Move On - 38. Kisses

855 50 2
                                    

Pacaran tanpa berantem itu biasa. Kalau kita lebih sering berantem, hubungan kita makin langgeng. Begitu yang terjadi pada Christal dan Ray selama mereka pacaran.

Tak peduli berantem didepan umum atau didepan teman, ataupun didepan keluarga mereka. Dimana-mana bisa menjadi tempat mereka. Berantem memang bikin lelah, tapi ketahuilah bahwa dari berantem itu kita bisa mengetahui sifat pacar kita sendiri.

Christal sudah mengenal Ray, begitu juga dengan Ray. Cinta mereka semakin hari semakin tumbuh. Christal pun tak tahu kapan pastinya ia mulai mencintai Ray.

Sulit rasanya move on dari Harris menurut Christal. Selagi ada Ray disini, disampingnya, ia tidak perlu khawatir lagi. Ia menutup hatinya untuk Harris. Ia tak mau jatuh ke dalam lubang yang sama.

"Lo janjikan selalu di sisi gue?" Tanya Christal.

Ray menoleh menghadap Christal yang menempelkan kepalanya di bahu Ray.

"Gue gak janji. Tapi, gue usahain buat bersama lo selama mungkin." Ucap Ray tersenyum.

Christal menegakkan kepalanya. Ia menatap Ray lekat.

"Kalo gitu, gue juga akan berusaha buat bersama lo sampai kapan pun." Kata Christal dengan senyum manisnya.

Ray mengacak rambut Christal. Christal meresponnya dengan senyuman. Lalu, ia menempelkan lagi kepalanya di bahu Ray.

Mereka sudah sampai di tempat tujuan sekitar tiga jam yang lalu. Semua murid disuruh istirahat oleh para guru, tetapi tidak dengan Ray dan Christal. Mereka duduk di atap hotel yang mereka tempati dan menikmati malam yang indah serta angin yang menerpa lembut.

"Lo gak kedinginan?" Tanya Ray memastikan.

"Enggak. Kan ada lo yang hangatin gue," cengir Christal membuat Ray kembali mengacak rambut cokelat panjangnya itu.

"Gombal lo. Darimana belajar?" Tanya Ray.

"Gak dari siapa-siapa."

"Serius?"

"Iya."

"Beneran?"

"Iya, beneran."

"Iyadeh."

Mereka sesama diam. Mereka menikmati apa yang terlihat oleh mereka didepan. Langit malam terasa sangat indah, ditambah dengan pemandangan bagus. Bagaikan dunia milik berdua.

Tak sadar, Christal sudah memejamkan matanya. Ray ingin membangunkan Christal, tetapi ia urungkan. Ia tak mau menganggu tidur cantik Christal.

Ray membaringkan Christal di atas atap, ia pun juga ikutan berbaring disampingnya. Ray menghadapkan kepalanya ke arah Christal.

Paras yang cantik. Itulah yang terpikir oleh Ray. Sungguh! Ia sangat mencintai gadis yang berada disampingnya saat ini. Ray mengangkat tangannya, lalu jari-jemarinya menelusuri wajah gadis itu dengan lembut.

Ray menelusuri dari rambutnya yang terjatuh didepan mata karena angin dan ia selipkan rambutnya ke belakang telinga. Berlanjut ke pipi Christal yang tirus.

Hembusan napas Christal teratur membuat Ray meletakkan jari telunjuknya di hidung. Ray mencubit kecil hidung Christal. Lalu, berjalan lagi ke arah bibir merah Christal. Bibir yang pernah ia rasakan selama hidupnya.

Dan terakhir, Ray menyentuh dagu Christal. Ray mendekatkan wajahnya ke wajah Christal. Lalu, ia kecupkan sekilas hidung Christal membuat Christal bergerak sedikit.

Ray melanjuti dengan mengecup bibir Christal yang sangat ia sukai itu. Membuat yang empunya membuka mata pelan. Perlahan-lahan mata Christal terbuka penuh. Dilihatnya Ray yang wajahnya sangat dekat itu.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang