Move On - 34. Vannessa?

946 54 6
                                    

Kalau jodoh pasti di tangan Tuhan. Tidak peduli siapa orangnya, siapa keluarganya, dari mana dia berasal, dan banyak lagi.

Cinta berasal dari hati. Cinta yang tidak pernah disangka, tidak pernah kita ketahui kapan cinta itu tumbuh dan semakin lama semakin membesar.

Begitu dengan perasaan kedua insan ini, Ray dan Christal. Mereka menjalani semuanya, saling mendukung, saling menjaga perasaan satu sama lain, dan menbuat cinta mereka tetap abadi walau banyak tantangan.

Tidak peduli seberat apa yang dihadapi Christal yang membuatnya harus di bully oleh fans Ray seperti yang saat ini ia terima.

"Lo gak sadar apa kalo muka lo kayak kacang buncis?" Ucap Dalle yang merupakan ketua geng yang terkenal di sekolah.

"Eh, jelek! Gimana cara lo bisa dapatkan Ray? Lo pake macem-macem ya? Dasar jalang!"

Dalle menarik rambut Christal kasar membuat Christal meringis kesakitan.

"Gini akibatnya kalo lo nantang kita," kata Dalle sambil menarik rambut blonde Christal lebih kuat lagi.

"Lepasin!" Christal mencoba melepaskan tangan Dalle yang sangat kuat menarik rambutnya.

Walau tubuhnya sudah kembali stabil, setidaknya ia belum bisa mendapat kekerasan seperti ini.

"Rasakan! Ayo pergi!"

Christal di tendang. Christal hanya diam menatap pandangan yang didepannya dengan kosong. Air matanya mulai jatuh. Ia tak kuasa menahan semuanya walau di awal ia bersikap baik-baik saja.

Getaran di saku rok pendeknya membuat ia sadar bahwa ia harus kembali ke kelas. Sebelum itu, ia mengecheck hp nya.

Lo dimana? Gak kelihatan dari tadi.
From Ray.

Christal langsung mengunci ho nya dan membereskan rambutnya yang kusut, seragamnya yang acak-acakan, dan juga wajahnya yang sembab.

Setelah semuanya beres, Christal berjalann. Saat ia membalikkan badan seseorang telah berada didepannya dengan tatapan khawatir.

"Kenapa lo kesini?" Tanya Christal dengan senyuman yang ia berikan.

Ia tetap diam. Ia tidak menjawab pertanyaan Christal. Ia malah mengepalkan tangannya seakan siap meledak.

"Lo kenapa?" Tanya Christal.

"Kenapa lo harus tersenyum?"

"Kenapa lo malah tersenyum disaat lo sedang nangis?!" Gertaknya.

"Dimana laki-laki yang lo sebut pacar lo?! Dimana dia?! Dimana?!" Nadanya lebih tinggi.

Christal terdiam menatap orang yang dihadapannya. Ia berusaha tegar dengan semua masalah yang dihadapinya.

"Dimana juga teman lo yang selalu bersama lo setiap saat? Apa mereka gak sadar kalo lo lagi dalam masalah?" Tanya orang itu lagi dengan nada biasa, tetapi suaranya sedikit bergetar.

"Gu..gue emang gak seperti yang lain, seperti teman lo yang lain. Tapi, walaupun gue udah gak punya hubungan apapun sama lo, lo tetap seseorang yang gue perhatikan. Dimanapun, apa yang lo lakukan selalu gue ikutin. Tapi lo gak pernah sadar!" Ucapnya panjang lebar.

"Oh iya, bodohnya gue. Lo, kan, hilang ingatan. Ngapain juga gue bilang." Lanjutnya setelah sekian lana berdiam.

Ia berbalik badan ingin meninggalkan Christal yang masih terdiam berdiri dengan semua apa yang dikatakan oleh orang itu.

"Sebaiknya lo cari jalan keluar. Gue gak suka gara-gara itu pertemanan lo sama yang lain hancur lagi kayak kita dulu. Cukup gue aja, Chris, yang merasakan hal itu. Walau akhirnya gue yang tersakiti oleh cowok bangsat yang dulu sama-sama kita incar."

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang