Ini bukan berarti apa-apa, tapi aku bisa percaya jika... jika aku memang terjatuh dalam pesona mu.
---------
"Hari ini kau tidak kemana-mana?"
Pertanyaan itu mulai menyeruak di pagi hari, meringkukkan otot-otot saraf Haneul yang terus terjepit semalaman dengan mendengar setiap alunan tak jelas bagai nyanyian kematian untuk nya.
Pagi itu, gadis manis ini cukup menggelengkan kepala. Lelah di matanya berpijar cerah diiringi hamparan kertas yang bergelut diatas meja tamu serta teman setia nya, laptop yang tak berkedip pun kembali menjadikan Haneul budak nya.
Relungan asap panas dari ketel mulai berbunyi. Pemikiran nya nyaris limbung pada tugas nya pagi tadi. Menyiapkan suami serta 'wanita' suami nya itu secangkir teh hangat.
"Aku akan menyiapkan mu air panas. Kau tunggu disofa." Kaki panjang nya mulai di tegak luruskan, merajut langkah pelan dengan mata setengah terpejam kuat. Sedang pria tadi meliukkan alis nya, mempertanyakan keadaan gadis itu yang jauh dikatakan baik. Namun gengsi yang terpupuk sempurna dalam nadi nya sudah berkisar tinggi jika terhitung dengan grafik. Meluapkan kata 'kau baik-baik saja?' Tentu nya tidak ingin ia pertaruhkan.
Atensi nya tetap tidak berdalih pada televisi yang menghangatkan suasana pagi telat nya ini. Meskipun gadis itu tergopoh membawa sepanci air panas ditangan nya, dan kembali ke dapur dengan kain juga panci yang telah kosong, pria tadi tetap mengibaskan pandangan ke arah televisi.
"Sehun, air panas sudah siap. Kau mau mandi sendiri atau mandi dengan wanita itu terserah saja. Aku akan menyiapkan kalian sarapan."
Kunyahan nya terhenti, Sehun berbangkit diri dan menghadap sang kamar mandi bersih nya. Bertubi-tubi pandangan tidak ia alihkan. Cukup ada satu titik fokus yaitu pintu kayu.
Dan setelah pria itu tertelan tinggi nya pintu, gadis itu berlari cepat. Mengoyak isi wastafel disalah satu kamar mandi, dan segera memuntahkan isi perutnya. Kepala nya bagai tertumbuk ribuan batu panas yang menghantam kepala nya. Berniat untuk beranjak, tetapi ia penjarakan kembali niatan nya.
"Astaga, obat itu benar-benar membunuh ku."
Apalagi yang harus ia lakukan dengan penyakit mematikan nya? Efek samping aciclovir itu layaknya membunuh gadis itu secara perlahan, bukan menyembuhkan nya sedemikian rupa. Raut wajah manis nya hilang digantikan pucat serta mata terbungkam rapat. Punggung nya bersandar di dinding keras, menjatuhkan tubuh nya ke bawah sembari menjambak rambut nya keras.
"A-aku tidak kuat..."
Secercah harapan masih ia tanamkan. Menarik diri dengan menumpukan tangan pada dinding dingin tak bernyawa. Gadis itu menyambut segelas air dari dapur dan meminum nya terburu-buru. Menenangkan deru nafas sesak yang kian merambat naik.
Gosong nya roti tidak ia pedulikan. Wajan sudah meraung akibat panas nya api yang membakar tubuh, namun gadis itu masih bergelung pada pengontrolan nafas akibat sesak. Riwayat penyakit yang dulu sempat hilang tumbuh kembali. Mekar dan tumbuh segar bagai bunga matahari.
Tapi yang ia inginkan bukan mekar nya penyakit ini,
Yang ia inginkan justru membabat habis mekar nya bunga yang -sialnya kembali tubuh secara cepat.
Selang beberapa menit, mimik wajah kembali ia rubah. Dirinya kembali memamerkan peran baik-baik saja dengan menyembunyikan wajah di balik punggung nya. Perguliran matanya tak bisa ia kendalikan. Beberapa kali melakukan tarian, dan juga perputaran yang gadis itu lakukan dimata nya.
"Sarapan sudah siap?" Olahan pagi menyapa kembali. Merajuk Haneul untuk membalikan tubuh nya yang layu. "S-sebentar lagi selesai. Kau dan pacarmu itu tunggu saja,"
Gagang besi mulai mengayun lambat, bermain sejenak bersama selembar olahan gandum yang terpoles mentega lembut diatas nya. Rentan tubuh tidak menjadi permasalahan besar, otak nya justru lebih memikirkan para manusia kelaparan dipagi hari. Rutinitas pagi nya mulai tersapa hangat, melupakan sebagian kejadian lalu yang masih terbeban di benak nya.
