imo yang baik. Imo juga yakin Sehun akan berubah berkat dirimu. Meskipun imo dan dirimu harus bersabar untuk menghadapi nya nanti."
"Jangan berlebihan ibu. Aku tidak merasakan ada yang aneh pada diriku." Balas Sehun.
Selanjutnya, hamparan mata teduh mulai tersirat. Namun Sehun tidak terjerumus pada tatapan yang ibu nya layangkan. Yang ia lakukan dengan menegakkan kaki jenjang nya untuk berdiri, lalu memilih meninggalkan ruang makan penuh kefrustasian.
****
"Hun.." desisan lembut disertai gairah membakar mulai terekspos.
Di saksikan ranjang bersprei lembut. Juga tatanan kamar apartemen yang sudah tak mungkin bisa terdeskripsikan lagi.
Kedua nya kembali mengeluarkan cairan cinta mereka. Ambruk di ranjang yang sama, berbagi kehangatan dalam selimut yang menyatukan tubuh kedua nya.
Wanita itu mulai kegirangan, menjambak pelan rambut pria itu meskipun permainan telah selesai. Ya, pria itu tengah kembali menandakan beberapa tanda-tanda kemerahan disekitar leher jenjang milik wanita tadi.
"Hun, kenapa kau selalu memakai pengaman selama bermain?"
Hantaman kata yang menusuk lubang pendengaran pria itu. Menancap pas di pusat nya, membuatnya menghentikkan permainan nya seketika. Elang mata nya merupakan objek teror dari wanita yang di tatap nya ini.
"Agar kau tidak hamil. Bukankah itu berbahaya jika kau hamil? Sedangkan aku akan menikah."
Raut wajah kian berubah seiring ucapan Sehun. Joohyeon memberenggut sesaat, namun kembali pada tabiat manja nya.
"Apa saat malam pertama mu nanti, kau akan melakukan nya selain bersama diriku? Tanpa pengaman? Dan memiliki seorang anak?"
Kekehan kecil berbaur jelas di udara. Menerbangkan partikel-partikel oksigen nya. Sehun mengusap lembut sisi wajah Joohyeon, menghantarkan kehangatan yang tiada tara.
"Setelah aku menikah dengan gadis itu, kau boleh berkunjung ke apartemen ku. Ingatlah, dia tidak bisa 'memuaskan ku'. Kau paham kan?"
Garis-garis sumringah mulai teriris jelas. Menampilkan hamparan wajah anggun yang bersinar di tengah gelap nya ruangan. Tidak menutup kemungkinan pada pria berusia 25 tahun ini sedikit memiliki ketertarikan pada gadis yang usia nya melebihi 3 tahun dari pria ini.
Lekukan tubuh menggugah selera yang terpampang umum di hadapan nya.
Belum lagi ukiran di wajah yang memikat.
Keduanya cukup lama bertebarkan pandangan nyata seolah membuka kisah baru dikemudian hari, meskipun roda kehidupan justru menakdirkan mereka untuk tidak bersama.
Mereka bagai membuktikan tak ada hari esok tanpa berdua. Walaupun kenyataan tertulis dikening jika mereka harus mengisahkan hidup mereka dilembar masing-masing dengan keberadaan satu orang yang akan menghiasi kehidupan rumah tangga Sehun nantinya.
Cinta. Kendala terbaru itu adalah cinta. Cinta yang sama sekali belum terpupuk baik di hati Sehun. Belum terawat pasti dan jelas bagaimana perasaan nya.
Riuhan kata mulai menghantu bebas dipikiran pria itu. Seakan tak memberikan peluang masuk cinta Joohyeon yang dulu menolak secara terang-terangan lamaran nya.
Alasan tak masuk akal yang tiba-tiba terpeta begitu saja. Alasan kedua yang mungkin bisa dikatakan masuk dalam suku kata yang masuk akal.
Tidak mau kembali pada lubang yang sama.
Hey! Maksud lubang itu adalah lubang kehampaan. Lubang yang membuat nya tak ingin dicinta, apalagi mencintai seseorang.
Mungkin Sehun bisa menitik beratkan Joohyeon sebagai wanita yang telah ia babat habis perasaan nya. Tidak menerima apa itu kata kekasih, namun masih mampu menggunakan kata 'partner' dalam setiap momen yang mereka taburkan.
Anggap Sehun tidak nyambung dalam pendeskripsian nya tentang Joohyeon. Tapi trauma yang tidak ingin terjadi dua kali harus Sehun lakukan dengan menghapus kata cinta pada setiap wanita.
"Ponsel mu berbunyi," Joohyeon mampu melenyapkan pikiran Sehun dalam sekejap.
Membidik obsidian nya pada benda persegi panjang yang tergolek di pinggiran ranjang.
Nomor tidak dikenal
Pikirnya.
"Halo?"
"Sehun-ssi, ini aku, Haneul. Bisakah kau ke rumah sekarang? Ibu mu pingsan. Dan.. aku harus mengatakan sesuatu yang penting pada mu,"
****
Bagaimana rasa nya mendengar ucapan seseorang. Membawa serta sang ibu pada pembicaraan yang telah terlewat 30 menit yang lalu.
Emosi pun kian tumpah dalam mobil berbaja hitam.
"Sial!"
Keadaan yang terus menghantui kehidupan selanjutnya. Entah apa yang akan terjadi nanti.
Dan inilah yang dikatakan new obstacle.
Sehun, pria itu akan memimpin kehidupan rumah tangga, selama setelah menjalani proses pengikatan janji suci pada gadis itu.
Gadis yang terang-terangan mengatakan akan segera menikah dengan nya.
Aku tidak ingin melihat ibu mu terus merasa sakit karena ulah mu,
Maka dari itu, aku bertekad untuk merubah sifat mu dengan cara kita menikah.
Bagaimana pun caranya, mau kau yang mencintai ku, atau aku yang mencintai mu nantinya, aku tidak peduli.
Asalkan Sehun yang dulu baik hati dan suka tersenyum, akan kembali ke dalam dirimu lagi.Persetan dengan kata cinta.
Tidak ada kata cinta dalam kehidupan nya kelak.
Baik mencintai,
Ataupun dicintai.
TBC
Pagiiiii~~~
Pagi-pagi udah nulis ff kek gini:'3 hwhwhw.
Untuk yang lagi disekolah, jangan lupa belajar yang bener, okey?
Salam kechup~~!
-by RamenHair
KAMU SEDANG MEMBACA
Kind Of Love
RomanceSemua berat. Haruskah aku mencintai nya saat dia malah membenci orang-orang yang mencintai nya? Haruskah dia membenci kata cinta dan tidak pernah merasakan nya dengan ku? Meskipun kami menikah sekalipun?