Kata brengsek mungkin sebaiknya terhapus sesaat. Membiarkan Sehun memeluk Haneul yang tengah berbaring menyamping.
Pertama kali dalam hidupnya, Haneul tidak pernah merasa menjadi gadis yang paling bahagia. Memang, kisah orang tua nya ia jadikan gambaran mimpi yang akan terbangun kelak bersama pasangan nya. Namun yang paling mencengangkan ketika Sehun justru membalas pencapaian impian yang sempat ia harapkan bertahun-tahun lalu.
Haneul terperanjat merasakan usapan di pipi nya yang lembut, membuat manik mata Haneul menimbrung pada pria yang tengah memandang nya lamat. "Kau melamun?" sapaan sore kian meretas mebebani telinga Haneul.
Meskipun Sehun telah memungkas kalimatnya, suara berat yang tertera itu masih menjejaki gendang telinga Haneul.
Gadis itu bergerak asal sebelum menjawab, "Tidak, aku tidak melamun. Hanya -hanya memikirkan sesuatu."
"Benarkah?"
Hanuel tidak menjawab, melainkan merapatkan kelopak mata sembari berangan-angan. Lebih tepatnya, gadis itu memikirkan sesuatu hal yang mungkin saja dapat terjadi setelahnya.
Misalnya; Sehun akan membiarkan Joohyun berkeliaran lagi sepulang nya mereka dari London dan membiarkan Haneul menjadi serangan nyamuk di apartemen mereka nanti. Oh, atau mungkin saja mereka akan kembali mempertajam hubungan ranjang mereka kembali.
Hipotesis itu mungkin bisa di pungkiri, bisa saja terkaan Haneul dapat meleset 80% meski sebagian terbukti akurat. Namun yang membuat kepala Haneul terasa pening adalah jika Joohyun bisa saja hamil.
Awalnya Haneul tidak terlalu memperdulikan karena Sehun dapat dikatakan jenis pria penggila 'tubuh' wanita. Tetapi jika di perhatikan lebih mendalam melihat jangka waktu pria itu yang selalu melakukannya dengan Joohyun, bisa saja dalam waktu dekat Haneul harus menerima kenyataan kan?
Tidak, tidak. Sehun bermain aman. Sehun pasti mengenakan pengaman yang biasa Haneul lihat di rak-rak toko yang terpajang.
Semakin Haneul mencoba melupakan, justru bayang-bayang kehamilan Joohyun yang menerpa seakan menghantui gadis itu. Kerutan-kerutan di kening memperjelas bahwa Haneul tidak merasa baik hingga akhirnya Sehun mau tak mau menyadarkan Haneul dari pejaman kuat nya.
"Hey, kau pusing? Ada apa dengan mu?"
Perlahan Haneul melepas tautan kelopak matanya, gadis itu menyadari jikalau tubuhnya tengah beradu pada dada bidang Sehun yang semakin memperkuat aroma tubuh pria itu.
Lengan Haneul berjalan membalas pelukan, lebih erat dari yang Sehun lakukan dilengkapi dengan remasan di kaus polos yang Sehun kenakan. "Aku takut." Gadis itu berucap lirih, menahan bulir air mata yang siap jatuh membasahi dada pria itu. "Aku takut jika sesuatu yang tak ku inginkan tiba-tiba terjadi."
"Aku takut, Hun. Aku takut."
Sehun mampu merasakan, getaran-getaran tubuh Haneul yang berada dalam rengkuhannya. Belum lagi remasan di baju belakang nya yang memperyakin dirinya jika gadis itu memang di landa ketakutan akut. Sehun tidak berpikir sekali atau dua kali tentang alasan gadis itu gemetar, namun yang dapat ia lakukan yaitu mempererat rengkuhannya walaupun pria itu tahu gadis itu tidak mungkin bisa tenang.
"Sudah, sudah. Kau tidak perlu takut." Berkali-kali Sehun melabuhkan kecupan di sekitar pucuk kepala Haneul.
Alih-alih membuat gadis itu tenang, isakan pelan justru terdengar. "Haneul-ah, ada apa dengan mu? Hey, apa yang kau takutkan?"
Haneul menggeleng. Merasa ragu kiranya jika mengatakan ketakutan apa yang gadis itu maksudkan. "Bisa kau katakan pada ku? Apa yang membuat mu takut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kind Of Love
RomanceSemua berat. Haruskah aku mencintai nya saat dia malah membenci orang-orang yang mencintai nya? Haruskah dia membenci kata cinta dan tidak pernah merasakan nya dengan ku? Meskipun kami menikah sekalipun?