Chapter 6

1.9K 79 0
                                    

Author's POV

Sudah seminggu Christal tidak masuk ke sekolah karena ia harus mendapatkan perawatan terapi untuk kakinya yang terkilir saat menaiki tangga kemarin.

Selama seminggu ini ia hanya duduk di kamar sambil membaca novel dan mendengar lagu. Ia melakukan terapi tergantung dengan schedule-nya.

Sebenarnya ia sudah sangat lelah hanya duduk di kamar dan tak diperbolehkan keluar. Berdiri saja tidak dibolehkan. Pikiran buntu membuatnya tidak dapat berpikir melakukan apa-apa lagi.

Yang terlintas dipikirannya hanya kembali ke sekolah. Ia ingin bersenang-senang bersama teman-temannya yang lain seperti sediakala. Ia tak ingin terkurung ditempat kedua yang ia suka.

Teman-teman sekelasnya sudah menjenguknya kemarin. Tetapi, perasaan rindu yang sangat mendalam yang ia rasakan tak dapat dibendung lagi. Ia ingin sekali kembali sekolah.

Hal yang tak dia pikirkan sebelumnya terlintas dikepalanya. Segera ia ambil benda berbentuk persegi panjang dan membuka aplikasi Line. Ia menekan sebuah kontak teman dan mencari nama berawalan "S". Setelah mendapatkannya, ia pun menekan video call.

"Ngapa, Chris?" Tanya orang diseberang sana yang wajahnya sudah terpampang dilayar handphone-nya.

"Enggak ada. Gue lagi suntuk aja nih," jawab Christal yang mengangkat handphone-nya ke atas.

"Oh. Gue kira ada apa-apa tadi." Ujar Seira yang terlihat disana, ia melakukan sesuatu.

"Hehe." Cengir Christal.

"By the way, lo lagi ngapain?" Tanya Christal bingung dengan apa yang dilakukan Seira.

"Enggak ngapa-ngapain sih, cuma bikin surat cinta." Jawabnya yang masih sibuk dengan pekerjaan yang ia lakukan.

"Surat cinta untuk dia?" Tanya Christal hati-hati.

"Iya gitulah. Kalau gak dia, untuk siapa lagi?" Ujar Seira yang memperlihatkan gerak-gerik tangannya.

"Oh."

"Lo gak bikin surat cinta juga?" Tanya Seira yang mengalihkan wajahnya kelayar hp.

"Em.. Emang untuk siapa?" Tanya Christal yang berpikir-pikir.

"Ya untuk cowok yang lo sukalah. Masa untuk gue," gerutu Seira.

"Cowok yang gue suka?" Tanya Christal yang masih berpikir-pikir.

"Yaelah elu. Semenjak putus, lo buta sama cowok," ejeknya.

Ketiga temannya ini tahu kalau Christal punya pacar dilain kota. Dan mereka juga tahu kalau Christal sudah putus dengan pacarnya itu.

Semenjak putus, Christal agak berubah gak terlalu ceria seperti dulu. Mungkin karena efek dari putus cinta.

Christal gak berlama-lamaan larut kedalam putus cintanya itu. Ia bangkit dari keterpurukan yang ia rasakan. Dan sekarang ia lebih menguatkan dirinya.

"Ya, lebih baik gak usah suka sama cowok daripada harus merasakan sakit," ujar Christal.

"Iya juga sih," ucap Seira menyetujuinya.

"Tetapi, kalau hanya sekedar suka bukan suka cinta, ya, gak apa-apalah." Ucap Christal yang memberi pendapat.

"Ya, bener tuh. Gitu kek dari tadi," seru Seira.

"Lo yakin mau ngasih ke dia?" Tanya Christal dengan lebih berhati-hati.

"Gimana ya? Kalau gak gue kasih, entar nyesal. Kalau gue kasih, gue gugup. Duh! Gimana ni?" Keluhnya yang memasang wajah bingung.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang