Tidak peduli seberapakah kalian tersakiti,
Meskipun hati ini tak mampu berbicara,
Ia dapat menyatakan apa itu rasa cinta.
Menjiplak bahwa cinta bukanlah sebuah permainan lotte yang siap kalian gubah sedemikian rupa, tapi dengan cinta, bagaimana kita bisa belajar untuk memahami dan saling mengerti satu sama lain.
Maka yang dapat Haneul tangkap dari segi pemikiran yang rumit adalah kata cinta itu sendiri membawa hawa aneh pada dadanya. Belum lagi jarak Sehun yang sedekat 1 jengkal memberikan gelanyar aneh.
Ingin rasanya berderit, tetapi lebih dulu terbungkam oleh gemertak gigi gusar. Nampak nya gugup dominan terpancar.
"Kenapa baru pulang?" Sahutan baru ditelinga Haneul.
Terdahulu akan disambut pada desahan berdosa yang tak kuat Haneul bendung pada saluran eustachiusnya sendiri. Terlihat garis rahang Sehun menunjukkan ketegasan dijumpai keseriusan.
"Aku-aku ke cafè sebentar. Mengerjakan tugas,"
Dengusan lembut bernada berat berkumandang, dilihatnya gadis itu sarat penuh kebohongan. Manik bergerak tak tentu arah mencari kebebasan, dan Sehun tidak melupakan pelajarannya terdahulu guna mencari tahu bagaimana tipikal seseorang yang menyembunyikan seekor bangkai tikus di balik tubuh.
Gengsi justru banyak menguasai diri. Sehun menutup mulut, enggan memberikan titik terang yang akhirnya tidak akan terjawab oleh kejujuran Haneul sendiri.
Sehun tahu, gadis itu menghabiskan waktu bersama pria tinggi yang ia kenal sebagai seorang idiot. Pangeran pembawa gitar yang -oh bahkan Sehun mampu memutuskan senar nilon nya sekali pun.
"Ibu menyuruhku untuk mengajak mu di hari ulang tahun agensi yang aku miliki. Menghabiskan waktu di London. Kau harus ikut, aku tidak mau tahu."
"L-London?" Dalam pikirannya, terbesit negara Inggris yang menawarkan keindahan kota malam.
Tidak kurang dari seluruh penjuru negeri yang berkunjung kesana yang membinarkan matanya. Haruskah Haneul ikut? Menaiki bus tingkat merah beralun angin malam atau berkunjung pada tinggi nya Big Ban sang pusat minat wisatawan?
"Jangan banyak mengkhayal," kemeja putih tipis yang Sehun kenakan mulai terbuka perlahan, tubuh atletis menyingkap dari sana. "Kau mau ikut atau tidak?" Ucap nya lagi dengan nada menggoda. Tidak lupa wajah yang di dekatkan pada Haneul berterusan tiupan maut on her neck.
"T-tentu saja aku mau. Call!"
Gadis itu beringsut meninggalkan Sehun bersama senandung kecil pereda degup di dada, namun belum ada satu langkah terjalin, sebuah tangan menangkap lengan lain. Haneul dibuat pikuk kali ini.
Bukan hanya lengan nya yang di tangkap, melainkan dagu lah yang menjadi sasaran empuk. Gadis itu menunduk, membuat Sehun ingin sekali menangkap basah mata yang bergejolak sembunyi. Tatapan teduh yang bersemayam cukup cantik baginya. Gelap gulita dilangit, lampu menjadikan apartemen mereka sebagai penerangan. Meskipun mata coklat hazel Haneul tertutup oleh sinar lampu, tetapi cahaya mata nya terus memberikan ketenangan.
Siapapun tolong, bukan lagi Haneul yang merasa kan tegang disekitar, melainkan pelaku adegan lain juga merasakan degupan. Sehun enggan untuk mengatakan ini, terhitung 2 minggu tidak bercinta, membuatnya memusatkan pikiran pada bayangan gadis manis bersurai lembut dan surainya pun berwarna kayu eboni yang begitu coklat.
Haneul.
Gadis itu yang Sehun maksudkan.
"Jangan lagi tidur disana." Dagunya menunjuk pada sepanjang sofa putih dengan bantal merah menghias anggun di tengah nya. "Kau istriku, dan aku mengizinkan mu untuk tidur bersama ku. Hari ini juga."
Mata bulat yang polos mengerjap lucu. Ribuan molekul yang mampu terhirup oleh Sehun agar tawanya terpendam didalam tenggorokan. Gadis ini lucu sekali, batin Sehun menyendiri.
Siapa sangka, Oh Sehun memilihkan pilihan bijak yang Haneul duga akan bertajuk ke arah lain. Ia kira pria itu terus mengasingkannya pada sofa panjang diruang tamu, belum lagi lampu yang dimatikan membuat suasana terhirup seram.
Gadis itu kehabisan kata. Anggukan ataupun segala macam reaksi kaku di dalam tubuh. Impuls yang biasanya gadis itu lakukan tidak bekerja baik kali ini. Haneul tidak menghantarkan gerakan refleks pada Sehun sebagai tanggapan maupun respon.
Apakah kalian tahu?
Sehun benci menunggu.
Walaupun menunggu 2 menit sekalipun, pria tegas nan dingin ini tidak mempunyai kesabaran penuh.
Lekas Sehun menyeringai tajam, tubuh nya berkontraksi melakukan kegilaan lain. Kedua tangannya bekerja, tangan kiri melingkar pada lintasan bahu Haneul, sementara satu tangan lain terselip di lekukan kaki gadis itu.
"Sehun! Apa yang kau lakukan!? Kenapa, menggendongku seperti i-"
Jurus jitu terkerah, bibirnya nyaris menggeram memandangi gerak bibir plum Haneul yang menggoda. Sungguh, Sehun telah menahan nya seperti orang menunggu di toilet. Maka yang Sehun lakukan membungkam bibir Haneul dengan mengantarkannya ke atas langit ke tujuh yang mampu ia lakukan.
Mencium bibir gadis itu.
"Jangan menolak atau aku akan menyerangmu di atas ranjang nanti. Kau cukup diam lalu tidur saat di atas kasur nanti,"
TBC
Uwuwwww author balik lagi dengan Sehun yang romantis abeesss~~~ gak sesuai planning yhaaa/:')/
Padahal rencana nya publish FFnya stelah UN, tapi ternyata 2 minggu sebelum UN:" wkwkwkwk
Untuk komen yang gak aku bales, maaf ya, keknya wattpad ku bermasalah:( setiap ada yang komen, vote, atau pesan lain yang berhubungan dengan wattpad, gak pernah masuk di notif hape aku. Maaf yaaa:(((
Tapi terima kasih dukungan kalian yang menyemangati ku sebelum UN /ahayde/ terima kasih yang udah setia nunggu FF ini :') i lop yu❤❤❤
Salam kechuuppp~~!
By-RamenHair
KAMU SEDANG MEMBACA
Kind Of Love
RomanceSemua berat. Haruskah aku mencintai nya saat dia malah membenci orang-orang yang mencintai nya? Haruskah dia membenci kata cinta dan tidak pernah merasakan nya dengan ku? Meskipun kami menikah sekalipun?