Extra Chapter; 3 [1 of 2]

2.4K 295 16
                                    

1200++ words

Vacuum cleaner is the worst sound that I ever heard.

Sebagian orang berspekulasi, pembersih debu yang memiliki corong penyedot debu itu memiliki suara yang kurang sedap didengar. Yah, mungkin juga benda pendek gembul ada yang diciptakan oleh sang pemilik dengan teknologi tinggi tanpa adanya suara yang menjadi perusak suasana pagi.

Baiklah, harus Haneul akui, benda penyedot debu yang ia miliki di apartemen Chanyeol diciptakan oleh sang pemilik dengan suara bising. Oh ya Tuhan, gadis itu tinggal di negara Eropa. Negara yang masuk dalam daftar per-teknologian paling canggih setelah tersaingi oleh Korea Selatan.

Namun jika ia masih saja menggunakan vacuum cleaner bising, lebih baik ia angkat kaki dari negara sana!

Ketidakhadiran Chanyeol dipagi hari yang disambut matahari cukup membuat keadaan apartemen sepi. Penyedot debu sebagai teman, televisi sebagai sandarannya untuk tertawa, dan piring-piring kotor sebagai musuh perang di dapur berukuran minimalis.

Dan setelah ini, ia akan menuju dapur, membuat segelas coklat panas ––sekedar untuk menghilangkan penat serta hawa dingin menyerang tubuh––, kemudian merebahkan diri diatas sofa putih lembut.

Bayangkan, melakukan hal tersebut berulang-ulang dalam kurun waktu 2 tahun. Ya, jika kau memang setia dengan kekasih mu seperti Haneul, tapi jika tidak? Yah, mungkin kalian akan mendapat kabar bahwa ada pria tampan dikampus kalian dan walaa! kalian berbondong-bondong mengaguminya.

Lucu sekali, bahkan Haneul akan tahan selama itu.

"Ya Tuhan, kapan Chanyeol pulang," Haneul mendesis, mengurut betisnya yang dirasa berat kemudian mengulurkan kaki jenjangnya perlahan-lahan.

Haneul menghembuskan nafas lelah, meletakkan penyedot debu yang berisiknya minta ampun, berlari kecil menuju dapur kemudian kembali ke ruang tamu bersama segelas coklat panas. "Ah, aku berharap Chanyeol segera selesai dari kuliah dan kembali ke Korea."

Jujur saja, mengkhawatirkan Chanyeol kuliah di Belanda adalah hal yang wajar. Selain pergaulannya yang nyaris menjurus ke dalam budaya barat, tetapi juga, ehm, gadis-gadis disana yang terkadang bisa saja tergoda akan ketampanan pria itu.

Ayolah, Haneul wanita normal, cemburu dengan gadis meski sebatas teman Chanyeol pun sudah cukup membuatnya terbakar.

Belum lagi pertikaian beberapa hari lalu yang menimbulkan komunikasi patung diantara keduanya. Aku yakin sekali kalian mengerti komunikasi patung yang dimaksud. Diam jika memang tidak ada yang berbicara, dan mulai berbicara jika memang ada yang bertanya.

Kai, Sehun, Chanyeol.

Ke-tiga pria jantan tersebut memang pantas dikatakan pria misterius.

Kai penuh akan teka-teki, Chanyeol yang penuh akan rahasia tersembunyi dan Sehun yang menutup mulut selama ini akan menjadi jawaban bagaimana waktu ini bisa berjalan. Bagaimana Chanyeol mendapatkan Haneul, semuanya, dibalik semua itu, ada jawaban yang masih tersimpan.

Jawaban yang masih tersembunyi dibalik bibir manisnya.

Jawaban, yang Haneul belum pernah ketahui sebelumnya.

Kepala Haneul menengadah. Mengangkat kelima jarinya sebelum menutup jari kelingking dan ibu jari. Membentuk jumlah tiga, menggambarkan ke-tiga pria misterius yang tergambar dalam benaknya.

"Kai, Chanyeol, Sehun. Ada apa dengan pria-pria ini?" Haneul melayangkan telapaknya ke pucuk kepala miliknya, memaksa otak miliknya sendiri untuk bekerja lebih keras. Ini hal bodoh, tetapi tetap ia lakukan. "Ayo Haneul, berpikir lebih keras. Kau ini orang jenius, kau pasti bisa mengungkap semuanya, ya, semuanya."

Kind Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang