Chapter 2

3.5K 124 1
                                    

Gue berjalan santai dari kantin menuju kelas. Disaat gue jalan, Vanie nepuk-nepuk pundak gue kasar yang membuat gue kesal.

"Apaan sih lo, Van?! Sakit tau!" Bentak gue membuat dia berhenti nepuk-nepuk pundak gue.

Gue pergi ke kantin bareng Vanie. Biasanya sih, dia bawa bekal sendiri. Tapi, sekarang enggak bawa.

"Tuh, tuh liat!" Tunjuknya yang membuat gue memandang ke arah yang ia tunjukkan.

"Pacar lo!" Seru dia kegirangan.

"Pacar pala lo peyang!" Ketus gue yang membuatnya tertawa.

Aneh-aneh aja deh. Semua teman gue pada gila, gak pernah ada yang bener. Mereka emang teman baik gue plus dekat, entah sejak kapan. Awalnya gue gak deket sama mereka.

"Tau gak lo?"

"Gak!" Potong gue cepat.

"Yaelah elu, gue belum siap juga kali bicaranya," ngambek Vanie sambil memanyunkan bibirnya.

Soalnya dia selalu nunjukkin gue sama Peter Hampton, cowok yang menurut gue paling nyebelin di kelas gue dan yang paling bikin amarah gue meledak-ledak. Tapi, ada enak juga sama nih anak. Anaknya seru, bisa di bawa bercanda.

Entah apa salah gue, bisa-bisanya gue dicocokin sama dia. Apalagi seluruh teman kelas gue cocokin gue sama dia. Ya Tuhan, apa coba salah gue? Gue rasa gue gak pernah, deh, jahatin orang selain jahilin orang.

Dan yang paling anehnya nih ya, kalau ada kerja kelompok gue selalu sama dia. Hampir semua mata pelajaran di sekolah ini gue sekelompok sama dia. Apa lagi coba salah gue?

Bukannya gue benci atau gimana sama dia dan bukannya gue bosan lihat muka dia atau enggaknya. Tetapi, dia selalu usilin gue. Udah tau gue udah punya pacar waktu itu, masih aja digangguin. Nih, anak mau nikung kali, ya? Ah, entahlah. Tetapi herannya, waktu udah putus, gue sama dia udah gak deket lagi kayak dulu, saat dia suka gangguin gue.

Dia udah mulai menjauh dan gak mau deket-deket gue lagi. Apa mungkin udah selesai misinya ya? Tapi, bagus juga tuh. Gak perlu lagi gue diusilin gitu. Terkadang kangen juga, sih, sama gangguan dia. Biarin aja deh, palingan cuma nge-phpin gue doang. Lagian gue juga gak mau digangguin sama dia. Udah capek, lelah lagi.

"Lo tau gak?" Tanya Vanie pada Abel dan Seira setelah sampai di kelas.

"Gue bilang enggak tau," balas gue.

"Lo diam dulu!"

Ya, gue pun diam.

"Waktu itu, pertama kali kelompok kita dipindahkan, Christal nangis-nangis lo sama gue," ejeknya yang melirik ke arah gue yang membuat gue memutar mata malas.

Serius, nih ya, gue gak mau lagi ingat-ingat kejadian itu lagi. Bikin gue malu, sumpah!

"Iya?! Serius lo?" Tanya Abel yang gak percaya.

"Iya. Lo mau tau gak dia nangis gara-gara apa?" Tanya Vanie pada dua makhluk tadi.

Mereka berdua mengangguk cepat. Nih, anak kayak gak ada kerjaan aja selain menggosip gue. Emang sih, mereka cuma gosipin salah satu dari kita, selain itu mungkin pelajaran, cowok, dan bias yang kita sukai. Gitu aja.

"Waktu dipindahkan, si Christal nangis cuma gara-gara dia sekelompok sama Peter," setelah mengucapkan kalimat ini mereka bertiga tertawa puas.

Gue yang mendengar cuma pasrah dengan ejekan dari mereka. Gue tabahkan diri gue. Semoga Tuhan mau mengampuni dosa mereka.

"Ya tentu ajalah mereka berdua sekelompok, kan mereka cocok," celetuk Abel membuat mereka tertawa lagi.

Cocok apa lagi, sih? Gue rasa gue gak pernah cocok sama makhluk cowok di kelas gue ini. Kayaknya mereka ngajak berantem deh.

"Iya! Iya! Pantes aja ya," ucap Seira yang suaranya terdengar masih menahan tawa.

"Tertawa aja kalian puas-puas. Gue doain kalian supaya jodoh sama dia."

Ekspresi mereka berubah sebentar, lalu tertawa kembali. Mereka gak tau apa kalau doa orang teraniaya itu terkabul? Gue tabah aja deh.

Seketika orang yang kami bicarakan tadi masuk ke kelas. Dan tentu saja mereka menyadarinya juga. Mereka bukannya meredakan tawa, tetapi malah tergelak hebat sampai salah satu dari mereka tertawa sampai jatuh dari kursi.

"Kalian kenapa? Udah gila ya?" Tanya Peter dengan tampang datar.

Mereka malah tertawa lagi, tetapi tidak terdengar suara gelak tawa mereka.

"Chris! Chris!" Panggil Vanie yang masih menahan tawanya dengan menutup mulutnya.

Gue cuman cuek, pura-pura gak denger aja. Setelah beberapa lama mencoba menghentikan gelak tawa mereka, barulah mereka berbicara lagi. Gue cuma diam gak berkutik di tempat gue duduk.

"Chris, tuh pacar lo." Tunjuk Abel yang membuat Peter menoleh ke arah kita.

Seketika mereka tertawa lagi. Gue yang tahu dia memandang ke arah kita cuma diam. Tiba-tiba dia mendekati kita, eh bukan, dia mengarah ke tempat gue. Lalu, dia menggebrak meja gue yang sontak membuat gue terlonjat kaget.

"Apaan sih lo?!" Tanya gue dengan sinis.

"Gak ada, cuma nyapa doang," balasnya dengan mengedipkan mata sebelah.

Ih, pingin deh gue keluarin tuh mata biar gak kecentilan lagi.

"Kalau nyapa gak usah gebrak meja juga kali," bantah gue.

"Selow man."

"Selow! Selow! Taik lu," potong gue.

"Ceileh~ Ngapain suami-istri berantem di tempat umum? Gak enak dipandang tau!" Goda Seira.

"Ah, sana lu! Pulang ke asal lu!" Perintah gue sambil mengibas-ngibas tangan gue di depannya.

Tiba-tiba tangan Peter menghentikan pergerakan tangan gue. Sontak gue kaget dan gue pun menarik tangan gue yang sangat erat ia genggam. Tapi, hasilnya nihil. Tangan yang besar dan kuat itu membuat tangan gue tidak bisa lepas.

"Pet, lepasin!"

No respon.

Nih, anak cari mati kali ya? Udah tau gue merinding kalau dipegang sama cowok.

Di waktu yang sama, mata gue dan mata Peter bertemu. Gue memandang ke arah matanya, tepat di manik matanya Peter. Ternyata matanya sangat indah.

Deg!

Hati gue?! Kenapa?!

____________________________________

*To Be Continued*

Ukyoukanade (17.02.16)

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang