"Jangan gila, kau pikir aku mau dijodohkan dengan pria berdarah dingin beku seperti mu?"
Pertemuan sengit yang awal nya berprinsip untuk saling mengenal, sekarang bertindas menjadi perang dunia ketiga di acara restoran malam megah nan mewah.
Yang di hadapan nya justru tak menganggap serius. Bakaran batang rokok yang tertancap di mulutnya berhembus teratur, mengeluarkan kepulan karbondioksida berbentuk racun.
Tatapan masih sedatar awal pertemuan mereka. Tampak arogan, namun tak disangka. Seorang Oh Sehun pemilik agensi terbesar di Korea Selatan kini terjatuh di ajang perjodohan yang sudah direncanakan dengan baik oleh dua keluarga mereka.
"Jika aku membayar mu, apa kau berambisi untuk menerima perjodohan ini?" Tanyaan tak berbobot namun menancapkan silet tajam di hati Haneul.
Gadis itu melafalkan racauan tak jelas yang bersimbah bebas dibatin nya. Ingin sekali menancapkan gerigi pisau steak pada pria yang mengedarkan pupil nya pada keadaan sekitar.
Namun gadis itu tidak perlu ambil pusing. Pada intinya semua hingar bingar perjodohan ini akan berakhir dengan kesepakatan kedua nya. Mensetujui segala aset yang di janjikan untuk mereka.
Raupan steak kembali melunak dalam kunyahan nya, sementara pria tadi cukup meneguk cairan membakar kerongkongan nya.
"Lalu apa keputusan mu, huh?" Balasan gadis itu yang mengudara dan tertuju pada pria di hadapan nya.
"Kalau kau bisa memuaskan nafsu ku, aku pasti akan menerima nya." Kekehan geli jelas berundak dinada nya.
Mempredikatkan bahwa gadis itu pasti memikirkan arus balik pemikirannya untuk menolak mati-matian. Jujur saja, gadis yang tak mampu memuaskan nafsu nya akan bersanding dengan pria tiang listrik yang mapan?
Yang benar saja!
Pria berkulit sehalus susu pasti akan menolak nya satu jengkal pun.
"Aku bisa memuaskan nafsu mu," jawaban ringan, tanpa peralihan tatapan yang menjurus pada pria itu.
"Jangan bercanda."
"Aku serius. Aku bisa memuaskan nafsu mu,"
Jangan tanyakan. Bagaimana prasangka gila seorang Oh Sehun yang menandakan gadis di hadapan nya ini sudah hilang akal. Hilang raga mungkin?
"Dengan cara?"
"Ya memasakan mu makanan. Kau bilang memuaskan nafsu mu. Jadi aku bisa memasakan mu makanan."
Dengusan hambar kian terkuak. Mencibir pelan diekori bersama tegukkan wine yang merambat mulus melewati tenggorokan nya. Cairan panas nya menggoda urat saraf pria dingin itu, menghantarkan sengatan hangat dari sel-sel tubuhnya.
"Apa aku terlambat datang?" Kecupan lembut mengumbar bebas dihadapan khalayak ramai.
Haneul cukup membutakan mata nya. Netra nya memang suka serampangan. Merekam potongan dari kecupan barusan yang masih tersimpan jelas dalam benak dalam nya.
Bersikap senormal mungkin, menjauhkan dua insan ini dari kehidupan nya. Kalau bisa sekarang juga.
Sialan.
Haneul harus merasakan penderitaan kesendirian nya sekarang. Tanpa pasangan sehidup semati dan sejiwa nya.
Wanita tadi dengan antusias duduk berdampingan dengan Sehun yang juga tersenyum penuh maksud yang tersirat. Menumbuhkan aura aneh pada kedua nya.
Seperti..
Pasangan ranjang mungkin?
Oh sial. Apa yang terjadi pada otak Haneul?
"Jadi ini pasangan yang akan di jodohkan dengan mu, Sehun?" Kelembutan suara nya tak seperti sikap semolek nya.
Bukankah itu terdengar kasar?
Berbicara non formal pada orang yang pertama kali kau temui bagaimana jiwa raga nya. Bersikap sok tahu padahal tidak tahu seluk beluk rentetan kisah yang ditorehkan pada buku agenda kejadian. Bersolek anggun bagai putri kahyangan yang baru saja turun dari dunia ketujuh yang entah apa nama nya.
"Ya, nama ku Haneul. Calon istri pemilik agensi terbesar di Korea, Oh Sehun." Tidak mau ambil pusing, kesantaian yang menjerat Haneul terlewat batas. Mengambil alih jawaban seseorang yang tengah membuka mulutnya. Tentu saja, pria itu siap meluapkan isi kalimat nya.
Niatan pria itu terkurung dalam jeruji saat seenak nya gadis yang baru ia temui saat ini malah menjawab haluan pertanyaan Joohyeon. Apa yang bisa ia lakukan? Menutup mulut sebelum mengguyur panas nya wine dalam tubuh gadis itu.
"Perkenalkan, aku Bae Joohyeon. Aku adalah wanita yang akan menemani Sehun saat kehidupan pernikahan nya bersama mu." Ucap nya dirajai tangan yang tegap lurus berusaha menjabat tautan tangan Haneul.
"Ya aku tahu. Kau model yang mengikuti acara di New York itu kan? Beruntung sekali aku bertemu idola ibu ku." Cibir nya acuh, kembali menelan potongan steak nya ke dalam mulut.
Seolah tak ingin merembet peduli, Joohyeon justru memperat tautan lengan nya dengan Sehun. Bermanja ria disertai kemesraan di depan mata. Tidak mengagungkan gadis di sebrang meja yang tengah asyik pada suara-suara bertangga nada yang berirama jelas lewat headset nya.
Aksi panas yang Joohyeon buat seakan bernilai kosong. Pengharapan semata agar gadis itu cemburu dan terbakar api amarah, malah membuahkan hasil buruk. Gagal sudah rencana Joohyeon kali ini.
"Haneul?"
Bagai nyanyian sunyi, kini suara yang membentang indah menggerayangi pendengaran dua insan -Joohyeon dan Sehun- kecuali Haneul yang menyumbat telinga nya sebelum akhirnya melepas headset nya.
"Baekhyun hyung? Bagaimana bisa kau ada disini?"
Pria tadi segera menggeser kursi. Menempatkan dirinya tepat di sebelah Haneul yang menyendiri.
"Oh, apakah aku belum menceritakan ini pada mu? Aku ditawari untuk bekerja disini. Ya, cuma semalam saja menggantikan teman ku yang sakit."
"Kenapa tidak bilang pada ku? Astaga, hyung aku kan juga ingin bekerja disini."
"Berhenti memanggilku hyung. Kau perempuan." Gumaman kecil terisi lagi, "Restoran ini hanya menerima satu karyawan pengganti. Dan itu artinya hanya aku yang bisa menggantikan nya. Dan.. apa ini pria yang kau ceritakan pada ku tadi siang? Bukan kah bertemu nya besok? Dan.. siapa wanita ini?"
Dalihan tatapan mulai terkembang. Haneul menanggapi nya tanpa beban sekaligus santai. Sedangkan dua bocah dihadapan nya melemparkan tatapan angkuh yang ia miliki.
"Ya benar. Dia memang calon suami ku,"
Namun Baekhyun berpura-pura tidak menanggapi apa yang akan di saksikan gadis di sebelah nya ini melalui perkataan nya. Maka, apa yang pria itu lakukan dengan tersenyum lembut sambil menepuk perlahan bahu Haneul.
"Ya, daripada kau bosan disini, kau mau ikut aku berjalan-jalan mengelilingi restoran ini? Aku dengar ada pantai nya."
Binaran mata mulai terkapar di hadapan mata Baekhyun yang membuat nya terkekeh pelan. Baekhyun memang mengetahui seluk beluk sifat Haneul dari luar maupun dalam. Yah, perlu ia akui gadis manis ini sangat terobsesi pada pantai luas. Jadi, jangan tanyakan apakah Haneul senang atau tidak.
"Be-benarkah? Dimana? Cepat bawa aku kesana."
"Ayo, aku akan menunjukkannya pada mu,"
Baekhyun meraih telapak tangan gadis itu. Membawa nya lari dari pantauan pria yang memandang nya sengit disertai seribu kemungkinan di pemikiran nya.
Apa mereka berusaha memamerkan kisah cinta mereka di hadapan ku? Apa mereka baru saja membalaskan dendam pada ku dengan menyertakan kemesraan nya?
TBC
Hello~~~~~
Lama kah update nya?:') maaf ya maaf bangeettt sebelumnyaaa~~~~ author lagi sibuk banget buat try out minggu depan:'3 harus belajar ini itu. Belum lagi kadang pulang malem cuma mau konsultasi tentang pelajaran di tempat les:"
Maapkeun ya para readers ku❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kind Of Love
RomanceSemua berat. Haruskah aku mencintai nya saat dia malah membenci orang-orang yang mencintai nya? Haruskah dia membenci kata cinta dan tidak pernah merasakan nya dengan ku? Meskipun kami menikah sekalipun?