Bersikap acuh salah satu sikap tepat untuk membuang rasa sakitmu. Berlakon dengan menyambut matahari di pagi hari namun raga dan jiwa masih bersemayam di tempat lain. Pikiran kembali beradu dalam satu tahapan kata, namun yang kau lakukan bersikap manis dan tidak menghiraukan rasa sakit fisik yang menghalau mu.
Bagi nya, kembali tersenyum cerah adalah sikap andalan nya. Malam panjang yang menjadi saksi bisu kumpulan sejoli memadu kasih, malah menyimpan seribu kemungkinan diluar sana yang terjadi. Gadis malang yang mengatup ditempat seraya mata nya bergerak tidak beraturan adalah salah satu seribu kemungkinan yang terjadi diluar sana.
Cara nya meraih kapsul-kapsul yang tidak lebih dianggap sebagai pembunuh ulung, menahan gelas yang bergetar di tangan nya, sesekali lentik nya jari mulai menarik-narik surai nya tanpa ampun.
Kalimat sindiran begitu melekat dalam gadis itu.
Kau yang memulai tantangan nya, dan kau juga yang harus berjuang.
Menilik sedikit memori terdahulu nya, kurang lebih beberapa bulan lalu, gadis itu mengaku hilang kendali. Memulai sebuah peruntungan yang menurutnya kedua belah pihak mampu untuk bahagia, namun berakhir dengan dirinya yang justru bertindak aneh dalam alur rumah tangga yang tidak jelas -apakah itu alur mundur, maju, ataukah campuran.
People say that everything has gonna change,
Tapi peradaban kata itu tidak membuat nya merasakan efek apapun.
Sengsara?
Ya, haruskah mengetahui jawaban nya? Gadis itu bahkan tengah tertusuk belati panas namun tetap ia hiraukan.
Contohnya seperti ini. Berargumen pada batin nya sendiri untuk memilihi satu opsi. Egois. Egois jauh berada dalam kata hidup nya, sehingga sering kali menepis rasa egois nya dan lebih mengatupkan bibir dan mengunci rapat seluruh isi hati nya. "Kau bekerja?" Betul bukan? Apa ini yang dinamakan egois?
Memilih untuk merangkai sebuah kata -"Kau bekerja?"- Di bandingkan dengan ucapan -"Kau seharusnya tahu diri ada istrimu disini."-
Pria bersama balutan jaket nya hanya menggedikan bahu. Menatap Joohyeon dengan pancaran kilat bening dimata nya. "Tidak. Tapi karena hari ini hari minggu, jadi aku ingin mengajak Joohyeon untuk sekedar jalan-jalan di taman kota pagi ini. Dia pinjam sebentar baju mu ya? Pasti akan di kembalikan. Kau tenang saja,"
Hidangan di piring mulai tergugah dihadapan dua orang yang berjengit ditempat duduk beralas busa lembut berlapis kain. Rasa sesak itu kembali menghadang nya, namun kali ini berbeda. Bukan sesak membunuh, tetapi sesak akan sakit yang juga tumbuh diam-diam. Menjadi parasit liar yang berkubang dan menggumpal di ulu hati.
Ini bukan penyakit berbahaya yang siap membunuh mu kapan saja,
Tapi menjatuhkan salah satu pihak yang lebih dulu tersakiti karena kata cinta yang secara tidak ia inginkan, tumbuh dan menyebar luas dihati nya.
TBC
Alur nya kecepetan ya?:" tapi tenang kok, aku gak bakal buat Haneul nya lebih dulu cinta sama Sehun /eeeaaa/.
Aku gak bakal jahat gitu aja sama Haneul:v masa Sehun nya enak banget, udah ngejahatin Haneul, tapi Sehun juga yang dapet hati nya Haneul *jadi kesel sendiri:v
Maaf ya kalo ini pendek:" tadi nya aku mau buat Chanyeol sama Haneul moment, tapi udah gak ada inspirasi jadi yaudahlah._. Author juga lagi sakit:" hari ini gak sekolah gara-gara demam, padahal disekolah lagi makan-makan soalnya ada yang ulangtahun /ihik/
Siap untuk menunggu next chapter?
Salam kechuppp~~!
-by RamenHair
KAMU SEDANG MEMBACA
Kind Of Love
RomanceSemua berat. Haruskah aku mencintai nya saat dia malah membenci orang-orang yang mencintai nya? Haruskah dia membenci kata cinta dan tidak pernah merasakan nya dengan ku? Meskipun kami menikah sekalipun?